16

30.5K 2.2K 11
                                    

Kereta kuda sudah siap menanti di depan mansion Thalia. Hari ini merupakan hari pertama Thalia akan terjun ke Rumah Sakit tersebut untuk mengulik aktivitas sehari-harinya.

Untuk sementara, Thalia memakai gaun yang ringan berwarna cream, tatanan rambut yang simpel yaitu kepangan merambat membentuk seperti bandanan dan kepangan berakhir menjuntai di depan dadanya. Dandanan Thalia yang tipis natural membuatnya makin cantik dan terlihat dewasa.

Ia akan di temani sang kusir yang tampan nan gagah si Louise dan pelayan yang cantik si Yasmin. Thalia sedikit keberatan jika Yasmin mengikutinya sepanjang hari ketika ia di Rumah Sakit. Akan tetapi, Yasmin memohon dengan memasang ekspresi mengiba. Alhasil, Thalia kalah dan mengizinkan pelayan terbaiknya untuk ikut dengan syarat tidak mengganggu aktivitasnya.

Hanya butuh 15 menit untuk sampai di Rumah Sakit kota Denally, suasananya begitu ramai. Ada banyak orang-orang yang berlalu-lalang entah mereka ingin berkunjung, berobat, atau hanya sekedar jalan-jalan melepas penat.

Thalia turun dari kereta kudanya, kedua netra emas madunya berbinar menatap sepanjang bangunan Rumah Sakit itu berdiri. Bangunannya khas abad pertengahan negara Inggris itu yang tersemat di otak Thalia. Bangunan putih sedikit kusam yang berdiri megah, ada banyak jendela dengan ukiran yang khas.

Di depan pintu Rumah Sakit yang besar terdapat kolam ikan, Thalia tertarik melihatnya—ikan warna warni bergoyang kesana kemari membuat airnya yang jernih sedikit berombak, serta ada air mancur di tengahnya. Entah bagaimana caranya air mancur saat itu bekerja, Thalia tak mau memikirkannya.

Gadis itu segera beranjak masuk ke Rumah Sakit untuk menemui kepala Rumah Sakitnya. Raja Liam sempat memberi pesan tempo hari, bahwa sang Raja akan meminta bantuan orang kepercayaannya di Rumah Sakit tersebut yang nantinya akan membantu Thalia jika gadis itu menemui kesulitan. Orang tersebut menjabat sebagai kepala Rumah Sakit bernama Tuan Thomas.

Thalia berjalan menyusuri ruangan putih dan luas, ada berderet meja dan kursi, banyak pula orang-orang yang kemungkinan menunggu giliran untuk di periksa ataupun di panggil. Kursi penunggu pun hanya bersisa beberapa saja karena kondisi Rumah Sakit saat ini ramai. Thalia menyusuri lorong Rumah Sakit, ada beberapa pintu yang tertutup dan terbuka, kedua matanya tak luput melirik dan melihat ruangan di balik pintu tersebut.

Ruangan luas seperti bangsal tempat untuk merawat pasien yang sedang sakit, ada 6 ranjang di sana dan yang terpakai 4 diantaranya. Setiap bangsal hanya di tutupi dengan kain putih. Setiap ranjang terdapat jendela yang terbuka lumayan lapang sangat cukup untuk sirkulasi pergantian udara di ruang tersebut.

"Penataannya hampir sama dengan duniaku," Batin Thalia saat mengamati ruang rawat inap.

Ada beberapa perawat yang sedang melakukan tugasnya, mereka memakai gaun ringan berwarna putih, rambut mereka tertata rapi dan terlindungi oleh pelindung kepala atau hiasan kepala yang khas pada zaman itu. Para perawat itu begitu kalem dan sabar melayani para pasien.

Thalia mengedarkan pandangannya, ia mencari seseorang yang tepat untuk tempat ia bertanya dimana letak ruangan Tuan Thomas. Seorang perawat cantik, tutur katanya lembut dengan sukarela, bersedia mengantarkan Thalia menuju ruangan Tuan Thomas. Perawat itu bernama Lisse. Tak lama, akhirnya ia sampai di depan pintu ruang kerja Thomas si Kepala Rumah Sakit.

"Terimakasih telah mengantarku Nona Lisse," Kata Thalia sambil tersenyum manis pada salah satu perawat yang ia jumpai dan berakhir perawat itu mengantarkannya ke ruangan Kepala Rumah Sakit.

Perawat bernama Lisse itu mengangguk ramah. "Sama-sama, Lady. Senang bisa membantu Anda." Jawabnya dengan senyum manis. "Saya permisi dulu! Ada tugas yang sudah menanti saya," Jawabnya seraya pergi setelah pamit.

I WANT YOUWhere stories live. Discover now