85 - Arsenic Poison

3.6K 531 30
                                    

"Apa Ratu Julie akan selamat?" Tanya Thalia kembali menatap nanar kearah Ratu Julie.

Kedua mata merah keemasan milik burung Phoenix menatap datar kearah Thalia melihat. "Selamat. Hanya saja ia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena ia terkena sihir Ulti Flame. Sihir api yang mempu menghancurkan dan menyedot jiwa seseorang yang terkena akan sihirnya." Paparnya dengan nada datarnya.

Thalia beranjak mendekat kearah Ratu Julie yang tergeletak tidak sadarkan diri. "Semua sudah berakhir paman." Ujar Thalia.

Thalia terdiam melihat kondisi fisik Ratu Julie. Ia membayangkan bagaimana jika hal serupa terjadi padanya. Hatinya yakin ia akan diasingkan dan dikucilkan oleh orang lain karena wajahnya buruk rupa. Sedangkan didunia fiksi ini perlengkapan operasi plastik masih belum ditemukan.

"Aku pasti akan hancur jika mengalami hal serupa." Gumam Thalia dan Ace mendengarnya.

"Jangan terlalu dipikirkan. Ingat kamu tidak boleh menaruh rasa simpati dan empati terlalu berlebihan kepada orang lain." Ace kembali mengingatkan.

***___***

Duke Aaron terhempas kebelakang akibat serangan sihir yang dikeluarkan oleh Duke Smith. Keadaan Duke Aaron terjepit, ia hampir mengalahkan Duke Smith jika pria paruh baya itu tidak menggunakan sihirnya.

Raja Helium segera menepis sihir yang akan menyerang Duke Aaron. Dengan langkah berwibawanya, ia membalas perbuatan Duke Smith.

"Pergilah ketempat aman. Disana ada Daniel, bantulah dia mengamankan tawanan!" Sahut Raja Helium.

Suara ledakan, serta benturan kedua sihir hitam saling bersahutan. Raja Helium cekatan menangkis semua serangan, dan tidal ada tanda-tanda Duke Smith akan menyerah.

Kobaran api yang tiba-tiba muncul melalap habis sosok besar dengan suara jeritannya menggema seiring rasa sakit yang ia terima. Kedua mata Duke melebar sempurna, ia tahu sosok yang bergulat dengan kobaran api tersebut. Fokusnya terpecah, Raja Helium menyerangnya dengan sihir.

Bruk

Tubuh Duke Smith menghantam tanah, ia terpelanting karena sihir milik Raja Helium. Pemimpin Renegades tidak menyerangnya lagi, ia lebih waspada melihat Duke Smith dengan tatapan penuh kesedihan melihat kobaran api yang semakin lama semakin menyusut akibat sosok raksasa kian habis meleleh akibat terbakar.

Netra heterochromia-nya menatap nanar seonggok tubuh yang sebagian terkena luka bakar. Wajah cantik wanita pujaannya kini telah tiada. Perempuan tersebut tidak lebih dari wanita buruk rupa, wanita cacat. Seandainya bisa selamat pun ia akan membutuhkan bantuan orang lain.

"Julie!" Panggil Duke Smith dengan suara tercekat.

Duke Smith menghampiri tubuh wanita yang amat ia puja. Tidak terasa bulir bening mengalir begitu saja. Hatinya mencelos menatap Julie, wanita itu masih setia menutup matanya.

"Seharusnya kamu mendengarkanku. Diawal aku sudah melarangmu untuk membuka portal terlarang. Tapi, kamu sangat sulit untuk dicegah. Meskipun jiwamu bukan Julie aku pun tidak mempermasalahkan, sekarang lihat apa yang terjadi padamu, sayang." Duke Smith membaringkan kepala Julie diatas pangkuannya.

"Kita bawa Ratu ke RS di kerajaanku." Sahut Raja Helium. Pria itu tidak akan melepaskan tawanannya begitu saja. Tidak ada respon apapun dari Duke Smith. Pria itu masih jatuh terpuruk.

Disisi lain, sosok burung Phoniex sudah menghilang, Ace berdiri dengan luka-luka terpampang nyata di wajah dan tubuhnya. Luka tersebut tidak terlihat kala ia masih berwujud burung api. Thalia mendekat dan memeriksa dengan lembut keadaan luka yang didapat oleh suaminya.

"Aku akan mengobati lukamu nanti." Ujar Thalia. Perasaannya lega karena luka yang dialami Ace tidak begitu parah.

Kedua mata Duke Smith melirik tajam, ia menatap kearah Ace dan Thalia nyalang. "Andai kalian tidak menghalangi." Gumamnya hampir tidak terdengar. Ia meletakkan kepala Julie dengan lembut diatas tanah.

Dengan kecepatan penuh, Duke Smith melemparkan sihirnya. Membuat kedua suami istri tersebut memisahkan diri guna menghindari serangan. Duke Smith menyerang Ace secara bertubi-tubi, kedua pria itu terlibat pertarungan yang tidak seimbang. Duke Smith memakai senjata sedangkan Ace menghadapinya dengan tangan kosong.

Thalia segera mengambil pedangnya, ia membantu suaminya menghadapi Duke Smith. Disaat yang tidak terduga, Duke Smith merapalkan mantra. Ia berniat menghabisi nyawa seseorang yang ia tahu menjadi titik kelemahan Ace—istrinya.

"Kamu harus merasakan apa yang saya rasakan." Duke Smith kembali menyerang keduanya dan membuat mereka terpelanting kebelakang.

Thalia segera bangkit, rasa sakit diperutnya membuatnya meringis. Tanpa aba-aba Duke Smith kembali menyerang Thalia dengan bengis dan penuh dendam. Kedua matanya menyorot penuh aura kegelapan.

Suara detingan pedang menggema. Thalia menangkis dan sesekali ia menyerang dengan ilmu bela dirinya. Gadis itu sudah mencapai titik lelahnya, banyak energi dan mana terkuras habis akibat ia menembakkan panah sihir kearah Mictlain. Sebuah tendangan keberuntungan miliknya berhasil mengenai dagu Duke Smith, pria itu jatuh tersungkur kebelakang.

Rasa amis dan anyir darah keluar dari dalam mulutnya yang robek. Ia menyeka sudut bibirnya berdarah. Thalia segera melayangkan serangan, senyuman licik di wajah Duke Smith terpancar. Salah satu tangannya meraup abu serta tanah. Dengan cepat ia menghamburkan kearah Thalia.

Thalia sontak menjerit sesaat karena matanya tiba-tiba pedih. Ia tidak bisa melihat apapun, Duke Smith menyeringai, ia segera mengeluarkan belatinya dan mencoba menyerang sekali lagi.

Jleb

Rasa hangat darah mengalir di tangan Duke Smith. Senyumannya semakin mengembang, ia berhasil menusuknya.

Thalia membeku di tempatnya, ia sudah mendapatkan pengelihatannya kembali meskipun masih terasa nyeri menyerang kedua matanya. Kedua netra heterochromia-nya melebar sempurna menatap sosok di depan matanya yang menatap teduh kearahnya.

Bruk

Tubuh kekarnya seketika ambruk kearah Thalia. Gadis itu berusaha menahan keseimbangan dan berat tubuh pria yang mendekapnya.

Kedua mata Thalia terpaku saat ia melihat ada sebuah belati menancap tepat di punggung pria itu. Seketika tubuhnya mengigil sempurna, seperti serangan kejut listrik. Aliran darah bekerja dua kali lipat keotaknya, ia berusaha merespon alarm bahaya yang dihadapi oleh suaminya.

"Ace!" Suara Thalia tercekat.

Kedua mata merahnya menutup sempurna. Belati itu tepat mengenai jantungnya. Hatinya terenyuh pada tatapan teduh terakhir yang ia dapatkan darinya.

"Ace! Aku mohon. Bangunlah!" Ia mengguncang-guncangkan tubuh yang tidak bergerak itu. Suara Thalia bergetar, ia takut kehilangan sesuatu yang berharga dihatinya.

Suara tawa membahana keluar dari mulut Duke Smith. "Nikmatilah rasa pedihnya. Belati itu sudah aku lumuri dengan racun. Kamu tahu kehebatan racun Arsenic?" Ujarnya.

Tidak lama tubuhnya terlempar jauh kebelakang akibat serangan sihir mendadak.

Sebuah sihir dengan aura kemerahan menyelimuti Thalia. Kedua matanya merah sempurna, gejolak emosi dan rasa amarah memenuhi dirinya. Wanita itu sudah berdiri dengan tatapan kosongnya.

"Kendalikan dirimu, Lady Thalia!" Seru Raja Helium. Pria itu menghampiri tubuh Ace yang sudah tidak bergerak. Raja Helium terkejut melihat kedua mata Thalia bisa seperti dirinya. Merah sempurna.

'Darimana ia mendapatkan berkah itu?' Batin Raja Helium.

Thalia tidak bergeming.

"Hadiahku akan berakhir buruk jika kamu tidak bisa mengendalikan diri." Suara itu kembali terdengar oleh Thalia. Sebuah suara yang Thalia kenal yang telah memberinya sebuah hadiah.

I WANT YOUWhere stories live. Discover now