Bab 4 ~ Membuat Rencana

116 45 2
                                    

Jatuh dari puncak pegunungan ke sisi yang lain, lalu hilang entah ke mana. Benar-benar mengerikan.

Semua anak terdiam begitu mendengar ucapan Sera.

Namun dibanding memikirkan sesuatu yang menakutkan, Piri justru terpikir oleh sesuatu yang lain. "Hei, bagaimana jika di luar sana ... ternyata ada mangkuk-mangkuk yang lain?"

Berpasang-pasang mata yang tadi ketakutan kini menatapnya ragu.

"Ada dunia-dunia yang lain," lanjut Piri memperjelas maksudnya.

Yara mengangguk-angguk, kembali bersemangat. "Ada anak-anak lain juga?"

"Ada Kakek yang lain juga?" Jiro menyahut, lalu nyengir.

Mereka semua tertawa mendengarnya.

"Dan ada Menara Hitam lain juga ..." Piri berkata lambat-lambat untuk menakut-nakuti Sera. "Dengan sepasang mata kuning, yang terus menatap kita saat malam. Menatapmu, Sera."

Sera menjerit. "Hentikan!"

Piri tertawa, lalu menatap anak perempuan di sebelahnya yang bersorot mata cemerlang. "Menurutmu kita bisa ke sana, Yara?"

Yara mendongak. "Pertama, kita harus mendaki dulu."

"Tetapi, bagaimana jika Kakek benar?" kata Sera tetap ngotot. "Kita bisa jatuh di atas sana!"

"Aku akan naik, Sera," balas Yara.

"Kakek akan marah jika kamu membantah kata-katanya!"

"Kakek tidak melarang apa pun, jadi aku juga tidak membantah apa pun." Yara mengangguk-angguk, tampaknya kembali senang dengan kata-katanya sendiri.

Anak perempuan itu lalu berdiri tegak sambil berkacak pinggang, menantang. "Jadi, ada yang mau ikut?"

"Kamu benar-benar mau pergi?" Jiro balas bertanya. "Kapan?"

"Sekarang."

"Sekarang?"

"Ya," tukas Yara. "Itu satu-satunya yang ingin kulakukan saat ini, jadi kenapa harus menunggu atau melakukan yang lain?"

Piri tertegun. Rupanya perkiraannya tadi salah. Yara memang sudah benar-benar bertekad bulat untuk pergi!

"Yara, gunung itu tinggi sekali," tukas Jiro. "Kamu tahu berapa lama kamu akan berjalan?"

"Mendaki, bukan hanya berjalan," sahut Buro.

Yara mengangkat bahu. "Beberapa hari. Kelihatannya jarak awan itu tidak jauh, dibandingkan dengan pegunungan di seberang lembah."

"Bukan berarti lebih dekat," kata Buro. "Itu cuma kelihatannya!"

"Oh, jadi menurutmu berapa jauh?" tukas Yara.

"Lebih jauh daripada ke pegunungan seberang. Lebih lama daripada lima hari!"

"Kalau begitu tidak masalah. Aku bisa pergi sekarang dan kembali kemari sepuluh hari lagi."

Piri ternganga. Yara mengatakannya seolah-olah itu hal yang biasa!

"Yara, kamu serius?" Piri berusaha meyakinkan.

"Kenapa kamu pikir aku tidak serius?"

Piri menghela napas perlahan. "Baik, baik. Berarti kamu harus membawa bekal. Berapa buah allumint yang mau kamu bawa?"

"Untukku, satu kantong. Untukmu, kalau kamu mau ikut, ambil saja dua kantong. Kalau kamu berani ikut, tentu saja."

"Aku ikut," Jiro tiba-tiba berkata.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now