Bab 75 ~ Sang Raja

27 22 0
                                    

Piri ketakutan, membayangkan apa yang akan dilakukan burung itu dengan paruhnya. Namun di luar perkiraannya justru grayhayr itu yang meraung. Hewan itu seperti ketakutan, lalu cepat-cepat turun ke dasar gua. Kaokan nyaringnya terdengar, kemudian menghilang.

Selama beberapa saat Piri menunggu dengan gugup. Di sisinya Yara gemetar. Anak perempuan itu mengangkat tangannya, dan bergumam dengan lebih tenang. Sinar hijau di cincinnya memancar.

Kedua anak terduduk dengan napas naik turun. Keringat dingin mengalir. Mereka tidak berkata apa-apa, hanya bangkit berdiri. Dengan hati-hati mereka lalu melihat ke dasar gua dari atas tebing. Di bawah sana sang grayhayr bertubuh emas itu meringkuk, dan kepalanya menunduk.

"Apa ... apa yang terjadi?" gumam Piri.

"Ia ketakutan ..." jawab Yara, terdengar ragu. "Cincin dan topeng kita membuatnya takut."

"Benarkah?" Hal itu membuat Piri iba. "Bagaimana sekarang?"

"Mungkin ... kita harus mengajaknya berbicara."

Piri teringat. "Seperti dulu waktu kita bicara dengan grayhayr hijau? Atau dengan rubah?"

"Betul." Yara menoleh. "Cobalah."

Piri mengangguk. Ia coba menenangkan diri supaya suaranya nanti tidak bergetar. Setelah tenang, ia memanggil, "Grayhayr Emas! Grayhayr Emas, kami ingin bicara padamu!"

"Y—ya!" Yara menyahut. "Maaf ... jika kami menyakiti atau menakutimu, tapi kami kemari—"

"Lepaskan topengmu!"

Piri dan Yara terkejut bukan kepalang. Suara yang muncul itu berat dan menggema memenuhi rongga gua. Grayhayr Emas ini benar-benar bisa bicara? Dengan bahasa manusia?

"Lepaskan topeng Fraidan dari wajahmu!"

"Dia ... dia berkata padaku," bisik Piri gugup. "Dia bicara! Kamu ... mendengarnya, kan, Yara? Bukan cuma aku yang mendengar?"

"Ya, aku mendengarnya juga."

"Uh ... apa topeng ini harus kulepas?"

Yara tak menjawab, dan justru berseru pada hewan raksasa yang meringkuk di dasar gua, "Kenapa Piri harus melepaskannya? Kamu akan menyerang begitu Piri melepaskan topeng itu!"

"Aku tidak akan menyerang kalian!" Geraman hewan itu kembali terdengar, seolah ia kesal atau mungkin marah.

"Kamu tadi menyerang kami!"

"Aku tidak menyerang kalian! Bagaimana mungkin? Kau adalah si pemilik cincin! Aku cuma ingin melihat kalian dari dekat! Lepaskan topeng itu, jika kalian ingin bicara padaku!"

"Bagaimana jika kamu berbohong?"

Hewan itu berteriak marah, "Grayhayr tidak pernah berbohong! Hanya manusia yang suka berbohong! Terkutuklah mereka yang telah berkata licik dan menghancurkan kaumku!"

Piri dan Yara semakin gugup.

"Lepaskan topengmu!"

Oh, itu sudah cukup! kata Piri dalam hati. Lebih baik ia segera menuruti keinginan hewan buas itu daripada dia terus berteriak-teriak dan membuat kepala Piri sakit.

"Baik! Akan kulepaskan!" Piri menaikkan topengnya ke atas kepala.

Ia melirik ke arah Yara yang masih kelihatan tegang.

"Tidak apa-apa," katanya pada anak perempuan itu.

Di bawah sana grayhayr mengangkat wajahnya. Ia memandang ke atas dengan tatapan tajam. Bola matanya yang besar dan berwarna kelabu seolah hendak keluar dari dalam rongganya.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now