Bab 12 ~ Mata Hijau

60 34 1
                                    

Piri menggeleng-geleng bingung. Apakah makhluk ini tidak bisa mendengarnya? Tidak mungkin. Tadi dia mengangguk saat Piri bertanya apakah dia mengerti kata-katanya, berarti seharusnya dia bisa mendengar.

"Aku akan tetap membawa batu ini. Aku membutuhkannya, dan aku tak akan mengganggumu. Tetapi sebelumnya, boleh aku bertanya?"

Piri dan makhluk itu saling memandang.

Makhluk bermata hijau itu mendesis. "Kau ... tanya?"

"Kamu tahu jalan keluar dari tempat ini?"

Makhluk itu menelengkan kepala. "Keluar?"

"Ya, keluar. Aku dan kedua temanku terjatuh dari tebing. Mereka sekarang ada di ujung lorong, di sebelah sana. Kami semua ingin kembali ke tempat kami semula. Di luar sana."

"Tempat ... pohon ... dan rumput ..."

"Ya. Di luar sana ada pohon, rumput, juga awan, dan langit," kata Piri.

"... Sungai."

Piri tersenyum. "Ada sungai juga."

Makhluk itu menggeleng. Ia mengangkat tangan, mengarahkan jari telunjuknya jauh ke samping kiri. "Sungai."

"Sungai?" Piri mengacungkan batu merahnya ke arah yang ditunjuk.

Rongga gua menyempit di sana, dan di samping sebuah batu besar memang ada lorong lainnya, yang masih tampak gelap. Di sana ada sungai? Itukah yang dimaksud si mahkluk?

Sepertinya tak ada suara apa pun, aliran air atau semacamnya yang bisa menunjukkan kalau di sana benar-benar ada sungai.

Ia kembali menatap si makhluk bermata hijau. "Itu sungai?"

Lawan bicaranya menunjuk lagi. "Sungai."

"Jadi ... di sana ada sungai. Lalu?"

"Sungai ... keluar ..."

Kening Piri berkerut. "Maksudmu, kita bisa keluar lewat sungai itu?"

Otaknya berpikir cepat. Apakah itu sungai yang sama dengan yang keluar dari mulut gua di dekat pohon karamunt?

"Kamu bisa menolong kami?" serunya gembira. "Kamu bisa membawa kami ke sungai itu, dan mengeluarkan kami dari sini?"

Si makhluk kembali meringkuk. "Jangan ... bawa ... batu itu."

"Tidak, sudah kubilang aku harus membawanya. Jadi, kamu bisa membantuku atau tidak?"

Piri terpikir, kalau memang makhluk ini tidak bisa membantu, apa boleh buat, ia mungkin lebih baik pergi saja. Tetapi kemudian ia teringat pada Yara dan Tero, dan sadar, mereka membutuhkan makhluk itu.

Piri berkata lagi, "Kami butuh bantuanmu. Tubuhmu besar. Kamu bisa membawa temanku yang kakinya sakit sampai ke sungai itu, dan dari sana kami bisa keluar."

Ia menunggu tanggapan. Namun makhluk itu tak menjawab,

"Batu ini akan kusembunyikan, jadi kamu tidak perlu takut melihat cahayanya. Jika kamu mau membantu, aku berterima kasih. Aku akan membantumu juga nanti, jika kamu butuh sesuatu."

Kini makhluk itu mengangguk. Piri tersenyum, tetapi belum bisa yakin apakah itu berarti si makhluk bersedia membantu.

Ia pun bertanya, "Kamu butuh sesuatu?"

Makhluk itu menyeringai, memperlihatkan sederetan giginya yang gelap dan kotor. "... Makanan ..."

"Makanan apa?"

"Makanan ... enak."

Piri merinding. Ia tidak tahu penyebabnya, mungkin gara-gara suara makhluk itu terdengar aneh.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now