Bab 51 ~ Yang Lebih Menarik

35 25 0
                                    

Seratus hari kemudian

Kebun bunga milik Tero adalah tempat terindah di Dunia Mangkuk. Anak itu selalu mengatakannya dengan bangga, dan anak-anak lain tidak pernah membantahnya.

Di tempat itu ada setiap warna. Merah, kuning, hijau, biru, ungu, pada kelopak bunga maupun sayap ratusan kupu-kupu yang beterbangan dan hinggap di atasnya. Di sana juga tempat yang menyenangkan untuk bermain. Ada tanah lapang untuk berlari, ada kubangan lumpur untuk berguling. Tak jauh darinya ada pula aliran sungai kecil untuk mandi dan berenang.

Lalu di antara kebun dan sungai, berderet rapi pohon-pohon allumint yang tak pernah berhenti menyediakan buah-buah lezatnya untuk dimakan.

Itu adalah tempat terbaik untuk bermain, makan dan bercerita.

Namun di balik semua itu ada yang selalu terasa kurang bagi Tero. Pada Piri ia berkata sekali lagi hari ini, sambil duduk termenung di rerumputan.

"Andai saja ada kupu-kupu bintang, ini akan jadi kebun yang sempurna."

"Kebunmu sudah sangat indah," balas Piri.

"Tapi bisa jadi lebih baik!"

Piri hanya mengiyakan. Tero sudah sering mengatakan hal itu, dan biasanya dia lalu menanyakan hal yang sama, seperti sekarang.

"Menurutmu kita bisa pergi lagi ke pegunungan, Piri? Dan mencari kupu-kupu bintang lagi? Kita sudah lebih besar sekarang. Mestinya kita sudah boleh pergi jauh, seperti dulu."

"Perjalanan kita yang dulu itu baru seratus hari yang lalu," kata Piri. "Kita masih tetap anak kecil yang sama, belum berubah jadi anak besar seperti ... seperti Rufio, misalnya."

"Aku sudah lebih besar dan kuat!" Tero membantah. "Dan aku sudah tidak sabar! Lagipula nasehat Tuan Ardin ke kita adalah jangan pergi-pergi ke Mallava, Frauli atau negeri-negeri lain yang memang berbahaya. Kalau pegunungan dan gua kupu-kupu ini 'kan letaknya masih di Dunia Mangkuk, jadi menurutku mestinya tidak dihitung. Tempat itu boleh didatangi!"

"Ya boleh saja, asal kamu tidak akan terpeleset lagi dari pohon dan membuat kakimu terluka seperti dulu!"

"Aku bisa berhati-hati! Aku sudah belajar memanjat. Aku bahkan bisa memanjat lebih baik darimu sekarang!"

Piri tertawa lagi. "Oh ya?"

"Ya!" seru Tero.

"Kamu mau tanding memanjat denganku?"

"Kenapa tidak?"

"Mau pohon apa?"

"Karamunt boleh, allumint juga boleh!"

Piri dan Tero saling menantang.

Suara mereka sepertinya cukup keras, bahkan mungkin sampai bisa terdengar hingga ke seberang sungai, sampai lalu seseorang datang menegur.

"Hei! Kalian berdua!"

Piri dan Tero menengok, ke arah anak perempuan dengan sorot mata berbinar cemerlang yang memandangi mereka.

Kedua tangan anak perempuan itu berkacak pinggang.

"Sedang apa kalian?" Yara, anak itu, bertanya galak.

"Kami ..." Tero mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.

"... sedang merencanakan olahraga untuk sore hari," Piri segera menyambung sambil nyengir, "sebelum makan malam."

"Ya," Tero menyahut sambil mengangguk-angguk, lalu meringis. "Kamu mau menonton? Aku akan mengalahkan Piri sore ini!"

"Tidak." Yara menggeleng dengan gaya angkuh.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang