Bab 28 ~ Masuk Kotak

44 29 1
                                    

Sementara Piri bersiap-siap, Pofel mengajak Geza dan Horun berjalan ke depan kereta. Ketiganya berhenti di samping kuda. Tanpa takut Pofel mengulurkan tangannya untuk membelai tubuh hewan itu.

"Hei, kalian!" Pak Kusir langsung membentak dari kejauhan. "Apa yang kau lakukan di sana? Jangan dekat-dekat kudaku!"

"Kenapa tidak boleh?" balas Pofel. "Aku hanya memegangnya."

"Pergi!"

"Kenapa?"

"Pokoknya pergi!" Pak Kusir maju sambil mengangkat tongkat pemukul kudanya, bersiap untuk memukul.

Geza dan Horun cepat-cepat bersembunyi di belakang tubuh Pofel.

"Hei, tidak usah memukul," Pofel melangkah mundur.

"Pergi!"

"Ya, ya." Pofel mengangguk dan berbalik. Namun ia sempat melirik ke arah Piri.

Piri tahu ia telah mendapatkan kesempatannya.

Ia bergegas mendekati kereta dari arah belakang. Tero dan Kasen mengikutinya. Keduanya membuka papan penutup bagasi dan membantu Piri masuk ke dalam, tanpa suara.

Dengan cepat Piri meringkuk di balik selimut.

"Hati-hati," bisik Tero, yang tampak khawatir.

Piri menatapnya beberapa saat, kemudian meringis. "Tutup."

Tero dan Kasen mengangguk.

Begitu pintu bagasi ditutup, kegelapan kembali datang menyelimuti Piri.

Di dalam bagasi udara tidak terasa pengap karena ternyata ada sedikit celah di salah satu sudutnya. Piri bisa bernapas lega sambil menunggu apa yang akan terjadi. Ia berharap tidak ada yang membuka penutup ruangan sempit itu, lalu menemukannya bersembunyi di sana.

Langkah kaki terdengar, juga sayup-sayup orang berbicara.

Piri belum yakin apakah itu suara Tuan dan Nyonya Bumer, tetapi ia mulai merasa bahwa mungkin ia sudah bertindak terlalu berani kali ini.

Ia meringkuk, menutupi tubuhnya dengan selimut, dan pintu pun terbuka. Piri menahan napas dan memejamkan mata.

Sebuah benda besar dan berat menimpa tubuhnya.

Untung saja ia tidak menjerit. Ia berusaha tetap diam.

Tak berapa lama pintu bagasi kembali ditutup. Piri belum berani menyingkap selimut dan melihat benda apa yang menimpanya. Dadanya berdebar kencang, dan kereta mulai berjalan.

Tubuh Piri terguncang-guncang, tetapi ia berusaha tidak mengeluh walau kepalanya sempat terbentur dinding bagasi. Ia berharap tidak ada yang curiga mendengar suara benturan kecil itu.

Ia melirik, akhirnya tahu bahwa benda berat yang menimpanya adalah dua bungkusan kain yang tampaknya penuh berisi pakaian.

Perhatiannya teralih. Dari balik dinding kayu di dalam kereta ia mendengar suara Yara. "Kita ke mana?"

Suara Yara terdengar gugup, tetapi tampaknya anak perempuan itu berusaha memberanikan diri.

"Apa kata-kataku tadi belum jelas?" balas Nyonya Bumer. "Kita akan pulang."

"Ke mana?"

"Jika kukatakan di mana, apa kau akan tahu letaknya? Diamlah. Kau hanya akan bicara jika aku menyuruhmu bicara."

Setelah itu tak terdengar lagi kata-kata, baik dari Yara, Kaia, maupun Tuan dan Nyonya Bumer. Hanya suara roda kereta yang terus berputar melewati jalanan berbatu, dan juga dengusan napas kuda. Kadang, terdengar pula lecutan cambuk yang dilepaskan Pak Kusir.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now