Bab 57 ~ Itu Untuk Kalian

32 23 0
                                    

Awalnya pandangan laki-laki bertubuh besar itu tajam dan waspada, mungkin seperti saat dia bersiap menghadapi binatang buas. Kemudian tatapan itu menjadi lebih tenang. Sepertinya karena kini dia tahu yang mendatanginya adalah dua anak kecil yang tidak kelihatan berbahaya.

Piri menelan ludah. Si laki-laki sudah melihat, jadi ia dan Yara tidak bisa lagi mundur. Masih tegang, Piri mengambil baju-baju yang ada di tangan Yara, hendak menyerahkannya, tetapi belum berani berkata-kata.

Laki-laki itu satu demi satu meletakkan kurungan-kurungan besinya, kemudian mendekat hingga berdiri di depan Piri dan Yara.

"Apa itu baju-baju anakku?"

"Ya," jawab Piri sambil menyerahkan baju di tangannya. "Maaf ... aku ... aku mengambilnya semalam."

"Tidak," Yara berkata lirih. "Aku yang mengambilnya ..."

Si anak perempuan, pemilik baju itu, berjalan dari depan rumah dan berhenti di samping ayahnya. Piri baru menyadari bahwa anak itu tidak bisa berjalan dengan sempurna. Kakinya yang kiri agak bengkok, dan itulah yang membuatnya terpincang-pincang. Anak perempuan itu tampak senang melihat bajunya kembali, tapi dahinya berkerut begitu melihat Piri dan Yara.

Ia bertanya, "Kalian berdua kenapa tidak memakai baju?"

"Kami ... kami tidak punya baju," jawab Piri.

Ia melirik ke arah Yara, tetapi anak perempuan itu diam saja. Sepertinya untuk soal ini dia akan membiarkan Piri yang menjawab semua pertanyaan.

Piri sendiri yakin ia sudah menjawab dengan baik, walaupun jawabannya tadi tidak sepenuhnya benar. Kalau ia menjawab bahwa baju mereka ketinggalan di Dunia Mangkuk, dan mereka pergi ke negeri ini dengan dibawa burung raksasa, mungkin malah bisa membahayakan mereka berdua. Kalau laki-laki ini melapor ke orang-orang Mallava, bisa gawat!

"Tak punya baju?" gumam laki-laki itu heran. "Kalian tinggal di mana?"

"Di pegunungan," jawab Piri. Sedikit demi sedikit keberaniannya muncul. "Kami ingin pergi ke kota, tapi tersesat. Kami kedinginan, dan waktu melihat baju di rumah ini, kami mengambilnya."

"Bahasa kalian agak aneh. Apa nama tempat tinggal kalian?"

"Kami ... kami tidak punya nama ..." jawab Piri ragu.

"Kalian ingin pergi ke mana?"

"Suidon," Yara menjawab cepat. Tampaknya rasa takutnya juga mulai reda. "Apakah tempat itu di dekat sini?"

"Tidak dekat, tapi tidak jauh. Kenapa kalian mau ke sana?"

"Mencari teman kami," jawab Piri.

Si laki-laki besar mengangguk, walau tampaknya belum begitu percaya. Ia menoleh ke arah putrinya, yang seingat Piri tadi bernama Erin.

"Kalian sudah sempat mengambil baju putriku," kata laki-laki itu. "Dan kusebut itu sebagai mencuri. Kalian tentunya paham."

"Itulah kenapa kami mengembalikannya," jawab Yara lirih.

Si laki-laki besar memandangi Piri dan Yara bergantian.

"Ayah," kata Erin tiba-tiba sambil memegang lengan ayahnya. "Mereka membutuhkan baju itu. Berikan saja."

"Kamu yakin?"

"Iya. Kasihan. Baju itu untuk mereka saja."

Si laki-laki besar tampak ragu, kemudian mengangguk. "Ya sudah. Anakku yang memutuskan. Baju itu untuk kalian. Kalian boleh memakainya lagi."

Piri dan Yara saling menatap bingung. Hal ini sama sekali di luar perkiraan. Mereka diperbolehkan memakai baju itu lagi?

Keduanya tersenyum lebar. "Terima kasih, Tuan."

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now