Bab 79 ~ Keputusan

28 25 0
                                    

"Jadi ... ini keputusanku?" tanya Yara, belum yakin.

"Ya, keputusanmu, Yara," jawab Piri.

"Menurutmu ... bagaimana seharusnya?'

Piri termenung, coba memikirkan semuanya. "Selama ini hewan-hewan tidak pernah berbuat buruk pada kita, dan aku percaya grayhayr juga begitu." Ia melirik hewan raksasa yang duduk di dasar gua. "Dia tahu begitu banyak tentang masa lalu, melebihi apa yang diketahui Tuan Karili atau orang lain. Jadi ... aku percaya kata-katanya."

"Tapi apa kamu tidak kasihan pada Tuan Karili dan orang-orang Frauli? Mereka begitu mengharapkan bantuan Grayhayr Emas."

"Kamu ingat rubah merah yang ditangkap Tuan Rolin, kan?"

"Aku ingat." Yara tersenyum. "Ah, rasanya menyenangkan kalau kita bisa berkunjung lagi ke rumah Tuan Rolin dan Erin. Bagaimana kabar mereka ya? Apakah Erin akhirnya bisa sembuh?"

Piri nyengir. "Mudah-mudahan! Tapi maksudku tadi, waktu rubah-rubah itu ditangkap, kita merasa sedih, karena kita tidak suka mereka dimasukkan ke dalam kurungan. Sekarang kurasa sama saja. Kenapa kita membiarkan grayhayr ini terus dipenjara?"

Yara tercenung. "Ya, menurutku juga begitu."

"Di sisi lain, apa kamu mau membebaskannya? Dan membiarkan orang-orang Frauli itu berjuang sendiri melawan Mallava? Tuan Karili dan yang lain pasti akan marah, kamu tahu?"

"Mereka boleh marah. Tapi aku berhak membuat keputusan."

"Itu maksudku." Piri tersenyum lebar. "Dan aku mendukungmu, Yara. Aku akan membantumu bicara pada mereka nanti."

Keduanya sepakat. Mereka pun menyampaikan pada Grayhayr Emas tentang keputusan mereka.

"Kami akan membebaskanmu," kata Yara. "Setelah ini kamu boleh pulang ke pegunungan."

Sang grayhayr mengangguk hormat. "Terima kasih."

"Tinggal sekarang bagaimana caranya mengeluarkanmu dari perut bukit," kata Piri sambil mengamati sekelilingnya. Rasanya mustahil membuat hewan raksasa itu keluar dari tempat ini.

Sang grayhayr berkata, "Itu tidak sulit. Semua sudah diatur oleh Gorhai. Ia mampu melihat sampai jauh ke depan. Angkat cincinmu, anak cucu Gorhai, dan lihat rongga yang terletak tepat di dinding gua di seberang kalian. Kalian lihat?"

Piri dan Yara melihat rongga yang dimaksud.

"Arahkan cincinmu ke sana."

Yara mengikuti kata-katanya. Ia mengarahkan sinar hijau dari cincinnya tepat ke tengah-tengah rongga bundar.

Cahaya hijau menyilaukan berpendar dari dalam rongga itu, menjadi pemicu munculnya titik-titik hijau lainnya di seluruh dinding dan langit-langit gua. Suara gemuruh yang menakutkan terdengar.

Atap kubah gua perlahan-lahan merekah. Batu-batu yang ada di puncaknya berguguran, di balik sana, bergulir menuruni lereng.

Piri terpana. Kegelapan gua terganti oleh kelamnya langit malam yang dihiasi cahaya dari titik-titik bintang.

Dasar gua tempat Grayhayr Emas kemudian terangkat hingga akhirnya sejajar dengan tempat anak-anak berdiri. Setelah seluruh dinding gua terbuka, burung raksasa itu melengking tinggi, dan kedua sayapnya terkembang lebar.

Makhluk itu menunduk, lalu memandangi Piri dan Yara sekali lagi.

Piri menatap dengan dada berdebar kencang, mengira-ngira apa yang bakal dilakukan si hewan buas raksasa sekarang.

Piri mengangkat tangan dan memegangi topeng besi di atas kepalanya, bersiap-siap jika ternyata tiba-tiba hewan itu berubah menjadi jahat dan menyerang mereka. Yara bersiap dengan cincinnya.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now