Bab 24 ~ Peraturan dan Hukuman

45 31 1
                                    

Ketukan langkah memecah keheningan, terdengar dari arah pintu.

Nyonya Kulip muncul, diikuti oleh Tuan Dulum. Keduanya lalu berdiri kaku di depan kotak panjang.

Piri memperhatikan, kecuali dirinya dan Yara serta Tero, seluruh anak lain tak ada yang berani menatap perempuan itu, dan hanya menunduk memandangi mangkuk makanan di depan mereka.

Sepertinya itu adalah salah satu aturan dari Nyonya Kulip, bahwa di ruang makan ini mereka harus diam dan menunduk.

Piri, Yara dan Tero segera menunduk pula, tetapi sepertinya terlambat.

Nyonya Kulip menangkap gerakan mereka, dan berkata, "Kalian bertiga sudah tampak lebih beradab sekarang. Kalian harus berterima kasih pada Bibi Molen. Kalian sudah melakukan itu?"

Piri mengangkat wajah. "Melakukan apa?"

"Ucapkan terima kasih pada Bibi Molen! Sekarang!"

Piri dan kedua temannya bergidik ngeri. Cepat-cepat mereka menatap Bibi Molen yang berdiri di samping Nyonya Kulip.

"Te—terima kasih, Bibi Molen!" seru ketiganya.

"Bagus." Nyonya Kulip mengangguk.

Ia lalu berkata pada semua anak, "Kalian lihat, kita kedatangan penghuni baru. Mereka tidak lebih pandai daripada kalian, dan karenanya Ibu minta kalian membantu mereka mengenali dan mematuhi peraturan di tempat ini. Kalian sudah tahu, Ibu sangat baik kepada anak-anak yang patuh, dan sebaliknya, sangat keras dan tidak akan segan memberi hukuman pada mereka yang nakal dan gemar melanggar peraturan. Untuk yang terakhir ini, Ibu akan memberikan contoh, dan pelajaran untuk kalian semua."

Ada sesuatu yang menakutkan keluar dari nada ucapan Nyonya Kulip. Contoh apa maksudnya? Piri bertanya-tanya dalam hati.

"Geza, Pofel, Horun!" seruan Nyonya Kulip menggelegar. "Maju ke depan!"

Desah napas tertahan seluruh anak terdengar.

Tiga orang anak, seluruhnya laki-laki, keluar dari barisan dengan ragu-ragu, lalu berjalan ke samping Nyonya Kulip.

Wajah ketiganya pucat dan badan mereka gemetar.

"Ibu akan memberi hukuman yang pantas buat mereka."

Nyonya Kulip menoleh pada Tuan Dulum.

Tuan Dulum mengeluarkan tongkat kayu semacam ranting pohon yang panjangnya satu tangan dan tebalnya satu jari.

Piri teringat, tongkat itu hampir serupa dengan yang dipakai Tuan Rodik untuk mengendalikan kudanya. Dengan cara memukul pantat.

Piri bergidik ngeri. Ia langsung tahu apa yang akan terjadi, bahkan sebelum ketiga anak itu menurunkan celana.

Kejadian berikutnya berlangsung begitu cepat. Ketiga anak laki-laki berjejer dan menunduk dengan kedua tangan berpegangan di tepian kotak panjang, lalu Tuan Dulum menyabet pantat mereka satu per satu.

Ketiganya menjerit.

Seluruh anak terenyak.

Sabetan kedua terayun.

Piri tidak tahan dan langsung berteriak, "Nyonya Kulip, Tuan Dulum, hentikan! Mereka kesakitan!"

Nyonya Kulip tertegun, demikian pula Tuan Dulum dan Bibi Molen.

Mata si nyonya menyorot tajam. "Kau yang bernama Piri, bukan? Sebelum berani berkata-kata, kau harus tahu beberapa hal. Pertama, panggil aku dengan sebutan 'Ibu', bukan 'Nyonya'. Kedua, kau tahu apa yang diperbuat ketiga anak ini sehingga mereka pantas mendapat hukuman?"

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang