Bab 13 ~ Menyusuri Lorong

65 31 1
                                    

Yara dan Tero mengambil batu, lalu memukul-mukul dinding tanah sekeras-kerasnya.

Mereka tidak tahu cara apa yang paling tepat untuk mengusir kupu-kupu bintang, tetapi mungkin dengan suara keras hewan-hewan itu akan merasa terganggu lalu memutuskan pergi.

"Maaf!" kata Tero dengan sedih pada seluruh kupu-kupu. "Kalian harus pergi sekarang! Tetapi kita akan bertemu lagi!"

Ribuan kupu-kupu melepaskan diri dari dinding tanah. Mereka berputar-putar di udara, lalu bergerak naik, hinggap lagi jauh di atas. Jangan-jangan mereka memang bisa mengerti ucapan Tero.

"Mereka sudah cukup jauh, Piri!" seru Yara. "Biar saja di sana. Ini sarang mereka, rumah mereka, tidak baik kita mengusirnya lebih jauh."

"Ya, di sini sudah cukup gelap," sahut Tero. "Dia bisa turun."

Piri menoleh ke belakang, memandangi si makhluk. "Ikuti aku."

Perlahan ia menuruni tebing. Ia tak menemui kesulitan. Dalam waktu singkat ia sudah melompat ke samping Yara dan Tero.

Ia lalu mendongak. Sepasang mata hijau itu berkedip.

"Turunlah!" seru Piri.

"A—apa itu, Piri?" tanya Yara tercekat. "Yang hijau-hijau?"

"Jangan takut, dia seperti kita."

"Maksudmu—?" Pertanyaan Tero terhenti, karena saat itu si makhluk melongok, memperlihatkan jurai-jurai rambut kasar yang menutupi sebagian wajahnya.

Napas Yara tertahan, sementara Tero ternganga.

Makhluk itu berbalik memunggungi, lalu pelan-pelan menuruni dinding tanah. Kedua tangannya panjang, demikian pula kakinya. Kulitnya berwarna gelap, segelap lumpur.

"Dia seperti kita?" bisik Tero ketakutan. "Tidak! Dia besar!"

"Dia seperti kita," tukas Piri. "Cuma lebih besar sedikit."

"Dia punya rambut di wajah," ujar Yara sambil bergidik. "Dan juga di tubuhnya!"

"Seperti Kakek," sahut Piri.

"Dan matanya berwarna hijau!" kata Tero.

"Seperti ..." Piri mencari padanan yang cocok, "Mata Kuning."

Tero melotot.

Piri meringis. Itu padanan yang cocok, tapi buruk juga.

Yara menggeleng keras. "Dia tidak seperti kita ..."

"Hei, di atas sana aku juga tadi takut," tukas Piri. "Tetapi lama-lama biasa saja. Dia berbeda, tapi tidak berbahaya."

"Bagaimana kamu tahu kalau dia tidak—?"

"Sssttt, Yara!" Tero menyuruhnya diam.

Makhluk asing itu akan tiba di samping mereka sebentar lagi, dan tiba-tiba Piri merasakan jantungnya berdegup kencang. Yara benar juga, bagaimana Piri bisa yakin kalau makhluk ini tidak berbahaya?

Kedua kaki si makhluk menjejak tanah. Perlahan ia berbalik.

Yara menarik diri ke belakang Piri, bersembunyi. Tero pun merapat ke tubuh Piri. Piri mendongak, berusaha tetap tenang.

Makhluk itu membungkuk. Matanya menyipit, perlahan memandangi Yara, lalu Tero, kemudian kembali ke Piri. Mata hijau itu terasa berbeda sekarang, tidak lagi bercahaya, tidak seperti ketika berada di dalam lorong.

Apakah itu pertanda baik? Piri menggenggam batu merah yang ia pegang dengan tangan kirinya dan masih ia sembunyikan di balik punggung.

Ia tak akan ragu menunjukkannya lagi jika memang makhluk itu ternyata berubah jadi berbahaya.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now