Bab 38 ~ Langit Merah

40 26 0
                                    

Piri tertegun. Ia belum pernah melihat kebakaran sebelum ini, tapi dari ucapan Kasen kelihatannya ini adalah situasi yang sangat berbahaya.

"Terus bagaimana?" katanya panik.

Kasen memandang ke atas, ke arah kamar-kamar yang kini jendelanya terbuka. Jeritan panik anak-anak terdengar bersahut-sahutan.

"Semuanya keluar!" suara lantang Bibi Molen terdengar. "Keluar dari rumah! Cepat!"

Rumah Merah terbakar! Sedemikian cepat api merambat dari belakang rumah, lalu menghabisi bagian lainnya satu per satu. Hawa yang tadinya dingin berubah panas. Asap tebal yang menyesakkan dan memedihkan mata memenuhi udara. Atap dan dinding berderik-derik.

Untunglah anak-anak segera muncul, berlarian keluar dari pintu depan sambil menjerit-jerit. Nyonya Kulip dan Bibi Molen bersama mereka. Tuan Dulum tidak terlihat.

Di balik pohon Piri bingung harus berbuat apa.

Di sebelahnya Kasen menghitung. "Delapan belas, sembilan belas ... Sembilan belas!" serunya tertahan. "Kurang satu!"

"Hah?" Piri memperhatikan setiap anak yang berkumpul di halaman.

Seluruh anak itu terbengong-bengong menatap Rumah Merah yang kini terbakar hebat, sementara tubuh Nyonya Kulip bergetar, menahan amarah.

"Pofel? Pofelkah yang tidak ada?" tanya Piri.

Kasen menggeleng, bingung bercampur khawatir. "Ya, aku tidak melihatnya. Apa masih ada di dalam?"

"Kita harus mencari dia!"

"Ke mana? Ke dalam rumah? Kamu gila."

"Aku akan bertanya."

Tanpa ragu Piri keluar dari balik pohon, mengendap-ngendap di belakang kumpulan anak-anak. Nyonya Kulip dan Bibi Molen berdiri tak jauh di depan, jadi Piri tahu ia harus sangat berhati-hati supaya kehadirannya tidak terdengar mereka berdua.

Piri melihat Geza dan Horun berdiri paling belakang, maka ia pun mendekati mereka, lalu mencolek punggung kedua anak itu. Keduanya hampir berteriak kaget. Piri cepat-cepat menyuruh mereka diam.

"Piri," bisik Geza dengan wajah bingung. "Kamu bisa ada di sini?"

Piri balik bertanya, "Pofel, di mana Pofel?"

"Tidak tahu," Horun menjawab. "Pagi tadi ia dibawa Tuan Dulum ke gudang."

Geza menoleh heran padanya. "Kamu benar melihat itu?"

"Ke gudang di samping halaman?" tanya Piri.

"Gudang di rumah, di lantai bawah." Horun terperangah gara-gara ucapannya sendiri. "Oh, dia masih ada di dalam! Dia bisa mati!"

Seruannya membuat semua orang menengok, termasuk Nyonya Kulip dan Bibi Molen. Keduanya melotot begitu melihat Piri.

"Kau ... Kenapa kau bisa ada di sini?" seru Nyonya Kulip.

Piri menjadi kesal. Rasa takutnya justru menghilang. Baginya itu pertanyaan yang tak ada gunanya dijawab. Ada urusan yang lebih penting.

"Di mana Pofel?" Ia bertanya tanpa takut. "Apa dia ditahan di dalam rumah? Apa dia masih di dalam gudang?"

Nyonya Kulip dan Bibi Molen terkejut, saling menatap, lalu melihat semua anak yang lain.

"Dia ... dia tak ada bersama kalian?" tanya Nyonya Kulip.

Anak-anak menggeleng.

"Kulihat Tuan Dulum bawa Pofel ke gudang!" seru Horun. "Bukan Ibu yang suruh?"

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang