Bab 6 ~ Malam Pertama

101 43 6
                                    

Mereka memulai perjalanan dengan menyeberangi sungai. Sungai itu tidak deras, tidak lebar, tidak pula dalam. Namun mereka harus hati-hati saat melintasi bebatuan licin dan tajam yang menghubungkan kedua sisi sungai.

Di seberang sungai mereka berbelok, lalu mulai mendaki tanah berumput yang licin. Semak belukar menghalang di sepanjang jalan.

Pohon-pohon besar juga menunggu di kanan, di kiri, dan juga di depan mereka, tetapi sejauh ini semua hal itu bukanlah masalah besar.

Di lereng yang cukup datar mereka berhenti. Mereka beristirahat sambil memakan buah allumint, tertawa-tawa memperhatikan pohon-pohon berdaun kuning jauh di bawah yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka.

Di sana tampak belasan anak yang kini besarnya hanya sekuku jari.

Tawa Piri dan teman-temannya mereda. Mereka diam termenung.

Nere mendongak menatap langit. "Sebentar lagi gelap. Biasanya saat ini kita makan bersama mereka."

"Yara," Sera memanggil. "Apa mereka tidak akan mencari kita?"

"Tentu saja mereka akan mencari," jawab Yara.

"Mereka tentu khawatir," ujar Sera.

Nere mengangguk. "Sangat khawatir."

"Sebelum berangkat kita seharusnya memberitahu mereka ke mana kita pergi," kata Sera penuh sesal.

Yara menggeleng. "Kalau kita beritahu, mereka bakalan ribut!"

"Ribut?" Sepasang alis tipis Sera terangkat.

"Ya, dan lalu semuanya bakalan ikut!" lanjut Yara.

"Memangnya kenapa, kalau semuanya ikut?" Buro bertanya.

"Perjalanan akan lebih sulit kalau jumlah kita terlalu banyak."

"Lebih sulit bagaimana?" tanya Nere dan Sera bersamaan.

"Ya ... seperti itu!" sahut Yara.

"Kenapa tidak kamu jelaskan, Yara?" tanya Jiro.

"Aku malas!"

"Huh! Kamu selalu begitu jika tidak punya jawaban," tukas Buro.

Yara melotot. "Aku punya jawaban!"

Begitulah, Yara justru akan semakin keras kepala jika ditekan. Yara kini menatap Piri, sepertinya menunggu serangan berikutnya, tetapi Piri hanya mengangkat bahu. Ia tidak ingin membuat Yara semakin kesal.

"Hei!" Tero berseru. "Aku juga lebih suka mencari kupu-kupu bintang kalau jumlah kita sedikit. Kalau terlalu banyak malah jadi merepotkan! Semua berebutan. Kupu-kupu itu akan pergi ketakutan dan kita tak akan mendapatkan apa pun!"

Yara nyengir. "Nah! Itu jawabannya!"

"Tetapi kita 'kan bukan mau mencari—"

Kalimat Buro terhenti begitu lengannya disikut Jiro. Keduanya saling memandang, dan wajah Buro tampak memerah kala kembali menatap Tero. "Eh, ya ... ya, kamu benar, Tero. Nah, itu dia jawabannya."

Tero tertawa. Piri dan anak-anak lainnya saling melirik.

Sejauh ini aman, Tero masih percaya bahwa mereka pergi ke pegunungan adalah untuk mencari kupu-kupu bintang.

"Hei, lihat!" Piri menunjuk jauh ke bawah lembah. "Teman-teman kita sudah berkumpul."

"Betul." Sera mengangguk sambil menggigiti bibirnya gelisah. "Seperti yang biasa kita lakukan. Mengumpulkan buah-buahan, sayur atau kacang. Kita duduk membentuk lingkaran. Semua makanan milik bersama, dan semuanya dibagi rata."

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now