Bab 92 ~ Makan-Makan

38 25 0
                                    

"Apa benar kita tak bisa lagi melihat mereka?" tanya Yara. Tampaknya dia masih merasa sedih berpisah dengan kedua burung raksasa itu.

"Aku tak tahu," Piri menjawab pertanyaan Yara. "Sepertinya begitu."

"Rasanya aku seperti kehilangan teman," kata Yara. "Dua teman, tiga, atau bahkan lebih. Rasanya tidak terlalu menyenangkan."

"Tidak usah terlalu dipikirkan," kata Piri. "Lihat! Kita punya teman-teman lainnya. Jumlahnya ada tiga puluh satu!"

Keduanya tersenyum lebar begitu melihat kedatangan Tero dan semua anak-anak Dunia Mangkuk. Semua anak itu berlari kencang menembus padang rumput sambil berteriak-teriak. Setelah bertemu mereka semua saling berpelukan serta melompat-lompat gembira.

"Kalian ke mana?" tanya Tero dengan suara lantang. Ekspresi wajahnya campuran antara senang, lega sekaligus kesal. "Kalian pergi ke dunia seberang? Kalian tidak mengajakku!"

Piri meringis. "Soal itu, mmm ... ya, aku minta maaf. Waktu itu aku juga tidak mengira bisa pergi ke sana. Ceritanya panjang."

"Ceritakan semuanya! Ceritakan!" seru anak-anak yang lain.

"Ya! Ceritakan! Oh, sebentar! Sebentar! Jangan sekarang! Tidak seru kalau sekarang!" Tero berteriak. "Ceritakan itu saat kita makan. Sore ini, di atas bukit! Bagaimana?"

"Ya! Ayo kita makan-makan di sana!"

"Makan! Makan! Makan!" Semua anak berteriak-teriak girang.

Piri tertawa. Ia teringat pada setiap anak yang pernah ditemuinya saat berada di luar Dunia Mangkuk, dan sadar betapa berbedanya mereka dengan teman-temannya di sini, yang tawanya selalu lepas seolah tidak pernah merasakan persoalan apa pun.

Benar kata Grayhayr Emas, negeri pemberian Dewi Angin ini adalah tempat terindah dan terdamai yang pernah ada. Ini adalah hadiah paling besar yang bisa diberikan Dewi kepada mereka.

Tetapi pikiran lain lalu terlintas di benaknya.

Sekarang, setelah mengetahui sejarah negeri Frauli dan asal-usul dirinya, apakah Piri bisa tetap merasa damai? Jika nanti Yara bercerita pada anak-anak, apakah setiap anak nantinya tetap bisa tertawa lepas, dan Dunia Mangkuk tetap bisa menjadi tempat yang indah dan damai?

Piri gelisah memikirkan hal itu, tetapi kemudian menyadari, ia sudah berpikir terlalu jauh. Terlalu banyak berpikir. Oh, jangan-jangan ia sudah tidak cocok lagi menjadi anak-anak Dunia Mangkuk!

Ia menggerutu. Ia tidak mau seperti itu. Selamanya ia berharap tetap bisa menjadi sosok anak-anak dari Dunia Mangkuk.

Sore itu, menjelang matahari terbenam, seluruh anak berjalan menuju bukit sambil bernyanyi. Di sebuah tanah lapang mereka duduk, menggelar berbagai macam buah-buahan serta menyiapkan mangkuk masing-masing.

Ketika matahari perlahan turun di balik pegunungan seluruh anak diam dan memperhatikannya. Hanya suara angin lembut yang terdengar berdesir.

Setelah matahari benar-benar pergi dan tinggal purnama yang bersinar dengan lembut, barulah keriangan kembali muncul. Makanan dibagikan dan semua berceloteh gembira.

Kemudian Yara bercerita. Semuanya mulai dari awal, sejak saat ia dan Piri dibawa grayhayr kelabu, kemudian bertemu dengan Tuan Rolin yang berburu rubah merah, dan Erin putrinya, yang kakinya pincang.

Lalu tentang negeri Suidon dan Frauli. Tentang teman-teman baru yang mereka temui, dan bagaimana mereka diserang oleh pasukan Mallava di Benteng Krufix.

Lalu yang paling menarik, tentang topeng dan cincin besi yang mereka gunakan untuk melawan prajurit musuh.

Anak-anak berseru, "Kenapa kalian tidak membawa benda-benda itu kemari? Kami juga ingin melihatnya!"

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now