Bab 27 ~ Rencana Piri

44 32 1
                                    

Piri dan Tero menunggu dengan gelisah di halaman. Di bawah pohon rindang tak jauh dari jalanan berbatu anak-anak berkumpul, membicarakan sosok Tuan dan Nyonya Bumer.

Ada yang bilang kedua orang itu tidak menyenangkan, tetapi ada juga yang berkata mungkin hanya penampilan mereka saja yang kaku dan siapa tahu mereka sebenarnya orang baik.

Baik atau tidak, tetap saja Piri dan Tero tidak suka. Mereka tidak mau berpisah dengan Yara, dan mereka yakin Yara juga pasti begitu. Yara pasti lebih suka pulang bersama mereka.

Tetapi, bagaimana jika tidak? Bagaimana jika ternyata Yara harus pergi?

Bagaimana jika ternyata dia memang mau pergi?

Maka ketika keempat anak perempuan yang tadi diminta tinggal di ruangan akhirnya berlari ke luar rumah, semua anak lainnya segera menyambut. Mereka menjauh ke pojok halaman, agar perbincangan mereka tidak didengar kusir kereta kuda milik Tuan dan Nyonya Bumer.

"Jadi bagaimana tadi?" tanya Kasen.

Yara dan tiga anak perempuan lainnya saling memandang.

Arin, yang berambut pendek, menjawab, "Kami dipisahkan, dan Nyonya Bumer berbicara pada kami satu per satu."

"Dia bertanya kami dari mana, apa yang kami suka, dan kami suka pergi ke mana," kata Lusi, yang senyuman dan raut wajahnya paling cerah. "Menurutku, Nyonya Bumer orang baik, dan semoga dia suka padaku."

Pofel memandanginya tak percaya. Ia menoleh ke arah Kaia. "Dia bertanya seperti itu juga?"

"Ya," Kaia menjawab singkat.

"Padamu juga, Yara?" tanya Tero.

"Semacam itu," ucap Yara.

Piri belum bisa menebak apa yang ada dalam benak anak perempuan itu. Apakah dia sedang berharap untuk disukai Nyonya Bumer, atau sebaliknya?

"Kamu bilang kita dari mana?" tanya Piri.

"Dari Dunia Mangkuk," jawab Yara, yang lalu meringis. "Dia tak percaya, sepertinya, mudah-mudahan."

"Kamu tidak suka pada Nyonya Bumer?" tanya Lusi heran.

"Aku tidak mau pergi."

Piri tersenyum lebar. Demikian pula Tero.

"Lalu setelah ini apa?" tanya Kasen.

"Ibu menyuruh kami keluar," jawab Arin sambil melirik ke arah rumah. "Dan sebentar lagi, mungkin—"

"Anak-anak!" seruan Bibi Molen terdengar.

Perempuan bertubuh gemuk itu berdiri di dekat pintu. Cukup jauh jaraknya dari tempat anak-anak berkumpul, tetapi suaranya memang tidak terkalahkan, jauh lebih keras daripada suara Tero.

Anak-anak bergegas menghampiri. Bibi Molen tidak berkata apa-apa. Ia langsung masuk ke dalam rumah, dan anak-anak mengikutinya.

Mereka masuk ke ruang tengah. Nyonya Kulip dan dua orang tamunya sudah menunggu.

Nyonya Kulip berkata, "Anak-anak, Tuan dan Nyonya Bumer senang bisa bertemu kalian. Menurut Nyonya Bumer kalian semua anak yang cantik dan tampan. Jika bisa, ia ingin mengambil kalian semua menjadi anaknya."

Apa maksudnya itu? Piri tidak mengerti.

Ia melirik Kasen di sampingnya. Dahi anak bertubuh tegap itu berkerut, tampaknya ia tak percaya sedikit pun.

"Sayang sekali, Nyonya Bumer hanya bisa mengambil dua. Dan ia sudah memilih."

Nyonya Kulip berhenti sejenak, membuat setiap anak menahan napas.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now