Bab 91 ~ Perpisahan

31 24 0
                                    

Piri memegang erat-erat cakar burung raksasa yang melingkari tubuhnya. Sebenarnya ia bisa saja melepaskan kedua tangannya, kemudian membentangkannya lebar-lebar dan bergaya seperti seekor burung yang sedang terbang di angakasa, seperti yang tengah dilakukan Yara di sampingnya.

Tapi biarlah anak perempuan itu saja yang melakukannya. Piri cukup menikmati perjalanan di udara dengan caranya sendiri. Ia memejamkan mata, merasakan angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya.

Ketika membuka mata lagi, tampak langit, awan dan pegunungan yang terbentang luas dan putih membiru seolah tak terpisahkan.

Dan akhirnya satu pemandangan favoritnya, ketika Yara melepaskan senyumannya yang paling menawan. Senyuman yang selalu muncul saat gadis itu berada di suasana hatinya yang paling menyenangkan.

Anak perempuan itu kemudian menoleh dan berseru, "Piri!"

"Ya?" jawab Piri, sedikit gugup.

Awalnya ia berpikir, mungkin ia gugup gara-gara angin dingin yang menggigiti tubuhnya. Tetapi kemudian ia sadar, udara sebenarnya tak terlalu dingin berkat hawa hangat yang keluar dari tubuh Grayhayr Emas.

Ia gugup, karena ketahuan sedang memperhatikan anak perempuan itu.

Namun Yara sepertinya tak memikirkan hal itu. Dia bertanya, "Kamu ingat sudah berapa hari kita berada di luar Dunia Mangkuk?"

"Hmm ... berapa ya? Aku tidak menghitung ..." jawab Piri.

Yara meringis. "Sejak si grayhayr kecil membawa kita menyeberangi pegunungan, hingga hari ini, semuanya tiga belas hari!"

"Tiga belas? Kamu yakin?"

"Ya. Hanya tiga belas hari! Kamu tahu artinya? Hanya tiga belas hari, tapi ... rasanya seolah begitu lama ..." Yara tiba-tiba termenung, kemudian tersenyum lagi. "Ada begitu banyak cerita yang kita dapatkan ..."

"Dan bisa kita bagi pada anak-anak yang lain," sambung Piri.

Yara tertawa. "Tero bakalan iri. Kita sekarang punya cerita yang jauh lebih banyak dibanding dia!"

Piri meringis. "Belum tentu. Sebelum kita pergi Tero sempat bilang padaku, ia dan anak-anak lainnya hendak mendaki pegunungan seperti dulu. Siapa tahu dia sekarang juga punya banyak cerita."

"Cerita kita lebih banyak, dan pasti lebih menarik!"

"Ya ... Kamu mau menceritakannya semua?"

"Mungkin. Kamu?" Yara balik bertanya.

Piri menggeleng. "Kamu saja yang bercerita. Aku mendengarkan saja."

"Baik." Yara tersenyum lebar. "Aku yang akan bercerita nanti. Akan kupikirkan apa saja yang bisa kucerita ... Hei! Lihat!"

Tiba-tiba ia menunjuk ke bawah. Hutan lebat hijau terhampar luas sejauh mata memandang, dibatasi oleh pegunungan membiru jauh di depan dari ujung kiri hingga ke ujung kanan langit.

Di salah sudut hutan tampak sebuah rumah sederhana. Letaknya tersembunyi di antara pepohonan sehingga hampir tak terlihat.

Piri mengangguk. "Itu rumah Tuan Rolin dan Erin!"

Yara tampak gembira. "Bagaimana kalau kita mampir sebentar?"

"Mmm ... mungkin sebaiknya jangan merepotkan Grayhayr Emas," jawab Piri tidak yakin. "Lagipula ... sepertinya mereka belum pulang, walaupun sudah lewat sepuluh hari. Lihat, tidak ada asap di cerobongnya."

"Benar juga. Tapi tidak ada salahnya kita memeriksanya." Yara mendongak. "Grayhayr! Bisakah kamu turunkan kami sebentar di sana?"

"Tidak," sang burung menjawab tegas.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now