Bab 40 ~ Saatnya Berpisah

39 25 0
                                    

Anak-anak saling memandang. Awalnya masih ragu.

Tetapi Pofel dan Kasen lalu menjawab, "Ya, kami ikut!"

Mereka langsung diikuti oleh yang lainnya, "Kami juga ikut pergi!"

Mereka bersorak, tiba-tiba semuanya bersemangat lagi.

"Kita pergi sekarang!" seru Piri tanpa berpikir panjang.

Ia sudah belajar. Baginya, begitu seluruh semangat sudah terlepas, maka tak perlu lagi ditahan-tahan, jangan sampai terhambat dan teredam lagi, serta tak perlu lagi takut pada siapa pun. Bersama-sama mereka pasti bisa menghadapi ini.

Ia berjalan tanpa ragu melewati Nyonya Kulip, Tuan Dulum dan Bibi Molen yang ternganga kaget, menuju pintu gerbang yang terbuka lebar.

Nyonya Kulip langsung menjerit marah. "Tangkap dia!"

Bibi Molen diam saja, seperti membangkang, tetapi Tuan Dulum bergegas mematuhi perintah. Ia berlari dan langsung menangkap Piri.

Piri meronta sekuat tenaga.

"Hei!!" Rufio menarik lengan Tuan Dulum.

Laki-laki itu mengibaskannya sekuat tenaga, membuat Rufio terlempar.

Giliran Tero yang maju, disusul oleh Pofel, Kasen, Geza, Horun dan akhirnya semua anak. Mereka mengerubuti Tuan Dulum, memaksanya melepaskan Piri, lalu menjatuhkan tubuh tinggi kurusnya ke tanah.

Nyonya Kulip menjerit-jerit marah.

"Hentikan!" Suara Kapten Morat menggelegar. "Semuanya!"

Dua orang prajurit turun dari kuda lalu berlari ke tempat keributan, dan memisahkan anak-anak dari Tuan Dulum.

"Aku yang berkuasa di sini!" seru sang kapten lagi. Ia melihat kesal ke semua orang. "Baik, anak-anak ini boleh pergi."

"Kapten!" Nyonya Kulip menjerit.

"Diaaam! Nyonya Kulip, ini peringatan dariku. Keputusanku. Anak-anak ini boleh pergi. Sebagai kompensasi, aku akan memberimu uang."

"Uang yang kukeluarkan sudah cukup banyak, Kapten!" seru Nyonya Kulip. "Apa kau mau mengganti semuanya?'

"Uang dariku mungkin tidak akan banyak," balas Kapten Morat dingin. "Jadi kalau kau tidak suka, kau boleh tidak menerimanya."

Nyonya Kulip merengut, tapi tak lagi membantah.

"Masalah selesai!" seru Kapten Morat. "Kita istirahat malam ini, dan aku tak mau ada keributan lagi. Besok aku dan prajuritku akan kembali ke Maruvat. Nyonya Kulip, besok kau ikut denganku, dan kau akan mendapatkan seluruh uangmu di Maruvat. Rufio, kau juga ikut, dan kita lihat nanti sampai di mana. Yang lainnya, mulai besok kalian boleh pergi ke mana pun. Kalian bebas."

Piri, Yara dan Tero saling memandang, tersenyum, setengah tak percaya.

Malam yang menegangkan ini berakhir dan besok mereka bisa pulang ke Dunia Mangkuk!

Malam itu mereka semua akhirnya bisa tertidur nyenyak.

Esoknya, pagi-pagi sekali anak-anak bangun.

Semua orang sudah berkumpul, termasuk Bolan dan Golik yang tadi malam berhasil ditemukan para prajurit. Kedua penjaga itu tampak marah melihat apa yang terjadi, tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Kapten Morat memastikan tidak ada sedikit pun keributan terjadi di tempat itu.

Rufio sudah bersiap untuk pergi bersama rombongan prajurit, dan ia berpamitan pada anak-anak. Ia memeluk adiknya sekali lagi dan bertanya, "Kamu jadi pergi ke Suidon?"

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now