Bab 74 ~ Rongga Terdalam

31 23 0
                                    

Tentu saja Piri dan Yara benar-benar belum tahu apakah kedua benda yang mereka bawa ini bisa berguna nanti saat menghadapi Grayhayr Emas. Namun keduanya percaya, dengan bersikap riang akan jauh lebih baik daripada terus diselimuti ketakutan.

Keduanya menyusuri lorong gelap, semakin jauh memasuki perut bukit. Jalan yang mereka lalui lurus tanpa kelok. Setidaknya itulah yang mereka rasakan. Semakin dalam memasuki lorong mereka mulai mendengar bunyi-bunyi aneh. Awalnya hanya hembusan angin tipis yang bergeser di bebatuan, lama kelamaan suara-suara itu terdengar semakin jelas.

Itu bukan suara angin biasa. Ada sesuatu yang menyebabkannya di dalam sana. Mungkin hembusan napas sang grayhayr raksasa.

Piri dan Yara saling memandang. Kegugupan kembali melanda tak tertahan. Piri mengarahkan obornya ke depan.

"Sebentar lagi kita sampai di ujung lorong," ia berkata. "Lihat, kegelapan di depan itu berbeda. Lebih gelap. Kamu tahu artinya?"

"Lorong ini berakhir di rongga besar yang sangat gelap."

"Tempat Grayhayr Emas berada."

Piri dan Yara menelan ludah, gugup.

"Kamu siap, Piri?"

"Ya, kenapa tidak?" Piri tidak nyengir seperti biasa, tapi kata-katanya mudah-mudahan bisa membangkitkan semangat. "Ayo."

Ia maju. Yara mengiringi. Langkah demi langkah, sedikit demi sedikit, akhirnya mereka sampai. Di ujung lorong. Di mulut rongga raksasa. Di mana yang terlihat hanyalah gelap belaka.

Piri mengangkat obor coba menerangi sekitarnya. Tapi sia-sia, ia tetap tak bisa melihat lebih jauh. Bahkan ia mulai berpikir, jangan-jangan ia malah bertindak salah dengan menyalakan obor, karena itu hanya akan membuat Grayhayr Emas bisa melihat mereka, sementara sebaliknya mereka tak bisa melihat makhluk itu!

Piri menurunkan obornya, menunggu. Yara merapat di sampingnya, sama tegangnya. Keduanya melihat ke segala arah, coba mengenali sesuatu dalam gelap. Mereka tidak melihat, tapi mendengar sesuatu.

Lengkingan panjang. Lalu pendek.

Hembusan angin menerpa. Ada sesuatu di dalam gelap. Kedua anak menggigil ketakutan dan melangkah mundur. Cepat-cepat mereka berbalik lalu berlari kembali ke dalam lorong.

Setelah berada cukup jauh mereka berhenti, dan bersembunyi di balik bebatuan dinding dengan napas tersengal-sengal.

"Dia di sana!" kata Yara. "Grayhayr Emas!"

"Y—ya," kata Piri sambil mengangkat obornya.

"Tapi ... dia tidak menyerang kita ..."

Piri termangu mendengar ucapan Yara. "Begitukah?"

"Kalau mau menyerang, dia bisa melakukannya dengan mudah sejak tadi!" sambung Yara.

"Mungkin ... dia memang tidak jahat," kata Piri. "Atau sudah tidak jahat lagi seperti dulu."

"Atau, karena aku memakai ini!" Yara menunjukkan cincinnya. "Jadi ia tak berani menyerang kita."

"Memangnya apa pengaruhnya? Kamu tidak tahu."

"Mungkin dengan memakai cincin ini dia jadi kenal siapa aku!"

"Ya, mungkin ..."

"Sayangnya, dia bisa melihat kita, sementara kita tidak bisa melihat dia," kata Yara sambil memperhatikan cincinnya. "Kalau saja batu hijau ini seperti batu merah ..."

"Batu merah?" Kening Piri berkerut.

"Batu yang kau temukan dulu di gua, yang bisa menyorotkan cahaya merah. Masak kamu lupa? Kalau saja batu hijau ini juga bisa seperti itu, dan tidak hanya memendarkan cahaya warna hijau."

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang