Bab 90 ~ Pesan Dewi Angin

32 23 0
                                    

"Aku harus membawa kalian pulang ke negeri Dewi Angin," lanjut Grayhar Emas, "sesuai permintaan Sang Dewi."

Napas tertahan para penduduk langsung terdengar.

Piri dan Yara termenung, terdiam beberapa lama.

Lalu Yara bertanya, "Apakah memang ... Dewi meminta itu?"

"Kau tidak percaya kata-kataku?"

"Aku ... aku percaya," Yara menjawab. "Hanya saja ... teman-teman di sini ... membutuhkan kami."

Piri menoleh sambil mengerutkan dahinya heran. Apa yang sedang Yara rencanakan sekarang?

Dan tadinya Piri mengira sang grayhayr akan marah mendengar Yara berkata seperti itu, tapi anehnya hewan itu tetap tenang dan hanya menatap kedua anak tanpa berkedip dengan bola matanya yang besar berwarna kuning kelabu.

"Jadi, menurutmu kalian merasa lebih baik tinggal di sini? Yara? Piri?" Grayhayr Emas menatap keduanya berganitan. "Kalian yakin?"

Yara menoleh menatap Piri, seolah ingin mendapat saran apa yang seharusnya ia lakukan. Sayangnya Piri sendiri tidak yakin. Dalam hati ia ingin cepat-cepat kembali ke Dunia Mangkuk. Namun seperti halnya Yara, rasanya meninggalkan Tuan Karili, Tuan Boromai, Rufio dan yang lainnya, yang tengah dirundung duka dan masalah, sepertinya bukan tindakan yang baik.

Saat keduanya bimbang, Tuan Karili berkata, "Menurutku, sebaiknya kalian berdua memang pulang saja."

"Kenapa?" Yara bertanya lirih.

"Karena mungkin ... tempat ini bukan lagi tempat yang aman," si pemimpin pejuang berkata. "Penyihir Merah telah mengetahui keberadaan kalian. Kini kalian berdua adalah ancaman yang sangat berbahaya baginya. Setelah ini, cepat atau lambat pasukan Mallava akan datang ke hutan dan pegunungan, menyisir setiap lembah, dan melawan setiap serigala yang berjaga. Jika jumlah musuh banyak, kita tak akan mungkin menahan mereka. Kami terpaksa pindah, ke pegunungan yang lebih jauh, ke tempat yang lebih aman. Kami tak akan tenang jika kalian ada bersama kami.

"Mohon kalian jangan salah mengerti. Bukan nyawa kami yang kami khawatirkan, melainkan kalian. Kalian ahli waris kesatria Frauli, dan punya kekuatan sihir yang bisa memenangkan perang. Tetapi tidak saat ini. Belum waktunya. Saat ini kalian harus selamat dulu. Kalian harus pergi."

Kemudian Tuan Karili tersenyum lembut. "Tentu saja, bukan berarti kita tidak bisa bertemu lagi. Nanti, sesudah kalian dewasa, dan menjadi jauh lebih kuat, kembalilah, dan pimpin kami melawan penjajah Mallava."

Yara terdiam, lalu matanya berbinar. "Kami pasti kembali."

"Sayangnya tidak," Grayhayr Emas berkata tegas hingga mengejutkan semua orang. "Kau dan Piri akan tinggal selamanya di dunia yang kalian tinggali selama ini, dan tidak boleh lagi datang ke negeri ini."

Kedua anak kaget dan terdiam beberapa saat.

Piri bertanya, "Apa maksudmu?"

"Kenapa kau melarang kami?" tanya Yara tak kalah kesal. "Kau tidak boleh melakukan itu! Kalau kami sudah dewasa, seharusnya kami bebas pergi ke mana pun kami suka!"

"Itu benar. Saat kalian dewasa, kalian bebas bertindak. Tetapi justru karena itulah, sekarang waktunya bagiku menyampaikan permintaan Dewi Angin yang kedua," jawab sang grayhayr. "Ini permintaan, dan juga cerita yang baru saja ia sampaikan sebelum aku mendatangi kalian tadi pagi. Jadi aku masih mengingat semuanya dengan jelas, kalian tidak perlu ragu.

"Dulu, ketika Dewi Angin membawa kalian ke negerinya, ia melakukannya karena tak ingin kalian terlibat lagi dalam peperangan seperti yang terjadi pada orangtua kalian. Setiap peperangan hanya mendatangkan bencana, dan itu harus berhenti. Ia ingin semua orang bisa berdamai, ia ingin kalian melupakan dendam, bahkan sebenarnya ia ingin kalian sama sekali tak mengenal dendam itu.

The Dreams and Adventures of Children from the Bowl WorldWhere stories live. Discover now