119. Dong Jun

1K 180 63
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
Author : T97
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Saat badai salju mengamuk, rumah itu mulai runtuh. A-Yi segera memasang penghalang yang terbuat dari jimat Sansekerta dan mengangkat tangannya untuk menahan atap yang runtuh. Sosoknya tenggelam karena begitu beratnya beban yang ia tanggung. Dengan susah payah, dia menopangnya lagi dan berkata, "Ah Jie, bawa mereka pergi!"

Li Rong berbalik dan mengangkat tombaknya. Keperkasaan dan kekuatannya yang luar biasa, meski tak terlihat, begitu menakutkan hingga kedua lutut A-Yi gemetar. A-Yi jatuh setengah berlutut ke tanah dengan bunyi gedebuk, dan seluruh rumah miring, hampir runtuh. Dia menyapu kakinya untuk menendang meja kearah Li Rong.

Fu Li meringkuk untuk menggendong bayinya, lalu menggeser tempat tidur ke arah A-Yi dan berkata, "Tahan ranjangnya!"

Wajah Li Rong masih memerah. Seolah-olah dia terkena flu. Berkeringat deras, dia berkata, "Berikan anak itu, dan aku tidak akan membunuh siapa pun malam ini!"

"Siapa yang akan kau bunuh?" Lengan A-Yi, yang keduanya secara individual menahan beban atap, sudah mencapai batasnya. Dia berkata, "Ini Ah Jie-mu! Siapa yang akan kau bunuh?!"

"Perintah Lord Tertinggi tidak bisa ditentang." Li Rong berkata, "Anak ini membawa malapetaka. Kita tidak boleh membiarkan dia tinggal di Zhongdu! Fu Li, berikan anak itu kepadaku, dan aku akan membiarkan kalian bertiga pergi."

Shan Yue berada di ambang kematian, tetapi dia (Li Rong) sama sekali tidak memperdulikan ikatan persaudaraan mereka. A-Yi secara bertahap merasa sulit untuk menanggung beban rumah. Dia mengayunkan tempat tidur dengan satu tangan dan berguling untuk meraih Shan Yue dari antara selimut. Atap langsung roboh menimpa punggungnya. A-Yi melindungi Shan Yue dan merangkak keluar dengan keempat anggota tubuhnya. Melihat orang di lengannya hampir tidak bernapas, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, "Ah Jie!"

Fu Li mengirim gelombang salju setinggi satu zhang dan dengan cepat menyapunya. Li Rong memegang tombaknya tegak untuk menangkisnya.

Menggendong bayi dengan satu tangan, Fu Li tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkannya (Li Rong), namun dia juga tidak bisa melepaskan diri dari pertempuran. Dia berteriak, "Cabang Can Li!"

A-Yi mengulurkan tangan untuk meraba-raba di sekitar puing-puing. Dia menyingkirkan potongan kayu yang patah dengan bahunya saat dia meraih dahan. Shan Yue bersandar di dadanya. Embun beku mulai surut dan memberikan sedikit warna ke wajahnya (Shan Yue) yang pucat pasi. Dia berusaha keras untuk menatap malam, tangannya terkulai di sisi tubuhnya. Dengan susah payah, A-Yi meraih cabang Can Li. Di sampingnya, Ah Jie-nya (Fu Li) melompat mundur sejauh setengah zhang dan mendarah ke samping.

Dengan satu tangan menopang dirinya di tanah, Fu Li akhirnya merasakan ada yang tidak beres.

Anak ini tidak pernah sekalipun bersuara sejak dia lahir!

Fu Li dengan cepat menundukkan kepalanya dan melihat bahwa kulit bayi itu ungu (membiru). Tidak ada tanda-tanda bernafas. Fu Li langsung panik dan berseru, "Bagaimana mungkin... Bagaimana mungkin?!"

Di belakangnya, Li Rong sudah melempar tombaknya dan mengirimkannya terbang ke arahnya. A-Yi langsung memamerkan bulu ekornya dan memukul tombaknya dengan bantuan angin. Kemudian dia menarik Fu Li dan menjejalkannya ke bawah tubuhnya.

"Bernafaslah, bernafaslah!" Mata Fu Li memerah saat dia menggenggam kain lampin itu erat-erat dengan telapak tangannya yang berlumuran darah. "Cabang Can Li dan A-Yi keduanya ada di sini. Jadi bagaimana anak ini bisa mati?!"

"Mati?!" A-Yi melindungi Ah Jie-nya dengan satu tangan sekaligus melindungi Shan Yue dari salju. Dia berkata dengan kecepatan kilat, "Biarkan aku memeluknya!"

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now