087. Deceit

1.1K 275 135
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Jing Lin harus memulihkan diri cukup lama sebelum warna kembali ke wajahnya. Leher dan pelipisnya berkeringat, dan dia terlihat lelah dan lesu. Dalam sekejap, dia benar-benar tampak sakit-sakitan. Cang Ji menyeka keringat dinginnya dan melihatnya terengah-engah dengan mata setengah tertutup. Dia bahkan tampak lebih kecil dari biasanya.

"Aku seharusnya tidak menggodamu dengan kata-kataku yang kurang ajar." Niat membunuh di mata Cang Ji memudar, hanya menyisakan ketenangan. Dia masih memeluk Jing Lin. Jing Lin terasa kecil dan ringan baginya. Dia mendorong punggung Jing Lin untuk membiarkan dia bersandar di bahunya. Tidak membutuhkan usaha sama sekali untuk berputar-putar di sekitar ruangan.

Dada Jing Lin baru saja mereda dan punggungnya basah kuyup. Kedua lengannya menggantung sebagian di bahu Cang Ji sambil terus terengah-engah dengan kepala menunduk.

Memanfaatkan fakta bahwa Jing Lin tidak bisa melihat di bawah kegelapan tempat tinggal itu, Cang Ji perlahan-lahan memperlambat tangannya yang telah menenangkan punggung Jing Lin dan meletakkannya di tengah punggungnya untuk mentransfer aura naganya.

"Aku membuatmu takut di siang hari." Cang Ji memiringkan kepalanya untuk berbisik kepadanya, "Jadi kau memutuskan untuk balas menakut-nakutiku di malam hari? Itu sangat buruk saat kambuh. Tapi kau tidak pernah menganggapnya pantas untuk mengatakannya padaku selama ini."

Pelipis Jing Lin basah kuyup. Mendengar ini, dia menggelengkan kepalanya. Suaranya masih parau. "Aku tidak memiliki penderitaan di hati, aku juga tidak memiliki penyakit tersembunyi. Ini belum pernah terjadi padaku sebelumnya."

"Dimana yang sakit?"

Selama kobaran api tadi, Jing Lin telah mencengkeram bagian depan bajunya begitu erat hingga semuanya kusut. Saat ini, dia hampir tidak mau repot untuk merapikannya. Setelah hening beberapa saat, dia menjawab, "Dada, kepala, dan perut."

"Ketiganya adalah bagian vital." Cang Ji murung.

"Laut spiritualku juga tidak memiliki tindakan pencegahan." Jing Lin berkata, "Ini benar-benar kuat."

"Itu mungkin bukan obat yang (dosisnya) kuat." Cang Ji menyibakkan rambut basah Jing Lin. "Jika (dosisnya) terlalu kuat, itu tidak akan bisa lepas dari perhatianmu. Karena bisa tetap bersembunyi di tubuhmu begitu lama, maka jelaslah bahwa itu bukan sesuatu yang muncul dalam semalam, tapi sesuatu yang dipelihara selama bertahun-tahun."

Jing Lin terdiam bahkan sampai suara terengah-engahnya berhenti. Dia adalah orang yang jeli, dia bisa menebak dari kata-kata Cang Ji. Hanya orang-orang yang dekat dengannya yang bisa menjaga benda ini tetap di dalam tubuhnya secara diam-diam — sesuatu yang merupakan obat tetapi bukan obat, dan racun namun bukan racun.

"Tidak mudah bagimu untuk berkultivasi di Jalan Pedang, dan emosi menimbulkan terlalu banyak faktor-faktor tak terduga dalam kultivasimu. Saat kau berada di sekte, Lord Jiu Tian pasti telah memperingatkanmu untuk 'memutuskan semua emosi dan hasrat'. Untuk mempercepat kultivasimu, dia pasti telah berusaha keras." Cang Ji memeluknya dan mendengarkan suara gelombang Laut Darah di luar rumah kecil itu. "Saat aku melihat bagaimana matamu secerah mata anak kecil meski ekspresimu dingin, aku tahu dia pasti mengajarimu untuk tidak menyimpan pikiran asing di hatimu dan menghindari urusan percintaan (hal-hal romantis) supaya dia bisa mendapatkan pedang yang paling murni."

Tidak hanya itu, Lord Jiu Tian juga ingin Jing Lin menjadi tidak berperasaan dan tanpa ampun. Hubungan para saudara sama terasingnya (renggang) seperti orang asing, namun kecemburuan dan kecurigaan tersebar luas di antara mereka. Lord Jiu Tian memandang dingin dari samping dan bahkan sengaja menghujani Jing Lin dengan kebaikan, semua karena dia ingin saudara-saudaranya membenci Jing Lin, untuk tetap mengawasi Jing Lin. Saat Jing Lin berada di halaman, dia hampir tidak memiliki kesempatan untuk menikmati makanan hangat. Jika bukan karena Li Rong yang mengurusnya, dia bahkan tidak akan mendapatkan sisa makanannya. Sebelum dia mencapai Tahap Pengumpulan Spiritual, pakaian Jing Lin selalu tidak pas. Pada usia tiga belas tahun, dia menduduki peringkat terakhir di antara para saudaranya. Hanya ketika dia menyeret pakaian longgarnya untuk berlatih sepanjang malam, dia bisa mengejar kemajuan kultivasi orang lain.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now