093. Reverse Scale

1.4K 271 297
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Payung menghantam pagar batu, dan hujan semakin deras dalam sekejap. Nafas Cang Ji melekat di dekat Jing Lin, sangat menghanguskannya hingga mulutnya kering. Air hujan menetes dari tengah dahinya ke pangkal hidungnya, membuat bibir mereka menjadi basah, panas, dan lengket melalui lapisan kesejukan ini.

Telapak tangan Cang Ji meraba-raba seluruh punggung Jing Lin saat dia menerima ciuman tak berpengalaman dari Jing Lin yang sebenarnya hanyalah benturan bibir dan gigi. Dia sedikit mengangkat kepalanya ke belakang dan bertanya, "Apa kau pusing? Apa (kutukan) itu sakit? Mengapa kau kehilangan begitu banyak berat badan? Tulangmu menonjol ..."

Jing Lin menangkup pipi Cang Ji dengan tangannya dan mengulurkan jemarinya untuk membelai fitur wajah Cang Ji. Kemudian dia menjawab dengan serius untuk setiap pertanyaan, "Tidak pusing. Tidak sakit. Tidak kehilangan berat badan." Dengan itu, dia terengah-engah dua kali. "Kau ... kau memelukku terlalu erat!"

Geli dengan ekspresinya, Cang Ji meremasnya dengan keras (memeluk erat karena gemas) dan berkata, "Erat? Aku bahkan belum menekanmu ke dalam daging dan tulangku!"

Jing Lin berkata, "Jangan."

Telapak tangan Jing Lin sangat dingin sehingga Cang Ji menyipitkan matanya. Saat mendengarnya, dia berkata, "Kalau begitu suap aku."

Jing Lin mengulangi, "Menyuapmu."

Cang Ji tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Pegunungan itu telah menghasilkan seorang bajingan. Kau baru saja pulang beberapa hari dan kau telah mengambil semua kebiasaan buruk dari orang lain."

"Aku bukan seorang bajingan."

"Kau bajingan kecil." Cang Ji sedikit memiringkan kepalanya. Matanya berkobar dengan gairah saat hasrat yang tak terkendali itu melonjak tepat di hatinya, menyelimuti mata itu. Tidak bisa menahan diri, dia mencubit dagu Jing Lin, menariknya ke arahnya, dan berbisik, "Biarkan aku mengambil seteguk."

Jing Lin hendak mengatakan sesuatu, dan Cang Ji menganggap itu semua sebagai persetujuannya. Jari-jarinya dengan kasar membuka lebar bibir Jing Lin. Menundukkan kepalanya ke bawah, Cang Ji menghisap ujung lidah itu lalu mengambil dan meneguk air liur mereka yang bercampur. Jing Lin meregangkan lehernya sedikit, memperlihatkan sehelai garis putih salju di belakang lehernya. Cang Ji menutupinya dengan telapak tangannya. Dia tidak bisa melepaskan tangannya, namun, dia ingin meremasnya dengan sekuat tenaga. Terjebak dalam dilema ini, hatinya bergantian antara hangat dan dingin. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengisap dengan keras.

Jing Lin merasakan sakit sampai mati rasa karena ciuman itu. Telapak tangannya menekan dada Cang Ji, dan tengkuknya gemetar karena gosokan Cang Ji. Godaan nafsu naik dalam hujan yang dingin, menstimulasi Jing Lin sedemikian rupa sehingga suara terengah-engah yang lembut keluar di antara bibirnya karena tidak mampu mengimbanginya.

Punggung Cang Ji sudah lama basah, tapi dia sama sekali tidak merasa kedinginan. Kegagahan membanjiri bagian belakang bahu dan lengannya, membuat gelombang panas yang telah lama ditekan berdesir melalui mereka. Dia meraih tangan Jing Lin dan memberi pedang paling murni ini ruang untuk bernapas.

*Pedang paling murni alias Jing Lin. Ingat ya, bentuk aslinya Jing Lin pedang. Jadi yang dimaksud Cang Ji itu Jing Lin, bukan 'pedang' yang lain xD (mentang-mentang lagi adegan bernafsu(?))

Jing Lin telah dibuat bingung oleh ciuman itu ketika dia dilepaskan secara tiba-tiba. Bahkan bibirnya berwarna merah tua. Cang Ji mengambil payung dengan ujung kakinya, memegangnya, dan menarik Jing Lin ke arahnya sebelum turun dari peron.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora