023. Pitch-Black Night

1.3K 333 107
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Zhou berlumuran darah saat Pak Tua Chen jatuh ke tanah. Menangis dan meringkuk, dia menghapus lengket dengan ujung jari yang gemetar dan memohon, "Ini tidak ada hubungannya denganku! Ini tidak ada hubungannya denganku ... Jangan bunuh aku!"

Zhou gemetar ketakutan saat dia merangkak menuju Caoyu.

"Aku bibinya, bibinya!" Zhou dengan putus asa menarik Caoyu ke pelukannya. "Kami mengandalkan satu sama lain! Biasanya dia yang ... itu dia!" Dia tanpa sadar berteriak saat dia menunjuk ke arah Chen Ren. "Dialah yang memukuli dan memarahi Caoyu dan merencanakan segalanya! Dia juga ingin meletakkan tangannya di atas Caoyu. Caoyu, Caoyu masih sangat muda, aku tidak mau menurut… aku tidak mau menurut! Jangan bunuh aku!"

Tangan Dong Lin berlumuran darah. Dia memindahkan pedang ke tangannya yang lain dan menyeka darah di jubahnya. Cara dia memandang Zhou sama seperti tatapan yang bisa kau temui di mana pun di jalan. Setelah menyeka tangannya hingga bersih, dia memberi isyarat kepada Zhou.

Rambut Zhou berdiri tegak. Dia mencengkeram Caoyu dengan erat dan menolak untuk mendekat. Caoyu berjuang dalam pelukannya. Gadis kecil itu menangis hingga suaranya parau. Dia berteriak untuknya, "Paman Dong." Karena panik, Zhou berpegangan pada Caoyu seolah-olah dia tergantung pada pelampung. Caoyu hampir tidak bisa bernapas karena cengkeramannya yang erat.

"Kami sedekat ibu dan anak!" Zhou menangis serak sendiri. "Tolong ampuni aku… Kau tidak bisa membunuhku! Jika kau membunuhku, apa yang akan terjadi pada anak itu? Caoyu pasti akan ketakutan. Jadi… kasihanilah!" Saat dia menangis, dia mengarahkan kepala Caoyu ke arah Dong Lin dan mendesaknya. "Kau, katakan padanya. Katakan padanya bibi memperlakukanmu dengan baik! Caoyu, oh Caoyu, katakan padanya ... Katakan padanya!"

Caoyu menggelengkan kepalanya membantah. Zhou mencengkeram lengan Caoyu dan meratap. "Katakan… Katakan padanya, katakan padanya!"

Dong Lin melangkah maju. Zhou kaget dan bersandar ke dinding. Tanpa tempat untuk lari, dia menarik Caoyu di depannya untuk digunakan sebagai perisai. Wanita dengan rambut acak-acakan dan mata merah itu memegangi leher Caoyu dan berkata, "Pahlawan… tolong selamatkan hidupku! Aku tidak pernah berhemat pada makanan dan pakaiannya! Aku baik padanya. Aku memperlakukannya dengan baik!"

Tapi tidak peduli seberapa keras dia meratap, Dong Lin sama sekali tidak tersentuh. Dia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Bayangannya mengaburkan cahaya redup, benar-benar mematikan harapan terakhir Zhou. Di ambang kegilaan, Zhou tiba-tiba mengencangkan cengkeramannya di leher Caoyu.

"Ampuni aku, selamatkan hidupku! Kalau tidak, aku akan mencekiknya sampai mati! Kita akan mengakhiri semuanya! Jika aku tidak bisa hidup, maka dia juga bisa melupakan tentang hidupnya juga!"

Caoyu menangis karena ketakutan dan mendorong Zhou. Dia tersedak dan tercekik, tapi dia hanya bisa memukul dada Zhou dengan sekuat tenaga saat dia berteriak, "Paman Dong, selamatkan aku!"

Dong Lin memberi Zhou tendangan keras, dan Zhou berguling ke tanah dan berteriak. Dong Lin mengambil Caoyu, dan gunting kecil di telapak tangannya jatuh ke tanah dengan bunyi dentingan. Dia memeluk leher Dong Lin saat air mata mengalir di pipinya. "Paman Dong… Paman Dong…"

Zhou merosot ke tanah. Dadanya berdarah, dan darah membasahi kerah bajunya. Dia masih harus menghembuskan nafas terakhirnya. Tenggorokannya berdeguk saat dia mencengkeram dadanya karena tidak percaya.

Qian Weishi terpeleset dan jatuh telentang di ambang pintu. Dia berada dalam keadaan terpana; genangan merah di seluruh tanah membuat dirinya ketakutan. "Pembunuhan… Pembunuhan…"

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang