107. Feng Chun

1.4K 271 182
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
Author : T97
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Jing Lin tidak bisa tidur nyenyak di malam harinya, karena Cang Ji memeluknya begitu erat hingga dia nyaris tidak bisa bernapas beberapa kali. Itu sangat panas di bawah selimut, dan Jing Lin merasa dirinya berkeringat saat berbaring di atas bantal. Kain pakaiannya menempel di tubuhnya. Jika dia bergerak sedikit, Cang Ji akan mengikutinya dan terus mendekat.

Saat Cang Ji menelusuri mata dan alis Jing Lin dengan ujung jarinya, Jing Lin mengangkat jarinya untuk menekan tangan Cang Ji ke pipinya. Kemudian dia membuka sebagian matanya dan menatapnya dalam kegelapan.

Cang Ji berkata dengan suara serak, "Apa kau ingin tidur?"

Jing Lin membungkamnya dengan jari telunjuknya. Dia menopang dirinya dari bantal dan bersandar di pundak Cang Ji. Rambut hitam gagaknya tersebar di atas matras bantal dan mengalir di pundaknya ke dada Cang Ji.

Telapak tangan Cang Ji panas membara.

Jing Lin mengamati Cang Ji dengan serius dan berkata, "Tidak tidur."

"Kalau begitu tetaplah seperti ini." Cang Ji menatapnya. "Biarkan aku melihatmu sedikit lebih lama lagi."

Jing Lin tiba-tiba menundukkan kepalanya. Dengan tangan di dada Cang Ji, dia mengelus rambut Cang Ji yang berantakan beberapa kali. Saat dia melihat rambut itu sudah rapi, dia bertanya, "Uh-huh ... jadi apa kau memimpikan inkarnasimu sebelumnya?"

"Aku tidak memiliki inkarnasi sebelumnya." Saat Cang Ji menahan beban Jing Lin, dadanya terasa seolah-olah dipenuhi dengan kelembutan yang pedih dan berapi-api. Dia mengangkat kepalanya sedikit untuk menggosok ujung hidungnya ke Jing Lin dan berkata, "Dan aku tidak berharap memiliki kehidupan selanjutnya. Aku hanya bisa melakukan yang terbaik untuk menggenggam momen ini."

Jing Lin merasa geli, tetapi Cang Ji tidak akan membiarkannya mundur. Cang Ji menghirup udara hangat dan lembab pada Jing Lin, lalu perlahan berpindah untuk menciumnya. Bibir tipisnya membawa panas yang begitu mendidih dan membuat ujung jari Jing Lin sedikit bergerak mundur karena ciuman itu.

"Jika aku melewatkan momen ini ..." Cang Ji menekan telinga Jing Lin. "... maka itu hanya akan seperti; aku tidak pernah menjalani kedidupan ini."

Sedang digigiti oleh Cang Ji, Jing Lin tiba-tiba mendesis lemah, dan memiringkan kepalanya untuk berkata, "Lebih lembut."

Sebaliknya, Cang Ji menggigit lebih keras, membuat Jing Lin bersandar sepenuhnya di dadanya. Kedua pria itu begitu dekat sehingga tidak dapat dipisahkan. Rambut Jing Lin telah dibelai sampai berantakan. Lengannya tersangkut di pakaiannya, dan Cang Ji menarik kain itu dan merobeknya dengan mudah.

"Tidak mungkin." Cang Ji sangat ingin menekan Jing Lin ke dalam tubuhnya. Dia mengulurkan tangan dan menarik selimut untuk membungkus mereka berdua di dalamnya. Memegang salah satu tangan Jing Lin, dia mengangkatnya ke bibirnya dan meninggalkan bekas gigitannya di sepanjang bagian dalam pergelangan tangan Jing Lin. Dia mengulangi dengan gigi terkatup, "Tidak mungkin ... Bagaimana aku bisa lebih lembut padamu? Aku menggigitmu hanyalah satu garis tipis lagi dari melahapmu."

Jing Lin menutup matanya sebagian dan berkata dengan suara lembut, "Aku tidak ingin dilahap ..."

Cang Ji tiba-tiba duduk. Dia mendekat ke Jing Lin, memeluknya, dan dengan ganas menciumnya. Gerakan mereka mendorong dan mengirim satu-satunya bantal yang malang dan tak berdosa itu jatuh ke tanah. Mata Cang Ji begitu ganas hingga memerah. Dia berkata, "Kau tidak mau? Kau tidak menginginkanku? Jing Lin, apa kau ingin membunuhku dengan mengusirku pergi?"

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now