083. Blood Fog

1.1K 269 153
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Cang Ji mengangkat jubahnya dan mendarat di tanah. Beberapa langkah kemudian, dia melihat apa yang dimaksud Shuran dengan "aneh". Dia telah berurusan dengan Laut Darah berkali-kali di tanah utara, tapi malam ini adalah pertama kalinya dia melihat makhluk seperti itu.

Gelombang air memercik di tengah guncangan ombak merah itu. Saat ombak menyapu daratan, itu berubah menjadi angin dan kabut yang begitu luas sehingga menutupi Langit dan Bumi. Kota Xuanyang sudah diselimuti bayangannya. Celah di mana dinding runtuh menjadi jalan masuk bagi makhluk itu untuk mendekat. Tubuhnya yang sangat besar menghancurkan tiga sisi dinding yang tersisa dan tempat-tempat tinggal menjadi berkeping-keping saat ia bergoyang-goyang dan memaksa melewatinya. Orang-orang menjerit dan melarikan diri ke tempat ombaknya menyapu, jadi ia menggunakan dua tangan untuk mengumpulkan manusia sebelum menukik ke bawah untuk melahap mereka dengan rakus

Kaki Cang Ji menjadi ringan saat dia melayang ke udara. Dia menginjak apa yang tampaknya menjadi bagian belakang leher makhluk ini dan menatapnya dengan saksama. Ada berpasang-pasang mata merah yang tak terhitung jumlahnya di kakinya, menatapnya tanpa berkedip. Cang Ji berjalan dengan tangan di belakang punggungnya saat mengamati mereka. Ke mana pun dia lewat, telapak kakinya akan meninggalkan bekas hangus hitam, menyakiti makhluk itu hingga berhenti menelan. Tanpa perlu melihat ke belakang, matanya mengikuti Cang Ji. Cang Ji memberinya tendangan dan menyadari bahwa meskipun berbentuk seperti gelombang air, itu sangat padat.

Cang Ji mengangkat satu jari dan bertanya, "Tahu cara berhitung?"

Tatapannya makhluk itu kaku seperti kayu saat selesai mengunyah daging di mulutnya. Sepertinya takut pada Cang Ji dan tidak punya keinginan untuk bermain dengannya. Makhluk itu tiba-tiba merangkak ke depan dan mengirimkan gelombang, mengumpulkan manusia untuk di makan.

Hembusan angin tiba-tiba menyapu udara, dan ekor yang tak terlihat tiba-tiba menghantam ombak yang membentang. Hantaman itu seketika mematahkan salah satu lengan makhluk itu, dan beberapa bentuk keserakahan mengalir keluar darinya seolah-olah itu berdarah. Ia mendesis dan mundur saat lengannya meleleh menjadi ombak. Matanya menatap Cang Ji saat ia meraung marah, memuntahkan kabut darah.

Cang Ji bertanya, "Tahu cara berhitung?"

Makhluk itu membuka mulutnya yang tak terhitung jumlahnya bersamaan untuk memperlihatkan taringnya pada Cang Ji dan melolong. Kemudian makhluk itu berguling dan berubah menjadi gelombang yang menampar ke arah dinding dalam upaya untuk menjatuhkan Cang Ji. Tetapi bahkan sebelum gelombangnya bisa menggulung, ekor besar yang tak terlihat itu datang menghantamnya lagi. Kali ini, pukulan itu membelahnya menjadi dua bagian dari tengah. Rengekan mengaduh bergetar di udara.

Cang Ji sangat menghargai ekornya. Bahkan ketika dia menyerang dengan ekornya, sisiknya harus berada pada arah yang benar agar tidak tergores. Jika tidak, sisiknya tidak akan terlihat bagus ketika hari baginya untuk melamar kekasihnya tiba. Dia membungkuk untuk mengambil lengan yang terputus itu dan berbalik dengan memanfaatkan cahaya redup untuk mengamati luka-lukanya.

"Setiap pertanyaan yang aku ajukan selalu dimaksudkan untuk dijawab." Cang Ji membalikkan bagian yang terputus itu. "Karena bentuk keserakahan ada di tubuhmu, maka kau seharusnya memahami kata-kataku. Tidakkah kau mengenaliku? Kembali kemasa masih di utara, kau sangat penyayang saat memanggilku kakek. Tapi begitu kau berbalik, kau telah menjadi cucu yang tidak berbakti seperti ini. Kenapa begitu?"

Makhluk itu berkumpul menjadi bola, dan bentuk keserakahan melahap satu sama lain untuk membentuk wujud aneh yang melingkari dan mendirikan gelombang yang menjulang tinggi di atas Cang Ji.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now