026. Demon

1.6K 348 113
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Hujan deras, dan lonceng tembaga di bawah atap bergoyang. Cang Ji menyaksikan Jing Lin yang kebingungan melemparkan dirinya ke dalam pelukannya dan memukul dahinya di dadanya. Kemudian, tanpa bersuara, dia meringkuk dan tetap diam. Cang Ji masih memegang salah satu tangan Jing Lin. Cang Ji memanggilnya beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Sebaliknya, itu adalah sosok batu kecil yang mendengar panggilannya. Batu kecil itu menyingkirkan lapisan pakaian yang melilitnya dan jatuh ke tanah. Menyeret ujung pakaian Cang Ji, ia mengambil ranting yang putus karena angin.

"Dia mabuk seperti sigung." Cang Ji berpikir sosok batu kecil itu ingin dia untuk mengajaknya keluar bermain, jadi dia berkata, "Aku tidak akan keluar malam ini."

*sigung itu hewan seperti gambar dibawah ini;

Sosok batu kecil itu memutar dahan seperti pedang bunga dan melangkah maju untuk melakukan pose seni bela diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sosok batu kecil itu memutar dahan seperti pedang bunga dan melangkah maju untuk melakukan pose seni bela diri. Tapi sebelum bisa berbalik, dia tersandung sendiri. Cang Ji tertawa terbahak-bahak. Batu itu duduk di tanah sambil menggosok kepalanya, matanya yang hitam terlihat marah dan kesal.

"Dia mabuk. Apa kau juga mabuk?" Cang Ji memeluk Jing Lin dan menopang kepalanya. "Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?"

Batu itu mengangkat dirinya sendiri dan mengambil cabangnya. Ia meluruskan mahkota rumputnya dan membuat pertunjukan membungkuk kepada Cang Ji untuk memberi hormat. Cang Ji menyaksikannya mengangkat cabang dan mulai memegangnya. Saat ia menggambar lengkungan dengan dahan yang rapuh, angin sejuk bertiup dan berputar di sekitarnya.

Suara hujan memudar saat suara angin di luar beranda diperkuat.

Bayangan sosok batu itu tumpang tindih saat cabang yang layu perlahan-lahan kehilangan kelambanannya dan mengambil momentum naga yang berkeliaran dengan cepat. Tetesan hujan memercik dan berceceran. Langkah batu itu tidak tergesa-gesa. Sebuah tusukan dari cabang yang layu, dan tetesan hujan berjalan di samping sosok batu kecil seperti mutiara yang menggoda naga. Cabang yang layu memanipulasi angin seperti pedang. Tetesan air hujan meluncur saat sosok batu itu berbalik dan melompat ke udara lalu sosok batu itu mengguncang pergelangan tangannya. Dengan dorongan lembut angin, tetesan hujan terbang langsung menuju Cang Ji. Cang Ji duduk dan bersandar di pagar saat angin dingin melewati pipinya. Sebelum dia sempat mengangkat tangannya, tetesan air hujan tiba-tiba jatuh ke tanah. Dia menunduk. Sosok batu itu sudah tergeletak di lututnya sambil mendengkur.

Siulan angin yang tidak jelas di antara pohon-pohon pinus itu masih bergema. Cang Ji hampir percaya dirinya juga mabuk. Dia membawa Jing Lin dalam pelukannya dan mengambil sosok batu itu. Saat memasuki ruang dalam, Cang Ji melemparkan sosok batu itu ke bantal tanpa ragu-ragu.

"Jadi, kau mengajarinya cara menggunakan pedang secara rahasia. Lihat saja. Aku akan membuangnya."

Cang Ji menurunkan Jing Lin, menjepit pipi yang terakhir, dan berkata dengan getir, "Aku akan memastikan kau tidak bisa menemukan orang lain. Satu-satunya yang bisa kau ajari adalah aku."

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now