045. Another Situation

1.3K 313 138
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Cang Ji mengangkat Jing Lin ke sisinya di tengah gelombang aura iblis. Bangku dan meja kios rusak. Jalan panjang itu tiba-tiba kosong, hanya menyisakan angin yang bertiup kencang tanpa henti. Angin mendorong Jing Lin kembali. Cang Ji mengulurkan tangan untuk meraihnya di belakang pinggangnya dan menekannya ke dadanya, lalu dia membalikkan punggungnya ke arah angin untuk memblokirnya.

Angin menderu. Cang Ji seperti pelabuhan yang aman. Menekan dadanya, Jing Lin bisa dengan jelas mendengar detak jantungnya. Nafas Cang Ji mengelilinginya dengan erat. Yang bisa dia cium hanyalah aroma Cang Ji.

Le Yan terhempas sampai dia tertekan ke dinding. Hanya karena dia telah berubah menjadi kuas dan jatuh ke dalam celah sehingga dia tidak terhempas lebih jauh. Tangisan sedih rubah perlahan-lahan meruncing menjadi isak tangis yang pecah. Jing Lin mendengarkan suara mendesak dari lonceng tembaga; itu jelas mendesak mereka. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini; sama sulitnya untuk mundur atau maju.

Wu Ying tertangkap basah. Angin iblis mengirimnya jatuh ke tanah. Suara tangisan itu secara tak terduga mengirimkan gelombang kesedihan disekitarnya.

Rubah di penginapan tertatih-tatih ke depan dan berubah menjadi pria tinggi yang berlumuran darah manusia. Dia bersujud berulang kali ke Huashang.

Dengan ekspresi berat, Huashang menangkap tangan rubah dan duduk berbisik kepadanya, "Anak bodoh, dia sudah mati."

Darah berceceran di wajah rubah itu. Dia bersenandung dan berseru dengan suara serak beberapa kali, ingin berbicara. Tapi yang keluar hanyalah darah. Huashang menunjuk ke dadanya dan memerintahkan, "Bawa orang itu pergi."

Semua rubah kecil muncul bersama-sama, tetapi rubah yang berpegangan erat pada pria itu menolak untuk melepaskannya. Seolah-olah dadanya sakit. Dia berlutut di tanah, memeluk pria itu tanpa mengalah. Jantungnya sangat sakit sampai dia hampir muntah.

"Hua-niang…" Suara rubah itu parau. "… Selamatkan dia…"

"Dia sudah lama berhenti bernapas. Cepat lepaskan dia." Huashang tidak tahan melihatnya seperti ini, karena itu, dia bersikap lembut padanya. Mengabaikan darah di wajahnya, dia menangkup pipinya dan berkata dengan tegas, "Qianyu, dia sudah mati."

Lonceng tembaga berbunyi. Seluruh ibu kota tampak bergema dengan bunyi lonceng yang berdering sepanjang malam. Pikiran Jing Lin tersentak. Dia mencengkeram pakaian Cang Ji, merasa seolah-olah sedang disalurkan ke tempat lain.

Jing Lin berkata, "Situasi ini—"

Dia berhenti di tengah kalimat. Masa lalu terlintas di benaknya. Pada saat itu, sepertinya Langit dan Bumi telah terbalik, dan dia telah jatuh ke lautan awan. Setiap pemandangan di depan matanya adalah ilusi, dan setiap suara di telinganya adalah halusinasi. Adegan Chu Lun dan Le Yan hancur, dan sinar bercahaya tersebar. Saat Jing Lin tenggelam dalam kegelapan, dia melihat sosok Cang Ji mundur ke kejauhan sampai dia menghilang dari pandangannya.


◎◎◎

Tetesan hujan jatuh ke ujung hidungnya.

Jing Lin langsung tersentak. Dia merasa pusing saat bangun dan tahu bahwa lonceng tembaga telah mencuri energi spiritualnya lagi. Melawan rasa mualnya, dia mendongak dan mendapati dirinya terperangkap di sudut sempit. Dia tidak bisa menahan untuk mencondongkan tubuh ke depan. Tapi kemudian, ketika dia bergerak maju, dia bukan mengulurkan tangannya, tapi sebuah cakar berbulu.

Jing Lin tercengang. Telinganya tanpa sadar bergetar. Dia menepis tetesan air, memanjat keluar dari sudut sempit, dan melihat ke dalam genangan air, hanya untuk melihat bahwa dia telah berubah menjadi rubah seputih salju.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon