038. The Pain of Separation

1.3K 323 158
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Namun, lonjakan keinginan tidak pernah menemukan pelepasan, karena Cang Ji mendengar lonceng tembaga berayun mendesak, menyuruhnya pergi. Seolah-olah lonceng itu menyerap kesadaran ilahi-nya. Adegan kilas balik mulai hancur, dan dalam sekejap mata, Cang Ji tenggelam ke dalam lautan spiritualnya sendiri. Ikan mas brokat telah membengkak hingga dua kali lipat ukurannya dengan kecepatan yang terlihat oleh mata telanjang, dan warna gelap pekat telah merayap di atas warna aslinya yaitu merah keemasan. Permukaan sisiknya sedikit menonjol dan tajam. Sekilas tidak lagi tampak seperti ikan mas brokat.

Cang Ji berubah menjadi bentuk manusia. Lengannya menjulur dari sisi pinggang Jing Lin saat lehernya menempel di pipi Jing Lin. Bahunya sepertinya menjadi lebih lebar. Pada saat kakinya muncul sepenuhnya, dia sudah bisa menyembunyikan Jing Lin di pelukannya. Dalam kegelapan, iblis itu (CangJi) membangun tubuh manusia baru. Itu seperti yang dia inginkan saat itu. Dia menjadi lebih tinggi, jauh melampaui Jing Lin.

Cang Ji membuka matanya. Dia bisa mendengar kicauan serangga beberapa li jauhnya. Hal-hal kecil yang dulunya tidak terlihat sekarang terlihat, diperbesar dan sangat jelas. Arus panas di tubuh Cang Ji mengalami perubahan saat energi spiritualnya berkumpul di anggota badan dan tubuhnya; dia sekarang bisa menggunakannya sesuai keinginannya.

Dia bergerak sedikit dan menyadari bahwa dia terbungkus dalam kepompong tanaman merambat dan lumpur. Senandung Dewa Gunung masih terdengar. Cang Ji meraba-raba dadanya. Jing Lin sangat dingin; dia masih tertidur.

Cang Ji berkata, "Terima kasih."

Bola lumpur terbuka sedikit dan sinar matahari menembusnya. Cang Ji menyipitkan mata dan bangkit, mencabut akar tanaman merambat. Dia melihat keluar di tengah gelombang debu. Dia pikir dia akan berhadapan langsung dengan monster Dewa Gunung. Dia tidak menyangka akan melihat wajah manusia di tubuh tanaman merambat.

Cang Ji membebaskan diri dari lumpur. Rerumputan di sekitarnya mencapai lututnya. Bunga-bunga bermekaran di ribuan cabang di pegunungan, menyapu pegunungan di lautan merah muda keunguan. Burung dan binatang berlari di antara mereka dengan santai dan bebas. Fanshu duduk di atas tanaman merambat, sementara hantu liar kecil bermain-main di tanah dengan perasaan puas. Senandung dan bisikan rendah dari Dewa Gunung membentuk nada yang aneh. Dia membiarkan anak-anak berlarian di sekelilingnya saat dia menyeret tubuhnya yang besar dan duduk di antara rerumputan untuk menenun karangan bunga dengan tanaman merambatnya.

Fanshu mengayunkan ekornya dan melompat dari tanaman merambat. Dia mengelilingi Cang Ji dan berkata, "Mengapa kau masih hidup? Kau telah tidur selama berhari-hari."

Cang Ji bertanya, "Berapa lama?"

Fanshu duduk di rumput dan menggerakkan telinganya. Dia berkata, "Hujan Gandum telah berlalu. Sekarang adalah awal musim panas."

*谷雨 Guyu, atau Grain Rain. Kalender lunar Tiongkok tradisional membagi tahun menjadi dua puluh empat istilah matahari (enam per musim). Hujan Gandum, sebagai istilah matahari terakhir di Musim Semi, dimulai pada 20 April dan berakhir pada 5 Mei.

*立夏 Lixia, atau Awal Musim Panas, adalah istilah matahari ketujuh dalam dua puluh empat istilah matahari dalam kalender lunar. Ini juga merupakan istilah matahari pertama di musim panas, yang menandakan awal musim panas.

Cang Ji mengambil baju baru itu dan mengenakannya untuk menutupi tubuhnya. Dia tidak peduli tentang waktu; sebaliknya, dia bertanya, "Di mana kedua makhluk abadi itu?"

"Mereka pergi." Fanshu berkata, "Orang yang terlihat cantik berkata Ibu akan tinggal di sini mulai sekarang. Hanya saja dia tidak bisa membunuh tanpa alasan, dan dia harus melapor ke divisi— entah apapun itu dan mengikuti aturannya."

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang