110. Former Residence

1.5K 257 62
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
Author : T97
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

Tiba-tiba, Jing Lin tercengang. Dengan batu yang tidak bisa keluar, emosinya tidak bisa lari ke mana pun untuk bersembunyi. Selama bertahun-tahun, dia sudah terbiasa menyembunyikan dirinya yang lain di batu. Cara terbaik untuk tidak kehilangan hati sejatinya adalah dengan menyimpannya di tempat lain. Segala sesuatu yang Lord Lin Song tidak bisa lakukan, batu itu tidak ragu untuk melakukannya.

Tapi batu itu juga Jing Lin.

Tidak akan ada orang lain di dunia ini yang lebih tahu dari Cang Ji bahwa Jing Lin-nya tidak lagi dibelenggu. Batu itu seharusnya tidak menjadi tempat persembunyian Jing Lin. Cang Ji ingin mencairkan semua kebahagiaan dan kesedihan, kegembiraan dan amarah Jing Lin ke dalam hatinya sendiri.

Melihat Jing Lin tidak bisa berkata-kata, Cang Ji tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Tidak tahu bagaimana mengatakannya? Tidak apa-apa. Anggap aku sebagai gurumu, dan aku akan mengajarimu." Dia memegang kedua pergelangan tangan Jing Lin dan mengajarinya perlahan, memberi penerangan ringkas di telinga Jing Lin. "Bagaimana bisa pria di pelukanku ini begitu lembut dan halus seperti batu giok? Saat kita berada di pegunungan di masa lalu, aku buta dan gagal mengenali batu giok yang indah. Tak kusangka aku menganggap Jing Lin-ku sebagai roh porselen putih."

*Roh adalah yang berasal dari sumber non-manusia seperti tumbuhan, hewan, dan benda. Jadi jika porselen ingin mendapatkan kesadaran dan kecerdasan, secara teknis itu disebut roh.

Cang Ji memeluk Jing Lin. Jing Lin menggeser kakinya dengan tidak nyaman, hanya untuk membuat buku-buku itu menempel di lututnya.

"Aku ingin menahanmu." Cang Ji menjelaskan dengan serius. "Karena kau begitu ringan saat aku merengkuhmu sehingga aku hanya harus mendorong lebih keras, dan aku tidak akan bisa membedakan antara air dan dirimu."

"... Aku." Dengan kedua pergelangan tangannya terkekang, Jing Lin hanya bisa menggunakan matanya untuk menatap Cang Ji. Kilatan di mata itu berkilau sampai Cang Ji harus menahan kata-kata kurang ajar di ujung lidahnya sebelum menelannya kembali.

"Aku bukan air." Jing Lin berkata, "... Aku tidak bisa ditahan."

Cang Ji mencium telinga Jing Lin dan berkata, "Aku sudah tenggelam ke dalam air sekarang. Aku pasti akan memanjakan diriku di dalam tubuh ini di hari-hari mendatang."

Jing Lin sangat menyadari apa yang dibicarakan Cang Ji, jadi dia mengulurkan tangannya untuk merangkak pergi. Tapi Cang Ji menahannya dari belakang dan berbisik di telinganya.

"Mereka memberitahumu bahwa ada sisik terbalik di tenggorokan canglong, dan menghancurkannya akan mengirimnya ke kematian. Namun mereka tidak pernah memberitahumu bahwa canglong itu bersifat mesum dan bejat. Aku mencintaimu, jadi aku ingin 'bersenang-senang' denganmu dengan segala cara yang memungkinkan." Cang Ji perlahan-lahan memegang tangan Jing Lin. "Aku ingin menyayangimu, sekaligus menyakitimu. Meski aku selalu membuatmu bingung dan ketakutan seperti ini, aku ingin membuatmu memanjakan diri di dalam diriku seperti ini juga. Aku mencintai seorang pria, dan pria ini mencintaiku. Terlepas dari apa dia dan aku mendiskusikan Jalan sambil minum teh, atau menikmati cinta yang penuh gairah, semuanya adalah tindakan yang sangat benar dan pantas."

"Benar dan pantas." Jing Lin bergumam pada dirinya sendiri.

"Benar dan pantas." Cang Ji menuntun tangan Jing Lin untuk meletakkannya di perut bawah Jing Lin dan bercanda, "Aku bisa masuk dan keluar dari sini dengan mudah. ​​Pedang Yan Quan ini milikku."

Jing Lin memiringkan kepalanya dan berkata, "Tidak ..."

"Dan canglong jahat ini milikmu." Cang Ji tiba-tiba menghentikan Jing Lin dari berbicara, melakukan serangan biasanya untuk mencium Jing Lin sampai Jing Lin hampir tidak bisa menahan tubuhnya tetap tegap.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang