081. Xuanyang

1.4K 271 252
                                    

˙˚ʚ('◡')ɞ˚˙
English Translator : Lianyin
Indonesian Translator : shenyue_gongzu
.
.
.

"Aku memiliki banyak saudara laki-laki, tetapi tidak banyak momen di mana aku bisa berbicara dari hati ke hati dengan mereka seperti ini." Jing Lin memandang Cang Ji seperti anak kecil yang sedang memandangi madu.

"Aku punya banyak saudara juga, tapi satu-satunya yang sedekat ini denganku adalah yang ini." Cang Ji melihat jemari lentik Jing Lin menyentuh dan menggenggam tangannya sendiri. Jari-jarinya panjang, ramping, dan indah, tampak seperti porselen dan giok. Jemari itu terus-menerus membujuk dirinya untuk menggenggamnya di telapak tangannya dan menikmati jemari itu dengan cermat. Sedikit kelembutan yang dia miliki kini telah lepas kendali. Melihat Jing Lin lagi-lagi membuatnya semakin mengaguminya; itu juga membuatnya menyadari betapa mudanya dia.

Dia memang muda.

Pikir Cang Ji.

Dia lebih muda dariku beberapa tahun, dan lebih kecil dariku berkali-kali. Aku bisa menggenggamnya di telapak tanganku dan merangkulnya di lenganku. Aku bahkan bisa menyerahkan semua bagian dada dan perutku yang rentan padanya, dan menawarkannya perlindungan baju besi kokoh dari sisik kerasku supaya dia bisa membiarkan semua sifat kekanak-kanakan dan kenaifannya terekspos tanpa rasa takut.

Jing Lin merasa Cang Ji sangat 'panas'. Dia tidak bisa menahan untuk mengendalikan ekspresinya dan berkata, "Sekarang musim hujan diawal musim gugur yang dingin. Gege baru saja pulih dari penyakit ringan. Tidak akan baik bagimu jika masuk angin."

Cang Ji sangat tegap dan berotot. Saat dia membalikkan punggung untuk mengenakan pakaiannya, bekas luka di bagian belakang bahunya terlihat. Jing Lin mengalihkan pandangannya dan mencatat bahwa bekas luka itu bukan dari pedang; sebaliknya, itu tampak seperti goresan yang dibuat oleh seseorang. Mencurigai bahwa mungkin dia telah melakukan kesalahan, Jing Lin membungkuk sedikit. Di bawah cahaya dari nyala api yang berkedip-kedip, dia melihat bahwa itu benar-benar bekas goresan dengan kedalaman yang berbeda-beda di bagian belakang bahu Cang Ji yang memanjang miring sampai ke bahunya.

"Apa kau memiliki perselisihan dengan seseorang belakangan ini?" Jing Lin bertanya.

Cang Ji menarik pakaian atasnya untuk menutupi bekas luka itu. Dia mengamankan ikat pinggangnya dan kembali menatap Jing Lin. Tawa tiba-tiba keluar dari bibirnya.

"Ini sudah cukup lama. Aku menyimpannya sebagai kenang-kenangan."

Jing Lin berbalik. Tidak pantas baginya untuk menyelidiki lebih jauh.

Cang Ji bertanya, "Penasaran?"

Jing Lin menggenggam lapisan dalam lengan bajunya dan mengangguk hampir tanpa terasa.

Cang Ji cepat-cepat merapikan dirinya dan berjongkok untuk memberi isyarat kepada Jing Lin. Jing Lin membungkuk, dan Cang Ji mendekat. Dia berkata ke telinga Jing Lin, "Ini adalah ..." Dia tiba-tiba mengubah topik. "Lupakan. Aku akan memberitahumu saat kau sudah dewasa."

Dengan begitu, dia mengabaikan tatapan Jing Lin saat dia berbaring dengan tangan di belakang kepala dan menutup matanya untuk beristirahat. Jing Lin termangu beberapa saat. Ketika dia melihat Cang Ji lagi, yang terakhir terlihat sudah tertidur lelap. Batu itu merangkak keluar dari dada Cang Ji dan bersila di dadanya. Dengan satu tangan menopang kepalanya, ia menatapnya dengan sedih dengan mata hitamnya yang seperti manik-manik.

◎◎◎

Melawan suara hujan, Jing Lin bermeditasi. Api sudah padam. Yang tersisa hanyalah suara nafas Cang Ji. Jing Lin secara bertahap tenggelam lebih dalam ke kondisi konsentrasi. Di dadanya, Yan Quan berputar-putar di alam ilusi. Lebih jauh ke bawah, luasnya lautan spiritualnya diam. Dia sudah mengembangkan jalannya ke pintu masuk Tahap Kesempurnaan. Hanya satu langkah lagi, dan dia bisa menyeberang ke Tahap Kesempurnaan. Sejak saat itu, dia bisa berpantang makanan (hidup tanpa perlu makan) dan mengendalikan angin. Bahkan memanggil hujan dengan mengayunkan lengan bajunya akan sangat mudah. Tapi pintu ini tidak mau terbuka; dia sudah lama terjebak di sini.

[END] Nan Chan (南禅) | Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now