Bab 18 ~ Merasakanmu

372 122 1
                                    

Sepanjang perjalanan kembali ke Kedai Horsling William dan Muriel tak berkata-kata. William enggan menjelaskan apa yang baru saja ia alami, dan Muriel pun tampaknya juga tak berani bertanya-tanya. 

Bagi keduanya, kejadian di tepi sungai itu adalah pengalaman mengerikan. Ada darah, dan kematian, dalam kadar yang sebelumnya tak pernah mereka bayangkan.

Berbagai macam emosi bercampur aduk dalam benak William. Ia kesal dan mulai marah, kenapa mau saja menerima belati dari Tuan Horsling, kemudian mengubah jalan hidupnya menjadi seperti ini. Ia sudah memiliki kehidupan yang menyenangkan di desa, kenapa sekarang ia harus merusaknya?

Tuan Horsling bilang, setelah mengalami ini William bisa mengenali siapa dirinya sebenarnya. Namun, apa yang bisa ia pelajari sekarang, selain mengetahui bahwa ia ternyata bisa membunuh dengan kejam?

Tuan Horsling juga berbicara soal jalan hidup. Apakah dengan kejadian ini berarti jalan hidup William adalah menjadi seorang pembunuh?

"Tunggu di sini," kata William pada Muriel begitu tiba di kedai, "dan—"

"... bersembunyilah di tempat yang aman." Kegelisahan masih tampak di wajah gadis itu, tetapi kata-katanya terdengar cukup tenang. "Kakak tidak perlu khawatir padaku."

William menggeleng. "Khawatir membuat kita waspada. Aku baru saja belajar itu." 

Ia memaksa dirinya tersenyum, kemudian masuk ke dalam kedai.

Ia memandang berkeliling. Hanya tersisa empat pengunjung lainnya saat ini, yang berkumpul di satu meja sedang berjudi sambil mabuk. Tampaknya orang-orang itu juga sudah sampai di batas terakhir kekuatan mereka, dan mungkin akan berhenti dan keluar sebentar lagi.

William menatap Tuan Horsling yang berdiri di belakang meja bar. 

Tatapan laki-laki itu sulit ditebak. Apa yang sedang dipikirkan olehnya? Apakah dia tahu yang baru saja terjadi pada William?

Ia pun berjalan maju dan duduk di depan meja bar.

Tanpa diminta Tuan Horsling menyodorkan secangkir arak.

"Minumlah. Kau membutuhkan ini."

William menatap si pemilik kedai lekat-lekat, belum mau menerima tawaran itu. "Kau tahu apa yang terjadi?"

"Malam yang berat, kurasa."

"'Kurasa'? Tidak. Kau tidak hanya merasa, kau memang tahu apa yang terjadi," kata William tajam. 

Ia mengeluarkan belatinya dan meletakkannya di meja. Masih ada darah menempel di bilahnya, dan ia belum mau repot-repot membersihkannya. 

"Kau tahu apa yang akan terjadi, Tuan. Itulah kenapa kau meminjamkannya padaku."

"Kau menuduhku?" tanya Tuan Horsling tenang. "Menurutmu, aku yang merencanakan semuanya? Menjebakmu di sana, begitu?"

William belum melepaskan tangannya dari belati. Ia tak mau lengah, jika seandainya tiba-tiba Tuan Horsling hendak mengambil kembali belati itu lalu menggunakannya untuk menyerang William.

Ia balik bertanya, sedikit gugup, "Apa aku salah?"

"Ya, kau salah. Aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya merasa."

"Merasa?"

Melihat William belum mengerti maksudnya, laki-laki pemilik bar itu melanjutkan, "Begini, Nak. Khusus untukmu, akan kuceritakan sedikit tentang diriku. Aku sudah pernah mengalami banyak kejadian mengerikan di masaku, jauh lebih banyak daripada yang mungkin baru saja kau alami. Orang seperti aku tak akan bisa hidup lama di tempat semacam ini jika tidak mempunyai kemampuan merasa. Aku tidak sekuat yang kaubayangkan, tapi aku punya kelebihan kecil yang tidak dimengerti orang lain, dan itu sangat penting."

Northmen SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang