Bab 77 ~ Menemui Dukun

232 87 1
                                    

Ketika membuka matanya William langsung bisa merasakan tubuhnya yang tengah terbaring di atas perahu. Silau cahaya matahari yang menyorot tepat ke wajahnya membuatnya kembali terpejam. Ia meringis, merasakan sisa-sisa sakit di kepalanya, lalu berusaha bangkit.

Tiga orang di depannya sedang mendayung. Paling depan Svenar, lalu setelah itu ada Vida dan Freya. Menoleh ke belakang, William mendapati Gunnar dan Adhril. Kedua prajurit bertubuh besar itu—mereka semua bertubuh besar—mengangkat dagu ke arahnya, memberi salam.

William pun berusaha mengingat-ingat. Ia dan Vida benar-benar masuk ke dalam gua itu, bukan? Apakah mereka berhasil?

Ya, rasanya ia sudah menusuk hewan buas itu dan merasakan darah yang mengucur deras membasahi pedang dan tangannya.

Namun setelah itu ... apa yang terjadi? William tidak ingat.

"Dia sudah bangun!" Gunnar berseru, memberitahu yang lainnya.

Si cantik berambut merah di depannya langsung menoleh. Begitu melihat William senyumannya terkembang lebar. "Wah, akhirnya kamu bangun juga!"

Dalam bahasa Hualeg.

William nyengir, gembira. Namun sesaat kemudian ia melongo.

Ia bisa paham setiap kata yang diucapkan Freya dengan jelas?

Sebentar ... tetapi memangnya kenapa? Memangnya itu hal yang aneh?

Jika diingat-ingat, ia sudah pergi bersama Vida dan kawanannya selama sedikitnya dua minggu, menyusuri sungai ke arah timur laut untuk mencari pegunungan tempat makhluk aneh itu bermukim. Dan selama perjalanan seingatnya ia sudah belajar dan mencoba berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa Hualeg. Jadi semestinya tidak ada yang aneh.

Betul, kan? Tapi kenapa sepertinya tetap ada yang aneh?

"Kamu pasti lapar!" seru Freya lagi. "Dan haus!"

Gadis itu berpindah posisi duduk menghadap William. Svenar dan Vida juga menoleh. Svenar berseru gembira, sementara Vida menatap William beberapa lama, tersenyum sebentar, lalu kembali mendayung.

Sesuatu muncul di benak William. Seingatnya ada hal yang perlu ia bicarakan dengan gadis berambut kuning itu, sayangnya ia lupa apa.

Freya membuka kotak makanan di sampingnya dan menyodorkannya pada William. Di dalam kotak ada sepotong ikan yang sepertinya baru dibakar tadi pagi. Gadis itu juga menyerahkan sekantong minuman.

"Ayo! Mau ikan? Atau mau minum dulu?"

Perut William langsung berteriak minta diisi. Mulut dan kerongkongannya yang kering ikut pula bereaksi. Aneh juga. Dulu William pernah tidak makan dan minum selama dua hari, dan ia masih bisa bertahan. Sekarang kenapa rasanya ia begitu lapar dan haus?

William meneguk minumannya. Rasanya manis dan tajam mengaliri kerongkongannya, menghangatkan tubuh. Ia minum sampai kantong itu tinggal berisi separuh, baru dahaganya terpuaskan. Kemudian ia mengambil sepotong ikan, makan dengan lahap. Lalu minum sekali lagi.

Selesai semuanya, baru ia bisa tersenyum pada Freya. "Terima kasih."

Gadis itu tertawa kecil. Dia menatap William dalam-dalam, seperti tengah mempelajari sesuatu. "Kamu ... ingat apa yang terjadi padamu? Kamu baik-baik saja?"

William teringat, Vida bilang Freya bisa merasakan, atau melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. Semacam penglihatan yang tak biasa. Namun kalau tidak salah dia hanya bisa melihat saat sedang bermimpi, bukan ketika sadar seperti sekarang.

"Tentu saja," William menjawab apa yang bisa terpikirkan. "Aku sudah kenyang."

Freya meringis. "Itu bagus!"

Northmen SagaWhere stories live. Discover now