Bab 96 ~ Hari Yang Berat

219 79 1
                                    

"Waktu, kata orang, bisa mengubah segalanya," Freya membalas pertanyaan William. "Mungkin, suatu hari nanti, perasaanmu terhadapku akan berubah, dan perasaanmu terhadapnya akan berubah. Juga, perasaannya terhadapmu, akan berubah. Menurutmu, apa itu semua tidak mungkin?"

"Aku tidak tahu. Aku bisa memikirkannya, tapi buat apa?"

"Apa kamu ingin menikahi kakakku, William?"

"Ya," jawab William, tak mau basa-basi. "Tentu saja kalau dia mau juga. Mungkin tidak dalam waktu dekat, karena dia masih ada urusan. Tapi kalau memang bisa cepat sepertinya bagus."

"Itu tidak bisa dilakukan, kalau aku tidak memberi izin."

"Kenapa begitu?" William sebenarnya sudah tahu tentang hal ini dari Vida, tetapi ia ingin mendengar bagaimana Freya mengatakannya.

"Kamu milikku, sejak hari kamu mengambilku."

Singkat, padat, jelas.

William dan Freya saling menatap.

"Dan kamu tidak kelihatan terkejut. Apa Vida sudah memberitahumu?"

"Ya, semuanya," jawab William.

"Ia memilih untuk memberitahumu, berarti mungkin ia merasakan sesuatu juga padamu."

William mengangguk. "Ia menyukaiku, sebagaimana aku menyukainya."

Freya balas mengangguk. "Artinya, kalian berdua sebenarnya sudah paham situasinya, tapi tidak peduli. Dia ..." gadis itu tampak berusaha menahan emosi, bibirnya bergetar, "... tidak peduli."

"Jangan menyalahkan Vida."

"Dia orang Vallanir, dia tahu peraturannya."

"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan? Memaksa Vida agar mengubah perasaannya? Dan memaksaku agar mengubah perasaanku?"

Freya menggeleng. "Aku tak ingin memaksakan apa-apa. Dengan kuasa yang kumiliki berdasarkan hukum di Vallanir, aku bisa memaksamu, untuk menikah denganku hari ini, dan Vida pada akhirnya akan mematuhinya. Tetapi aku tak ingin melakukan seperti itu. Aku akan menunggu sampai kamu mau berubah sendiri, sampai akhirnya kamu bisa menyukaiku seperti kamu menyukai Vida saat ini. Aku akan menunggu, sampai kapan pun."

"Bagaimana kalau saat seperti itu tidak akan pernah datang?"

Freya tersenyum pahit. "Berarti aku orang yang tidak beruntung."

"Freya, seharusnya kamu tidak melakukan hal ini terhadap dirimu sendiri."

"Jadi sebaiknya aku menyerah, dan menyerahkan semuanya?"

William bingung harus mengatakan apa lagi. "Freya, hidup kita, hidupmu, masih panjang. Suatu hari nanti kamu akan menemukan seseorang."

"Kamu orangnya, bukan orang lain," balas Freya. "Seperti dulu kubilang, aku pernah melihatmu dalam mimpiku. Di sana kita tampak bersama, dan bahagia."

"Freya, itu hanya mimpi. Kamu percaya begitu saja?"

"Mimpiku dululah yang pernah menyelamatkan nyawamu, kamu ingat?"

William tertegun, teringat saat ia dulu ditangkap oleh Mornitz.

Bandit itu sudah hampir membunuhnya, tetapi untungnya Vida datang menyelamatkannya. Vida bilang, mereka datang karena Freya melihat William terancam dalam mimpinya.

"Itu," lanjut Freya, "salah satu alasan lagi, kenapa kamu seharusnya membalasku."

"Freya ..."

"Tapi, lupakan itu. Kau benar, itu hanya mimpi, dan aku tak akan mengungkitnya lagi. Sekali lagi, aku tak ingin memaksamu. Aku hanya ingin pada akhirnya kamu bisa menerimaku. Itu saja."

Northmen SagaWhere stories live. Discover now