Bab 89 ~ Bukan Orang Biasa

240 78 1
                                    

Perut William berbunyi. Akhirnya.

Walaupun mungkin ini sudah yang kesekian kali, tetapi sejak pagi hingga siang hari, bahkan sampai malam kembali datang ia belum mempedulikannya. Tak pernah memikirkannya, lebih tepatnya. Bagaimana bisa, jika pikirannya, dan perasaannya, serta tenaganya, tersita oleh hal lain. Sampai habis.

Kalau dipikir-pikir, mereka berdua sebenarnya memang bodoh.

Gadis itu, yang kini terbaring rapat di sisinya, tertawa dan kembali memeluknya.

"Serius, sudah waktunya kita cari makan," tukas William.

"Masa? Kamu sudah pernah tahan tujuh hari tidak makan dan minum," balas Vida. "Sekarang cuma sehari, mestinya tidak masalah."

"Tujuh hari itu 'kan lain ceritanya!"

"Sama saja."

"Hmm. Ini memang hubungan yang tidak sehat."

Vida tertawa. William ikut tertawa.

Lalu keduanya diam, saling memeluk erat.

William memandang ke arah air terjun. Di luar hujan kembali turun. Kalau mau berburu kelinci atau menombak ikan bukan waktu yang tepat lagi. Mereka akan kembali bermalam di gua ini, dan tidak makan sehari semalam.

"William, siapa kamu sebenarnya?"

Begitulah, tiba-tiba, Vida mengucapkan pertanyaan aneh, yang langsung membuat William menjadi tegang. Apakah Vida mencurigai sesuatu? Apakah gadis itu mulai curiga bahwa William sebenarnya keturunan Hualeg?

William melirik. Vida bertanya tanpa mengangkat wajah, jadi mungkin saja itu hanya pertanyaan biasa.

Ia pun menjawab ringan, "Aku bukan siapa-siapa, cuma calon pandai besi gagal dari selatan, yang kemudian bertemu gadis cantik sepertimu."

"Kenapa?" William balik bertanya, begitu Vida tidak membalas.

"Tidak apa-apa ..."

"Kenapa?"

"Hmm ... Aku hanya ... merasa ... kamu bukan orang biasa."

William tertawa. "Kenapa berpikir begitu?"

"Pertama, kamu bertarung tidak seperti orang biasa."

"Oh. Tetap saja, aku dulu kalah darimu, sampai aku pingsan. Ingat?"

"Itu karena kamu tidak serius saat itu."

"Ha? Aku serius!"

"Kedua," Vida tak mempedulikan balasan William. "Tubuhmu seperti api."

"Waduh, apa artinya itu?"

"Saat berdekatan denganmu, aku tidak merasa kedinginan, sama sekali."

"Bukannya itu sudah biasa, jika kamu tidur bersama seseorang?"

Kali ini Vida mengangkat wajah. "Kamu pernah tidur dengan seseorang?"

"Hei, aku kan bilang 'jika'! Jika!"

Vida melotot. "Pelan saja kalau ngomong. Mau didengar orang?"

"Sudah seharian tidak ada orang di luar," tukas William. "Biar aku teriak—"

"Heh!"

William tertawa lagi. Vida langsung membungkamnya dengan ciuman.

Sepertinya mereka bakalan mulai lagi.

Kenapa tidak? William merasakan gairahnya bangkit kembali.

Sialnya, Vida melepaskan ciumannya.

Northmen Sagaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें