Bab 30 ~ Orang-Orang Hilang

308 99 1
                                    

William berperahu sepanjang malam. 

Selama perjalanan ia diliputi rasa waswas, karena jika yang dikatakan gadis berambut kuning itu benar, bahwa teman-temannya dari utara sudah datang, berarti ada kemungkinan William bisa bertemu mereka di tengah sungai. 

Kalau hanya satu dua orang, ia masih berani menghadapinya, tapi jika lebih dari tiga, ia dalam masalah besar. Terlebih karena saat ini ia tidak membawa senjata sama sekali.

Untungnya orang-orang dari utara itu tidak tampak, baik di anak sungai maupun di Sungai Ordelahr. Entah karena William tak bisa melihat mereka, atau karena sebenarnya mereka masih jauh di utara. Si gadis berambut kuning bisa jadi hanya menggertaknya supaya ia cepat pergi. 

William mempercepat dayungannya dan tiba di Desa Thaluk sebelum tengah hari.

Ia bergegas naik ke atas tebing menuju markas. Ia tak berhenti walaupun sebenarnya ia masih lelah dan mengantuk. Ia menjumpai Rogas dan Taupin di ruang temu utama. Di sana ada pula Tuan Morrin, kepala desa Thaluk.

Rogas menyeringai gembira begitu melihat kedatangan William. "Ah, Tuck, akhirnya kembali juga kau. Sudah berapa lama kau pergi? Tiga hari? Kuharap kau benar-benar menemukan sesuatu yang menarik."

"Aku hanya berharap kau tidak sampai membawa berita buruk," tukas Taupin.

"Patroli lainnya sudah kembali dari barat dan utara," Morrin, yang bertubuh pendek gempal berkata pada William. "Dan mereka tidak melihat orang-orang barbar itu. Kuharap di timur situasinya sama."

William memandangi ketiga orang itu. "Mungkin mereka sudah dekat."

Orang-orang di hadapannya langsung terdiam.

"Kami pergi sampai ke rumah Bullock," lanjut William, "dan dia bilang dia tidak melihat sesuatu yang mencurigakan."

"Itu berita bagus, kan?" sahut Morrin, sedikit ragu. "Tapi, dia sudah tua. Matanya rabun dan telinganya tuli sebelah. Informasi darinya tidak bisa diandalkan."

"Prajuritku sudah memeriksa keadaan di sekitar rumahnya, dan sepertinya dia benar," William meneruskan. "Lalu dari tempat itu kami berpisah. Kelima prajuritku kembali lebih dulu kemari, sementara aku meneruskan memeriksa ke timur, menyusuri sungai."

"Apa maksudmu, prajuritmu kembali lebih dulu?" tanya Rogas.

"Ya, mereka kembali kemarin." Tiba-tiba William merasa ada sesuatu yang aneh.

"Tidak ada yang kembali," kata Rogas.

"Apa?" tanya William heran.

"Prajuritmu belum kembali," sahut Taupin.

"Apa yang terjadi?" tanya Morrin, mulai panik.

William bengong, memandangi tiga laki-laki yang juga tampak bingung. 

Pikirannya berputar, mencoba menghubungkan satu kemungkinan dengan kemungkinan lainnya. Yang terbayang akhirnya adalah kemungkinan terburuk, bahwa para prajuritnya mungkin bertemu musuh di tengah sungai.

"Aku belum tahu," katanya pelan. "Tapi, mungkin mereka sudah dekat."

"Siapa?"

"Orang-orang Hualeg."

"Sebaiknya kau cerita lebih jelas! Jangan setengah-setengah!" seru Taupin.

Rogas menatap William tajam. "Apa yang kau temui di timur?"

"Aku mendayung sampai sore ke timur, lalu menepi di sebuah tempat yang kurasa baik sebagai tempat beristirahat. Ternyata di sana sudah ada orang lain. Orang Hualeg. Lalu kami bertarung, dan aku kalah."

Northmen SagaWhere stories live. Discover now