Bab 101 ~ Bukan Lagi Perang Kecil

209 76 1
                                    

Erenar melanjutkan, "Sebagian dari kalian, yang seumur denganku, tentu sudah tahu, bahwa dulu adikku meninggalkan Vallanir untuk tinggal di selatan. Ia dan istrinya sudah meninggal, dan sekarang putranya pulang kemari. Vahnar adalah prajurit yang luar biasa, dia akan sangat membantu kita nanti. Yang lebih penting lagi, putra adikku adalah putraku juga. Maka pada saatnya nanti, di dalam pertempuran atau di mana pun, aku ingin kalian mendengarkan ucapannya, dan mengikutinya, seperti halnya kalian mengikuti Vida putriku.

"Itu saja pengumuman dariku. Bagiku, ini sebenarnya sesuatu yang harus dirayakan, tetapi kita sedang menghadapi masalah penting. Jadi sebaiknya sekarang kita langsung lanjut membahas masalah tersebut. Krennar, jelaskan situasinya secara singkat."

Krennar adalah laki-laki berumur empat puluh tahunan. Perawakannya gagah. Rambut, janggut dan kumisnya berwarna emas. Katanya, "Orang-orang Logenir sudah muncul di barat, masuk ke wilayah perburuan kita. Belum jelas ada berapa banyak jumlah mereka, tetapi dari informasi terakhir, sepertinya mereka benar-benar serius. Mereka tidak lagi puas dengan pembagian wilayah yang berlaku selama ini, dan kini hendak mengambil sebagian wilayah kita. Orang-orang Logenir tidak sendiri. Tiga suku lainnya di barat bergabung dengan mereka, dan semuanya menginginkan wilayah yang lebih besar."

"Dan kita tidak akan memberikannya," tukas laki-laki lain yang lebih kurus dan berambut kelabu. "Pembagian yang dibuat oleh orang-orang tua kita dulu sudah cukup adil. Namun orang-orang ini tak pernah puas. Setelah mendapatkan ini, mereka pasti akan meminta lebih banyak, terus sampai akhirnya seluruh wilayah kita dirampas. Alasan meminta wilayah perburuan yang adil hanya kedok belaka. Sebenarnya mereka ingin menghancurkan kita."

"Apakah mereka sudah mengajak kita untuk bertemu?" tanya Erenar.

"Setelah ini, begitu posisi mereka kuat, mungkin mereka akan mengajak bertemu," tukas si laki-laki berambut kelabu. "Tetapi bagi kita, apa gunanya lagi berbicara dengan mereka? Mereka sudah menduduki wilayah kita. Dan lagi selama ini status kita dengan mereka juga sudah bermusuhan. Walau belum berperang secara terbuka seperti di masa orang tua kita, kita dan mereka sudah saling bunuh setiap kali ada kesempatan. Jadi tidak ada solusi lain buat menyelesaikan hal ini, selain menghadapi mereka secara langsung!"

"Aku setuju dengan Drinar," kata Krennar. "Tak perlu lagi berbicara dengan mereka. Ini waktunya untuk melawan. Dan kita harus cepat. Kita tidak bisa menunggu kedatangan sekutu kita. Kita maju sekarang, bertahan di Arthark, setelah itu menyerang balik begitu sekutu kita datang."

"Vida," Erenar menoleh ke kanan, "bagaimana pendapatmu?"

"Siapkan saja prajuritnya. Aku akan memimpin mereka," jawab gadis itu.

William memandanginya. Gadis itu sudah kembali ke sifatnya yang tegas dan serius. Ya, di saat-saat seperti ini, sebaiknya memang begitu, tidak sampai diganggu dengan hal-hal remeh semacam hubungannya dengan William.

"Siapa yang memimpin mereka?" tanya Erenar. "Apakah Mornir?"

"Kita belum tahu," jawab Krennar. "Tapi sepertinya dia."

"Dia memang sama seperti Malagar, ayahnya dulu. Padahal, bukannya dia baru saja datang dari selatan?" tanya Erenar pada Vida. "Dia baru kehilangan seratus lima puluh orang, dan sekarang hendak menyerang lagi? Gila."

"Kalau pasukannya besar, dia tidak gila," tukas Drinar.

"Itulah yang mengkhawatirkanku," kata Erenar. "Sejak dulu Vallanir tidak pernah kalah, tetapi semakin tahun Logenir semakin kuat, dan kekuatan mereka sekarang lebih besar dibanding kita. Itulah kenapa aku berharap padamu." Ia menoleh ke arah William. "Kau pernah menghadapi Mornir di selatan, dan mengalahkan mereka. Aku harap kau bisa melakukannya lagi. Kau bisa ikut bersama Vida?"

Northmen SagaWhere stories live. Discover now