Epilog 2 ~ Quazar dan Kesatria

273 61 1
                                    

Angin musim gugur bertiup lembut dari lereng pegunungan utara, turun melingkari lembah sunyi di sebelah barat kota Tavalo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin musim gugur bertiup lembut dari lereng pegunungan utara, turun melingkari lembah sunyi di sebelah barat kota Tavalo.

Di bawah bayang-bayang puncak bukit dan langit berawan desirannya terdengar sayup-sayup di sela-sela pepohonan rapat di sepanjang jalanan berbatu, mengiringi kedatangan Vyndassi sang Quazar Elniri.

Para pengawal di sekeliling Vyndassi terus mengedarkan pandangan ke kiri dan ke kanan, berusaha menemukan sesuatu yang mungkin berbahaya di balik pepohonan. Vyndassi sudah menjelaskan pada mereka, bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun ia mengerti, bahwa kejutan tetap mungkin terjadi, dan kenyataan seringkali berbeda dibanding harapan.

Para pengawal tentunya tak ingin ia celaka saat berada dalam pengawasan mereka, dan ia pun tak ingin menyerahkan nyawa begitu saja.

Ia harus berhati-hati.

Vyndassi dan rombongannya tiba di kota Tavalo lima hari yang lalu, secara diam-diam, karena tak ingin mengundang bahaya, dan kini ia sudah sampai di ujung barat daerah kekuasaan Elniri yang sepi.

Sebuah tugu batu berwarna abu-abu tampak di depannya. Tugu itu adalah peninggalan bekas kerajaan Terran yang berfungsi sebagai penunjuk arah sebelum memasuki wilayah negeri Alton di barat.

Di Benua Selatan bangsa Elniri biasa menggunakan tugu yang di atasnya diberi hiasan ukiran kepala kuda, kerbau atau serigala sebagai penanda wilayah tanah perburuan milik mereka. Di sini, di negeri-negeri utara, bentuknya lebih polos dan sederhana tanpa ukiran. Tingginya pun mencapai lebih dari dua tombak sehingga mampu terlihat dari jauh.

Di samping tugu batu tersebut Vyndassi menghentikan kudanya dan mengamati sekitarnya, mencari orang yang akan ditemuinya. Mestinya dia sudah datang, pikirnya, tetapi mungkin masih bersembunyi. Orang itu juga pasti lebih memilih berhati-hati. Vyndassi pun turun dari kudanya sambil memberi isyarat pada pengawalnya untuk menunggu.

Tak lama, seorang laki-laki muncul dari balik pepohonan sekitar dua puluh meter dari Vyndassi. Jubahnya berwarna putih dan tampak kusam, dan rambut serta cambangnya berwarna cokelat.

Laki-laki itu memberi anggukan sebagai tanda hormat, lalu duduk di atas sebuah batu, menunggunya. Laki-laki itu tampak cukup tenang dan tidak takut pada rombongan prajurit Elniri yang berjaga.

Mungkin karena dia pun percaya pada Vyndassi.

Vyndassi berjalan mendekatinya, kemudian ikut duduk di sebuah batu besar lainnya di depan orang itu. Ia menyandarkan pedangnya di sampingnya.

Laki-laki itu memandanginya, sebelum berkata dengan suara yang sopan dan jernih, "Quazar Vyndassi, aku senang akhirnya bisa bertemu denganmu."

"Kesatria Fabien," Vyndassi menjawab dengan hati-hati. "Ini pertemuan yang dulu tak pernah kuduga bisa terjadi. Aku rasa ... ini sesuatu yang baik."

"Kaulah yang mengundangku, Quazar. Aku datang karena aku percaya ... kau tak akan menghabisiku."

Vyndassi tersenyum, dalam hati mengagumi ucapan lawan bicaranya, yang lugas dan tak kenal takut sekaligus tetap sopan, kemudian membalas, "Dan aku percaya kau pun tidak akan melakukan hal yang sama padaku."

Northmen SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang