Epilog 1 ~ Musim Dingin

293 76 2
                                    

Musim dingin akhirnya datang.

Salju mulai turun. Selimut putih perlahan menyelubungi bumi.

Di saat-saat seperti ini, selama dua atau tiga bulan biasanya orang-orang utara memilih lebih banyak tinggal di dalam rumah, dan hanya keluar sesekali untuk mengambil kayu bakar atau hewan buruan yang masuk perangkap.

Namun di Vallanir, suasananya kini berbeda. Orang-orang bisa bepergian ke berbagai tempat, dan tetap bisa saling berkunjung bahkan saat malam tiba. Pasar dan tempat minum tetap ramai sampai tengah malam, dan anak-anak bisa berlarian dan bermain kereta luncur di atas sungai yang permukaannya telah membeku, tanpa merasa kedinginan.

Tentu saja, dinginnya salju dan es masih ada, tetapi ada yang sesuatu yang hangat saat ini, di sekitar mereka, yang membuat segalanya berubah. Setelah mengetahui ini, orang-orang dari suku lain mungkin akan berdatangan ke Vallanir dan ingin tinggal di sini juga.

Apakah hal itu nantinya akan menjadi sesuatu yang baik?

William belum tahu. Namun, jika semua orang bisa merasa bahagia, dan ingin terus hidup dengan damai, kenapa tidak?

Di samping jendela kamarnya William termenung, memandang jauh ke hutan di selatan yang putih terselimuti salju, sekali lagi menanyakan hal itu pada dirinya sendiri.

Jika ia bisa merasa bahagia dan hidup damai di sini, kenapa tidak?

Mungkin ia memang sebaiknya tinggal di utara selamanya.

Namun, apakah ia memang sudah merasakan hal itu?

Apakah kebahagiaan itu sudah ada di sini, atau masih harus dicari?

Ibunya dulu berkata, agar ia jangan kembali ke utara, jangan lagi melihat ke belakang atau mencoba mencari tahu mengenai masa lalunya. Lihatlah ke depan, temukan kebahagiaan di sana.

Walaupun nasehat itu ada betulnya, tetapi di sisi lain, bagaimana bisa ia mencapai kebahagiaan, jika ia tidak tahu siapa dan seperti apa dirinya yang sebenarnya, dan dari mana ia berasal?

Bagaimana bisa ia mendapatkan sesuatu yang penting untuk hidupnya, setitik pengetahuan dan kebijaksanaan, jika ia tidak belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dibuat di masa lalu, yang tak hanya yang dibuat oleh dirinya, tetapi juga orang tuanya, dan orang lain?

Karena hanya dengan berani melihat semua kesalahan-kesalahan itu, kemudian menerimanya, ia bisa belajar.

Belajar, jalani hidup, tetap kuat dan tetap percaya.

Setelah itu, lihat nanti.

Itu kata-katamu, Vida, dan aku akan selalu mengingatnya.

Jadi, kembali ke pertanyaan awal.

Apakah kebahagiaan itu sudah ada di sini, ataukah masih harus dicari?

Jawabannya, mungkin dua-duanya.

Ada di sini, tetapi karena aku masih hidup, aku akan terus mencari.

Northmen SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang