Bab 38 ~ Kata Yang Salah

299 93 4
                                    

Perahu bergerak pelan mengikuti aliran sungai ke utara. Sejauh ini mereka tak melihat sesuatu yang mencurigakan di antara semak belukar dan deret-deret pepohonan. Tetapi, sesuatu yang terlalu tenang bukanlah sesuatu yang baik. 

William melirik gadis di sampingnya yang kelihatan gugup, dan ikut tegang.

"Tahan," bisiknya. "Sembunyi ke sana."

Kelima prajurit membawa perahu merapat ke batu besar di sisi kanan sungai. 

William memicing, memperhatikan sesuatu yang tampak sekitar lima puluh kayuhan di utara, di sisi sungai sebelah kiri. Ada sebuah perahu, ujungnya yang panjang teracung ke depan, kelihatan di balik dedaunan dan ranting-ranting pohon yang menjuntai ke permukaan sungai. Sepertinya ada anak sungai di baliknya, dan berarti mungkin tak hanya ada satu perahu.

"Maju sedikit lagi," kata William.

"Mereka bisa melihat kita," balas Thom.

"Tidak apa-apa, asal jangan terlalu dekat."

Mereka maju melewati bebatuan di sisi sungai. Begitu sampai di tempat terbuka mereka berhenti. Semuanya menanti dengan gelisah. Bagian depan perahu yang berada tak jauh di utara itu kini kelihatan lebih jelas.

"Jangan bilang kita harus maju lagi, Tuck," bisik Thom cepat. "Mungkin mereka sudah menyiapkan jebakan di sana. Kau ingat? Mungkin seperti ini yang dilakukan orang-orang Hualeg saat memancing lima teman kita di timur."

William termangu. "Kau benar, kita harus pancing mereka supaya keluar." 

Ia berdiri di atas perahunya. Para prajurit menatapnya heran.

"Apa ... apa yang kau lakukan?" tanya Thom gugup.

"Aku akan memanggil mereka."

Para prajurit bengong.

Sebelum mereka protes, William sudah berteriak, "Vallanir!"

Kata itulah yang ia pilih, karena ia tak tahu kata lain yang bisa ia pakai untuk memanggil orang-orang Hualeg.

"VALLANIIIR!" kembali William berteriak.

Raungannya menggema ke seluruh penjuru lembah.

William dan kelima prajurit menanti dengan tegang. Demikian pula sang gadis, yang tampak semakin gelisah. 

Sorakan keras terdengar dari hutan di seberang sungai. Disusul dentang logam beradu bertalu-talu. Setelah itu kembali sorak-sorai dari mulut entah berapa orang. Singkatnya, seluruh bunyi-bunyian dan teriakan yang biasa dikeluarkan orang kala hendak bertempur.

"Sepertinya kau memilih kata yang salah, Tuck," tukas Thom.

Benarkah? Kata 'Vallanir' justru malah mengundang orang-orang itu untuk bertempur? 

William menanti dengan gugup. Perahu panjang di balik dedaunan dan semak itu mulai bergerak maju. Yang mendayungnya sekitar sepuluh orang, seluruhnya laki-laki bertubuh besar. Di belakang mereka muncul perahu lainnya. Lalu satu lagi, dan satu lagi perahu panjang di belakangnya.

"Teman-teman, waktunya pergi!" seru Mullen. "Mereka mau menyerang!"

"Dan kelihatannya mereka sama sekali tidak peduli pada gadis ini!" sahut Thom. "Hahaha! Tuck, rencanamu berantakan!"

William menoleh, memperhatikan si gadis berambut merah. Ia terkejut ketika melihat wajah gadis itu tampak pucat. Dia bahkan bersembunyi di balik kaki William, seperti tak ingin sosoknya terlihat orang-orang Hualeg di depan mereka. 

Sudah jelas ini bukan reaksi yang William harapkan.

"Mungkin mereka belum melihatnya," kata William. "Kalau sudah melihat gadis ini, mereka akan mengerti ..."

Northmen SagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang