Ch 4 [IND]

3.5K 48 8
                                    

"Bold." : animatronik yang berbicara

"Biasa." : manusia yang berbicara

=o^o=

Benar-benar melelahkan.

Hari yang meletihkan bagi Michael. Seharian bekerja tanpa hasil; sebenarnya dia mendapat gajinya, gaji terakhir. Besok dia harus kembali berkutat mencari-cari lowongan pekerjaan baru setelah dipecat begitu saja dari tempat kerja lama—bahkan masih belum genap seminggu dia bekerja hingga atasan sialan itu mengatakan dia memecat Michael hanya karena satu pelanggan tak menyukai penutup mata yang dikenakan olehnya.

Michael nyaris membanting pintu rumah bagian depan jika saja dia tak ingat bahwa uang yang dimilikinya begitu terbatas bahkan hanya untuk memperbaiki pintu rusak. Walaupun Michael telah mati, bukan berarti biaya untuk tetap tinggal di sebuah rumah juga mati. Dan ini membuat Michael cukup tertekan.

"Seandainya saja semua yang ada di dunia gratis," Michael merutuk pelan, menyalakan lampu di dapur dan membiarkan lampu-lampu di ruangan lain padam; sengaja tidak dihidupkan guna menghemat.

"Ya, seandainya saja."

"Shut it, Ennard," balas Michael kesal ketika Ennard menyahut dalam pikirannya. "Kenapa juga kau harus menyelamatkanku saat itu, dan membuatku menjadi mayat berjalan sekarang? Sangat menyusahkan."

"Mhm."

Ennard tak membalas apa-apa lagi, entah memang tak berniat memicu pertengkaran atau ada alasan lain untuk membutnya bungkam. Toh Michael tak mau repot-repot memikirkan itu.

Air meluncur turun ke dalam teko setelah Michael memutar keran wastafel, tangannya yang lain meraih ke arah kompor dan menyalakan api dengan volume kecil. Dia meletakkan teko ke atas kompor, lantas mengambil sebuah cangkir dan sendok.

"Hm, bantu aku mencari pekerjaan baru besok." Daripada meminta, itu lebih terdengar memerintah. Michael memasukkan dua sendok bubuk kopi dan sesendok gula ke dalam cangkir. "Jika aku tak bekerja, aku tidak memiliki penghasilan. Tak ada penghasilan maka tak ada uang. Itu berarti juga tidak ada soda dan mentega untukmu," ujar Michael.

"Aw shit, that's sad." Ennard membalas dengan keluhan kecil. "Aku akan membantumu demi alasan itu."

Michael ber-heh kecil. "Setidaknya kau bersedia membantu, bukan merusak."

"Aku tak tahu apa maksudmu, Afton."

"Teruslah berpura-pura, Ennard," tanggap Michael bosan, bola matanya diputar malas.

Tentu saja kejadian di mana Ennard sengaja mengeluarkan kabel-kabel dari dalam tubuhnya ketika melayani seorang pelanggan di restoran masih teringat jelas dalam memori Michael, alhasil membuat kericuhan dan berujung pemecetan untuk sekian kalinya.

Ennard meredam tawa yang sempat keluar. "Seru," dia berkata.

"Seru karena setelah itu aku harus bersembunyi dari orang-orang gila yang menyebut diri mereka ilmuwan karena restoran keparat itu malah menghubungi laboratorium. Ingin menyelidiki kabel yang keluar dari tubuh seseorang dengan paksa itu tidak sopan," gerutu Michael, membesarkan api kompor agar air yang berada dalam teko lebih cepat matang. "Sekarang pun mereka masih mencoba mencariku."

"Kurasa pikiran mengecek rumah ini tak pernah lewat di otak mereka."

"Mereka telah menganggap rumah ini kosong setelah satu-persatu member keluarga Afton mati, entah bagaimana dengan kabar si anak pertama sekarang, tapi dicurigai juga telah mati." Michael mendengus keras, melipat tangan depan dada. "Dan berhenti bergerak, Ennard. Kau akan membuatku memuntahkan bagian animatronikmu lagi."

"Aku hanya ingin keluar."

Michael mengangkat sebelah alis. "Too bad, Ennard. You won't."

Si sulung Afton itu telah menyiapkan beragam argumen yang akan dilontarkan jika mereka kembali beradu mulut seperti biasa, memikirkan perkataan-perkataan yang sekiranya langsung membuat Ennard kalah dalam berdebat walau pada ujungnya dia yang akan kalah.

Tapi nyatanya Ennard hanya bergumam tak jelas, Michael dapat menangkap kata 'terserah' dari gumaman tersebut.

'Mungkin sedang tidak mood,' Michael membatin dalam hati; tunggu, lagipula kenapa juga Michael merasa kecewa lantaran Ennard sedang malas menanggapinya?

Michael menghela lelah. Dia mengaduk isi cangkir setelah menuang air panas, bersyukur dalam hati bahwa tubuhnya masih dapat mencerna cairan walau organ-organnya telah menghilang—dikeluarkan, entah mengapa dia dapat minum pun dia tak tahu. Michael duduk di atas meja counter seraya meniup asap yang masih mengepul dari permukaan kopi, selama beberapa saat meniup, Michael yakin bahwa bukan masalah besar diminum sekarang walau lidahnya pasti terbakar.

Menyesap cairan hitam pekat tersebut, kening Michael mengerut seketika. Jauh-jauh dia menyingkirkan cangkir tersebut sambil mengecap beberapa kali, rasanya sangat aneh. Kedua alis Michael bertautan, dia memandang lekat ke arah kopinya selama beberapa saat sebelum mencoba untuk meminumnya lagi walau dalam jumlah yang lebih sedikit dari sebelumnya.

"What the hell?" Michael meludah ke arah wastafel, ekspresinya tak bisa dijelaskan saat ini; antara masam, bingung, dan tak mengerti. Dia segera mengambil kotak gula yang terletak di samping kotak bubuk kopi, membuka penutup wadah dan segera memandang ke dalam butiran-butiran putih tersebut.

"Kau baru saja memasukkan garam bukannya gula." Ennard berkata dengan suara agak tercekik, seolah-olah sedang menahan gelak tawa yang kemungkinan besar akan meledak dalam hitungan detik. "Bodoh ...."

"Diam!" Balas Michael malu, pipinya memanas ketika Ennard mulai tak bisa menahan tawa. "Diam, bodoh, diam!"

"You are the one who is stupid in here, Afton. Pft ...."

Sebanyak apapun Michael memprotes, Ennard tetap menjadikan bulan-bulanan hari itu.

The BondWhere stories live. Discover now