Ch 45 [IND]

1.6K 31 3
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

Saat itu pukul tujuh malam, Michael duduk di ruang tamu sembari membaca komik lain dengan santai. Hari ini tidak terlalu banyak ada pekerjaan untuknya di supermarket tersebut, hampir semua barang telah tertata dan Michael mengira bahwa mungkin besok adalah hari terakhir dia akan membantu. Lebih cepat dari yang dia kira.

Kemudian pintu rumah diketuk secara tiba-tiba, Michael menoleh dengan bingung.

Sepertinya itu adalah Lucy.

Karena tidak ada orang lain yang berani menghampiri rumah ini selain Lucy.

Michael menutup komik dan meletakkannya di samping sofa, dia tak lagi terlalu khawatir Lucy melihat rangka endoskeleton tersebut. Michael membuka pintu rumah, dan benar sesuai dugaannya. "Lucy, hei," Michael manyapa.

Lucy tersenyum hangat. "Kau sudah makan? Aku membawakanmu makanan," Lucy berkata sembari menunjukkan sebuah kantong plastik berwarna hitam di tangannya.

"Oh aku—sudah makan," dusta Michael. "Kau tidak perlu repot-repot, sebenarnya."

"Ayolah setelah aku tahu dapurmu kosong melompong aku jadi cemas."

Michael meringis.

"Anyway, terima saja," ujar Lucy setelah itu, menarik tangan Michael secara paksa dan memberikan Michael kantong plastik tersebut, membuat Michael sedikit kelabakan. "Aku akan pulang sekarang, sampai jumpa nanti Mike!"

Si sulung Afton itu hanya mengawasi Lucy yang melangkah keluar sembari bersenandung ria. Michael membuang napas kecil, dia tidak tahu apakah dirinya harus percaya Lucy atau tidak.

Michael pun menutup pintu rumah dan menguncinya lagi, lantas melangkah ke dapur untuk meletakkan makanan yang baru saja diberi Lucy di atas meja dapur. Michael membuka isinya—sepertinya dia berpikiran terlalu negatif lantaran dia kira isinya sebenarnya adalah bom atau sesuatu berbahaya yang lain, atau bahkan penyadap suara. Ternyata itu hanya beberapa roti lapis.

Tak lama kemudian Michael kembali menuju ke ruang tamu, berniat ingin melanjutkan komik bacaannya. Namun, sebuah suara berdesing dari dalam salah satu kamar menarik perhatian Michael.

Tepatnya dari kamar yang Ennard pakai.

Michael berhenti dari langkahnya menuju ruang tamu, dia memandang pintu yang tertutup itu dengan seksama, mencoba memastikan kembali apa yang baru saja dia dengar tadi. Memang benar, bahwa ada suara seperti mesin yang bergerak. Mata Michael berbinar, dia langsung membuka pintu kamar;

Ennard masih berdiri di seberang ruangan, tapi pandangan mereka bertemu. Michael tidak mengerti mengapa dia tersenyum selebar ini karena Ennard telah bangun dari tidurnya.

"Ennard!" Michael berujar ceria, walau bingung kenapa Ennard seakan-akan sedang mengindai dirinya. "Enn?"

"Hai!"

Michael melompat di tempat mendengar sapaan super ramah tersebut.

"Aku adalah Ennard, senang bertemu denganmu! Siapa namamu? Kita bisa menjadi teman baik dan bermain bersama! Bagaimana menurutmu?"

Mengenal Ennard dengan baik, perkataan yang keluar dari animatronik tersebut sangat menyeramkan. Apalagi dengan senyum lebar serta nada suaranya yang friendly tersebut. Michael mengerjapkan matanya dan mengerutkan dahi dalam-dalam, dengan ragu dia mendekat kepada Ennard yang masih memandangnya hangat. Lalu Michael mengangkat tangannya, berniat untuk menyentuh wajah Ennard agar dapat mengecek apa yang salah dengan Ennard—

Tangannya ditepis seketika.

"Touch me and I'll cut your fucking hand off in second."

Ennard yang dia kenal telah kembali.

Michael menggembungkan kedua pipinya sembari mengelus pergelangan tangannya. "Lagipula apa-apaan itu tadi?" dia bertanya tidak mengerti.

"Sistem otomatis, tolol." Ennard memutar matanya bosan dan melangkah melewati Michael begitu saja.

Michael berbalik dan segera menyusul langkah Ennard, dia nyengir. "Kau tidur lama sekali, hampir dua minggu," dia berkata, Ennard sama sekali tidak menghiraukannya. "Seperti putri tidur saja," Michael melanjutkan, setelah itu terkikik kecil.

"Setidaknya aku tidur lebih layak dari insomniamu."

Dan Michael tidak merasa kesal mendengar balasan dari Ennard tersebut, malahan cengirannya melebar.

Mereka berakhir di ruang tamu, Michael masih memandangi Ennard sementara Ennard sendiri menatap ke sekeliling ruangan sebelum fokus menuju ke rangka endoskeleton di atas meja ruang tamu. Memang ada perubahan tapi tidak terlalu banyak, bahkan masih belum selesai. Ennard mengerutkan dahinya, kemudian beralih pada Michael yang mengayunkan badannya dari depan ke belakang.

"Kau belum menyelesaikannya bahkan setelah nyaris dua minggu? Kau malas atau lelet atau bodoh?"

"Malas," Michael menjawab spontan, dia tersenyum lebar mendengar erangan kesal Ennard. "Lagipula kenapa kau ingin sekali melihat hasil jadi dari itu, sih?" Gantian Michael yang bertanya, dia mengerucutkan bibirnya lucu sembari memandang Ennard.

Ennard tidak menjawab, malahan seolah-olah membuang napas berat. "Kau benar-benar tidak bisa diandalkan dalam bekerja," Ennard berujar, nyaris terdengar seperti mengeluh. Setelah itu mata robotiknya mengerling sebentar ke pergelangan tangan Afton sulung itu—hanya ada bekas memerah karena tepisannya tadi. "Setidaknya kau menjaga dirimu dengan baik."

Gumaman tidak jelas Ennard membuat Michael mengangkat sebelah alis. "Apa?"

"Ternyata kau juga tuli sekarang."

Sekarang sepercik kekesalan muncul dalam diri Michael. "Kau saja yang tidak jelas ngomong apa!" Michael menunjuk tepat ke wajah Ennard seraya cemberut, ujung matanya berkedut. Michael mengambil napas dalam-dalam setelah itu, kemudian mengembuskannya perlahan. "Tapi, Enn."

"Ennard."

"Enny."

"Ew. Ennard."

"Enn."

"Fine! What?"

Ujung bibir Michael tertarik ke atas, dia memandang Ennard dengan hangat dan senyuman lebarnya nampak manis. "Aku senang kau kembali."

Ennard tertegun selama beberapa saat, sebelum memalingkan pandangan dengan cepat.

Apakah normal jika wajahnya yang terbuat dari besi terasa panas?

The BondWhere stories live. Discover now