Ch 41 [IND]

1.6K 24 0
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

Supermarket yang dibicarakan memang dimaksudkan untuk dikosongkan semua isinya dan benar-benar diganti dengan barang-barang dagangan baru. Michael terkejut menyadari betapa kosong semua rak di dalam supermarket itu, dia mulai berpikir bahwa kemungkinan dia membantu para karyawan untuk menata dagangan kira-kira akan menghabiskan satu hingga dua minggu.

Walau situasi ini sebenarnya mengingatkannya pada insiden Alice beberapa waktu lalu, dan dia sempat ragu namun ini satu-satunya hal yang dapat dia lakukan untuk mendapatkan uang.

Dia tidak mungkin mencuri, tapi Ennard pasti melakukannya dan dia tidak mau itu.

"Hei, Mike!"

Michael menoleh ke orang yang memanggilnya ketika dia sedang mengangkat sebuah kardus dari truk untuk ditaruh di bagian gudang. "Oh hei, Dawson," Michael balik menyapa pada gadis itu.

Cengiran dari Lucy membuat Michael sedikit kikuk. "Ayolah, kenapa panggil nama belakang? Cukup sebut aku Lucy, Lu-cy." Lucy bahkan mengeja namanya sendiri seolah-olah Michael bingung bagaimana cara mengucapkannya, hanya dibalas kekehan tawa gugup dari Michael.

"Baiklah, Lucy," ujar Michael menyerah, kemudian meletakkan kardus yang dia angkat tadi di dekat kakinya. Michael memandang Lucy yang melihat papan data untuk mengecek list barang, kedua alis Michael bertautan sebentar. "Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu?"

"Itu kau bertanya."

"Maksudku—yah, kau tahu maksudku." Michael mengusap tengkuknya pelan, Lucy tertawa dan mengangguk, tanda bahwa dia bisa bertanya. "Apa ... kau memiliki keluarga atau teman, yang bernama ... Alice?"

Mendengar pertanyaannya, Lucy segera mengalihkan pandangan, dan tatapan seriusnya membuat Michael tegang. "Tidak," Lucy menjawab santai setelah itu, kedua bahunya terangkat ke atas. "Hanya karena nama tengahku adalah Alicia bukan berarti ada seorang Alice di keluargaku, tahu. Teman-temanku juga tidak ada yang bernama Alice."

"Benar," Michael berkata cepat, kemudian menggumam tidak jelas. "Sorry." Setidaknya itu membuatnya merasa lega, dan dia berharap kejadian yang sama tidak terulang lagi.

"Kenapa?" Kali ini Lucy yang bertanya. "Mantanmu bernama Alice dan kau takut dia ternyata salah satu teman atau keluargaku, hm?" Lucy menggodanya, membuat Michael mendelik tak percaya ke arahnya.

"Tidak!" balas Michael cepat-cepat. "Hanya—hanya komunikasi yang buruk dengan seorang Alice, itu saja."

Lucy mendengkus kecil. "Yeah, sure."

Michael menggembungkan pipinya sebal mendengar ketidakpercayaan di nada suara Lucy, kemudian dia tersentak kaget ketika Lucy tiba-tiba menepuk-nepuk pucuk kepalanya sembari tertawa, dan Michael segera mundur beberapa langkah darinya.

"Kau lucu sekali," gelak Lucy membuat Michael mengerutkan dahi dalam-dalam, tapi pipinya mulai memerah karena malu. "Omong-omong, Mike," Lucy berkata setelah itu. "Atasanku mengatakan kau bisa pulang."

"Sekarang?"

"Besok."

Lucy memutar matanya sementara Michael mengerjap. "Iya, sekarang, Michael."

"Oh ...."

"Bayaranmu dua hari sekali, jadi besok akan kuberi uangnya padamu. Sampai jumpa besok, Mike!"

Michael mengangguk. "Sampai jumpa besok."

Tanpa menunggu terlalu lama, Michael segera berpamitan pada karyawan lain yang berada di dekatnya dan langsung pergi dari sana. Jarak dari supermarket menuju ke tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh, jadi dia tidak keberatan sama sekali untuk jalan kaki. Meskipun begitu saat ini dia berlari pulang.

Dia membuka pintu pagar dengan cepat dan tanpa babibu segera menguncinya, lantas melesat ke dalam rumah.

Keadaan ruang tamu masih berantakan oleh alat-alat seperti biasa, Michael melangkah melewati endoskeleton itu bahkan tanpa repot-repot memandangnya dan melangkah menuju ke ruangan yang akhir-akhir ini sering dia kunjungi; pun tidak ada perubahan sama sekali, Ennard masih di sana dalam keadaan nonaktif.

Michael sempat mengerling sebentar sebelum menuju ke meja dekat Ennard berada dan menarik laci, dia mengeluarkan kertas serta alat tulis, lantas memutuskan untuk fokus pada sketsa piringan ilusi itu.

The BondWhere stories live. Discover now