Ch 20 [IND]

1.9K 30 1
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

Hari itu mereka berdua pergi ke rumahnya untuk memperbaiki langit-langit rumahnya yang bolong.

Terkadang Michael meringis mengingat ekspresi Mark ketika Mark pertama kali melihat lubang tersebut; tercengang dan melongo, tak dapat berkata-kata selama beberapa saat. Michael hanya tertawa kikuk begitu Mark memandang dirinya dengan cepat dan meminta penjelasan lebih lanjut (namun ujung-ujungnya Michael menjawab itu ulah maling).

Butuh beberapa jam memperbaiki setidaknya nyaris seluruh bagian lubang menganga di langit-langit, mengingat mereka berdua hanya tahu dasar dari memperbaiki sesuatu menggunakan perkakas. Kemudian mereka memutuskan berhenti sejenak.

Saat ini Michael menuang soda dingin ke dua gelas—dia sisakan untuk Ennard atau animatronik itu akan merajuk hingga berhari-hari dan itu sangat menyebalkan—lantaran cuaca lumayan gerah. Mark datang ke ruang tamu beberapa detik kemudian dan duduk di sofa sembari membuang napas berat.

"Rumahmu sepi sekali," Mark berkata pelan, mengambil gelas soda di atas meja.

Michael menggendikkan pundak. "Hanya ada aku di sini."

"Bukankah kau memiliki adik perempuan? Di mana dia?"

Pandangan Michael menurun. "Elizabeth ..."

Telah mati. Dia melihatnya sendiri ketika cakar mesin itu menarik tubuh kecil adiknya.

"... mungkin dibawa oleh ibuku." Michael menyelesaikan perkataannya dengan dengkusan kecil, walau dia menggigit pipi bagian dalamnya setelah itu. "Lalu ... kau tahu apa yang terjadi pada Evan."

Tidak ada yang bersuara hingga bermenit-menit.

Tentu saja, tragedi itu meninggalkan luka mendalam pada Michael, memori yang takkan pernah bisa terhapus bahkan oleh mereka berdua. Michael selalu menyalahkan diri sendiri, dia benci telah melakukan itu pada si bungsu.

Namun, seperti biasa, penyesalan datang di waktu terakhir.

Michael melihat Mark menatap ke dalam isi gelas dengan tatapan yang tak bisa diartikan begitu jelas. Mungkin Mark memikirkan kembali masa lalu, seperti dirinya saat ini. Akhir dari keempat berandalan yang sering membuat masalah ditutup dengan kasus mengenaskan. Bagaimana bisa seorang remaja berpikiran seperti itu, lantaran ia telah memiliki kesadaran akan mana hal yang baik dan buruk?

Michael dibutakan oleh rasa cemburu yang dipendam. Amarah yang terluapkan memperburuk keadaan. Dia dihantui tangisan tiap malam.

"Omong-omong."

Mark memutuskan berbicara.

"Aku masih tak percaya seseorang mencoba menerobos masuk dan terjatuh dari langit-langit." Mark mengerutkan dahinya pada Michael, membuat Michael menghela dan tersenyum kikuk. "Lalu kau tidak mendengar itu sama sekali."

"Karena aku bekerja saat itu," Michael menjawab.

"Pada tengah malam?"

"Ya."

"Kerja apa?"

"Kepo."

Ujung mata Mark berkedut kesal mendengar jawaban santai dari Michael, tapi Michael tidak terlalu peduli. "Kau suka merahasiakan banyak hal sekarang. Dari penutup matamu hingga ini."

Michael memutar matanya bosan mendengar itu. "Kau tetap pemaksa seperti dulu," Michael membalas. "Aku takkan heran pacar barumu akan mencampakkanmu dalam seminggu jika kau terus memaksa. Atau jika aku memberitahu dia kalau pacarnya terkadang menggoda mantannya."

The BondWhere stories live. Discover now