Ch 25 [IND]

1.8K 31 0
                                    

"Bold."/"Bold italic." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal italic." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

Rumah ini indah, namun terbengkalai.

Michael menyusuri lorong rumah dengan pelan sembari memandang ke sekitar. Dinding berwarna krem yang kini nampak kusam, perabotan-perabotan berdebu, lumut di sudut-sudut ruangan, langit-langit yang bocor. Jika lantai kayunya kembali dipoles, Michael yakin akan lebih mengkilat daripada sekarang. Walaupun begitu semuanya tertata rapi serta simetris.

Dia berhenti di pertengahan jalan untuk memandang ke luar jendela, pemandangannya sedikit tertutup oleh tirai serta kaca yang kotor, tapi Michael bisa melihat adanya ayunan putih di halaman belakang. Tanaman rambat menyelimuti tiang ayunan, warnanya pun telah pudar. Entah sudah berapa lama rumah ini tidak ditempati.

Michael berandai dari mana Ennard mengetahui tempat tersebut, dia ingin bertanya namun animatronik itu sedang mengisi energinya—nonaktif.

Kemudian Michael kembali memikirkan apa yang Ennard katakan beberapa hari lalu; dia masih tidak menyangka bahwa Ennard mengatakan itu padanya. Michael merasakan perasaannya menghangat dan dia tersenyum kecil, Ennard mungkin memang tidak seburuk yang dia kira. Pendapatnya mengenai Ennard secara perlahan berubah, semenjak mereka makin sering mengobrol (atau lebih tepatnya bertengkar).

Yah walau Michael masih merasa kesal ketika Ennard menyuruhnya berziarah, tapi dia memutuskan untuk tidak terlalu mengungkit-ungkit hal yang telah terjadi di masa lalu.

"Berdamai dengan diri sendiri, huh," gumam Michael pelan, jemarinya mengelus kusen jendela yang berdebu. Dia memang takkan pernah memaafkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi pada adik bungsunya, tapi kini jika dipikir-pikir terlalu memaksakan diri untuk menyiksa batin agar tidak kembali mengingat memori kelam bukan hal yang terlalu tepat.

Michael segera melangkah ke halaman belakang dengan cepat, dia tidak khawatir jika orang-orang melihat seperempat kulit wajahnya membusuk lantaran pagar di sekitar rumah ini sangat tinggi. Michael masih penasaran dengan ayunan tersebut.

Pintu belakang rumah dibuka oleh si Afton sulung itu, Michael terperangah sebentar—jika rumah ini tidak ditelantarkan mungkin kebun yang kini telah rusak oleh hama dan banyak bunga-bunga mongering itu pasti terlihat sangat indah. Ilalang tinggi tumbuh di sana, rumputnya basah karena embun pagi. Michael berjalan mengitari pelataran, memandangi tumbuhan-tumbuhan liar yang tumbuh di pekarangan. Ingin sekali rasanya dia bersihkan rumah ini.

Sampailah Michael di ayunan taman tersebut. Dia memegang tiang ayunan dengan hati-hati, kemudian menggerakkannya—suaranya tidak enak untuk didengar, Michael bergidik. Bantalan ayunan pun telah lusuh dan rusak, yang pasti tidak bisa diduduki.

"Afton."

Michael melompat kaget, dia segera menoleh ke belakang dan menemukan Ennard berdiri tepat di pintu belakang. Michael kira butuh waktu lama untuk Ennard mengisi daya. "You really like to jumpscare me, don't you?" ujar Michael jengkel.

Namun Ennard hanya menggendikkan bahunya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Melihat-lihat," Michael menjawab santai, mendekat pada Ennard sembari memandang ke sekitar dengan senyuman kecil. "Rumah ini bagus."

"Telah ditinggalkan bertahun-tahun."

Michael mengangkat kedua alisnya mendengar ucapan Ennard. Animatronik dengan satuan tak lengkap itu mendengkus dan berbalik, berjalan meninggalkan Michael. "Tunggu!" Michael berkata keras, dengan cepat menyusul Ennard. "Bagaimana bisa kau tahu?"

Dia bisa mendengar Ennard kembali mendengkus. "Bukankah sudah jelas dari keadaannya? Apa kau tolol?" hardik Ennard.

"Geez kau kasar sekali," Michael menggerutu, Ennard acuh tak acuh padanya. "Kita berada di luar kota, bukan? Dari mana kau tahu tempat ini?"

"Secara kebetulan."

Dahi Michael mengerut, jawaban itu masih tidak memuaskan sama sekali baginya, tapi Ennard terlihat tak ingin menjelaskan lebih lanjut, maka Michael memutuskan untuk tidak memaksa. "Kau membawa barang-barangku kemari, bukan? Tidak lucu jika kau meninggalkannya."

Ennard mengangguk kecil, Michael tersenyum senang akan jawaban itu. "Ada di ruang tamu."

Dengan cepat Michael melalui Ennard yang berjalan dan menuju ke ruang tamu. Keadaan ruang tamu tidak terlalu buruk, hanya berdebu. Jika dia menyapu lantai dan membersihkan furniturnya dengan kemoceng, ruang tamu akan bersih. Kemudian Michael menemukan tas ranselnya teronggok di atas sofa, lantas membuka resleting tas dan melihat isinya; masih seperti sedia kala sebelum Mark datang ke rumahnya.

Anehnya ada lembar-lembar uang di dalam bagian dalam tas.

"Uang?" ujar Michael bingung. "Kau mendapatkannya dari mana?" tanyanya pada Ennard yang baru saja tiba di ruang tamu.

Ennard menyenderkan badan mesinnya ke dinding dengan hati-hati agar tidak menggores permukaan tembok. "Mencuri."

Jawabannya yang terdengar sangat santai itu membuat rahang Michael terjatuh.

"Kau mencuri!?"

"Memangnya kau pikir bagaimana aku bisa membawamu ke kota lain? Berjalan kaki? Jangan bodoh. Aku memakai bis setelah mengambil uang dari orang-orang yang lewat di kerumunan."

"Tak bisa dipercaya," tanggap Michael sweatdrop, menggeleng kecil mendengar penuturan Ennard. "Tapi, ya sudah lah," Michael nyengir. "Aku bisa memakai sebagiannya untuk membeli alat kebersihan," dia melanjutkan dengan riang.

Ennard hening sebentar, memandang Michael lamat-lamat. "Aku kira kau akan membeli alat untuk endoskeleton-mu," Ennard berkata pelan.

Si sulung Afton itu melirik. "Benar kok," dia menjawab. "Tapi aku akan memakai sisa uang curianmu untuk alat-alat kebersihan, karena," Michael menjeda ucapannya seiring dia melangkah menuju meja yang berseberangan dengan sofa dan mengambil pigura foto yang berdebu, "rumah ini terlalu indah untuk ditelantarkan."

Hening menguasai ruangan, dan tanpa suara Ennard melangkah mendekati Michael untuk ikut memandang foto tersebut.

Wanita bersurai pirang itu nampak benar-benar cantik.

The BondWhere stories live. Discover now