Ch 12 [IND]

2.4K 44 3
                                    

"Bold."/"Bold." : animatronik yang berbicara/di dalam pikiran

"Normal."/"Normal." : manusia yang berbicara/di dalam pikiran

=o^o=

"Aku tak suka padanya."

"Kau tak suka semua orang."

Michael mengucapkan terima kasih kepada pelanggan yang baru saja dia tangani belanjaannya dan tersenyum ramah. Bekerja sebagai kasir di toko kecil tidaklah buruk, hanya ada dirinya, si gadis bernama Alice tersebut, dan satu pegawai lain yang selalu dia lupakan namanya.

Walau Ennard terus mengatakan bahwa Alice mencurigakan, Michael cuma beranggapan animatronik tersebut hanya ingin menarik perhatiannya lantaran dia sendiri lebih sering berbincang bersama Alice akhir-akhir ini (di toko tempat dia bekerja, tentu saja).

"Gadis itu mencurigakan. Pertanda buruk."

"Berhenti berpikir negatif, Alice adalah alasan aku dapat bekerja sekarang. Kalau kau ingin aku memperhatikanmu, bilang saja." Michael menganggukkan kepala kepada pelanggan lain yang baru saja memberikan keranjang berisi belanja bulanan.

Dia dapat mendengar suara terkesiap Ennard dan untuk mencoba lebih fokus memindai barcode label. "Aku? Ingin perhatianmu? Menjijikkan!"

"Kalau begitu berhenti mengomel," Michael bergumam sangat pelan, nyaris menggertakkan gigi—semua ucapan Ennard membuat sakit kepalanya. Michael mematri sebuah senyum hangat pada pria di depannya saat pria itu memandang dirinya aneh. "Terima kasih dan silahkan datang kembali, Tuan~" Michael berkata riang, memberikan paper bag dengan isi belanjaan orang tersebut.

"Aku tak sudi."

"Kalau begitu berhenti mengeluh!"

"Kau baik-baik saja, Mike?"

Michael berjengit kaget saat bahunya ditepuk, lantas segera menoleh ke belakang dan menemukan Alice menatapnya dengan sebelah alis terangkat ke atas. "Tentu, tentu aku baik-baik saja, tidak usah khawatir!" Michael membalas sigap.

Alice tersenyum lalu mengangguk kecil. "Baiklah kalau begitu." Alice menarik karet gelang dari pergelangan tangannya dan mengikat rambutnya yang terurai. "Omong-omong," Alice berkata di tengah-tengah kegiatannya.

"Hm?" Michael menyahut, sedikit mengerling pada Alice sebelum kembali memandang ke depan—bisa saja ada pelanggan lain yang akan bayar.

"Kau tinggal di mana?"

"Mencurigakan."

Michael mengabaikan desisan Ennard. "Oh, kurasa aku belum bisa menjawab itu terlebih dahulu," dia membalas dengan bersalah.

"Not a big problem," tawa Alice sembari mengibaskan tangan.

"Lihat, dia mencurigakan!"

"She's not!"

"Aku ingin ke kamar mandi lebih dulu," Michael berkata kepada Alice dengan tiba-tiba. Dia segera pergi setelah mendapatkan persetujuan dari Alice mengingat Alice adalah anak dari pemilik toko tempat dia bekerja sekarang, dan Michael pun menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. "Bisakah kau tidak—berpikir secara negatif pada Alice?!" ujar Michael kesal terhadap bayangannya di cermin.

Kemudian perlahan mata ungu Michael berubah menjadi biru, dahinya mengerut dalam. "Kau buta, Afton. Gadis itu ada tujuan tersendiri," Ennard berucap, mengendalikan tubuh Michael—Michael mengambil alih lagi.

"Tidak mungkin. Dia sangat baik."

"Kau naif dan tidak peka, tentu saja kau tak dapat melihat niatnya."

Michael mengerang merasakan sakit di kepala. "Berhenti mengambil alih tubuhku, sialan! Jangan melunjak, kau hanya benalu yang hidup di dalam badanku!" Michael menggeram. "Dan, baik atau tidak aku perlu uangnya untuk melanjutkan endoskeleton itu supaya aku dapat menggantikanmu dengan benda itu," desis Michael marah.

"That's ... harsh. Apakah aku harus merasa tersinggung?"

"Yes," balas Michael, memijit pangkal hidungnya pelan. "Lagipula itu tujuanku untuk bekerja. Kau cukup membuatku kerepotan, kau tahu? Eksistensimu memuakkanku."

Tidak ada balasan dari Ennard, Michael masih memandang tajam dirinya sendiri pada pantulan cermin. Pikiran yang mulai berbicara dia terlihat sangat menyedihkan. Michael menautkan kedua alis dalam-dalam, mencengkram sisi wastafel dengan erat dan dia pun membuang napas berat.

Baiklah, Michael berkata dalam hati. Dia cukup tenang sekarang, Ennard tak lagi mengatakan apapun dan Michael juga memilih tak peduli.

Menepuk kedua pipinya dengan pelan, Michael mencoba membuat sebuah senyuman ramah yang tidak menunjukkan kesan dia sedang marah. Lumayan, Michael menanggap di pikirannya, dan dia bisa mendengar dengkusan pelan Ennard. Michael mengabaikan itu, akhirnya melangkah ke arah pintu kamar mandi.

Membuka pintu tersebut, sekali lagi Michael berjengit kaget menemukan Alice telah berdiri di depan pintu kamar mandi, gadis itu juga terlihat kaget.

"Oh—Alice," Michael menyapa kikuk.

Alice tersenyum. "Aku baru saja akan mengecek keadaanmu," Alice berujar, terdengar nada khawatir dalam suaranya.

Michael sedikit salah tingkah. "Aku hanya pergi selama lima menit tadi, tidak apa-apa," balasnya sembari mengibaskan tangan berang, ingin segera pergi untuk melanjutkan pekerjaannya hingga waktu pulang datang. Secara tiba-tiba dia tidak sabar melanjutkan beberapa bagian kecil dari endoskeleton yang kini berada di rumahnya. "Aku mau—"

"Hei," Alice memotong perkataannya terlebih dahulu, lantas membuat Michael terdiam. "Sebenarnya tadi aku tak sengaja mendengarmu berbicara pada seseorang ..."

Ucapan Alice membuat Michael merasa sangat gugup.

"... apa kau sedang menelepon?"

Michael sontak membuang napas kecil. "Kind of," Michael membalas, kedua bahunya terangkat.

Kedua alis Alice terangkat ke atas, nampak tertarik. "Siapa? Keluargamu? Apa kau tinggal bersama seseorang? Ayahmu mungkin?"

Dia menghilang, Michael berkata penuh ironi dalam hati. Afton itu mengusap tengkuknya canggung. "Itu hal pribadi, maaf."

"Oh," tanggap Alice singkat. "Oh, benar. Baiklah."

Sebuah senyuman miring terpatri di paras Michael, dia mengelus lengannya pelan dan menundukkan kepala. "Ya," dia bergumam sebagai balasan.

Suasana seperti itu selama satu menit, penuh kecanggungan. Hingga Alice seolah mengambil sesuatu dari saku rok yang sedang dia kenakan membuat atensi Michael teralihkan dari lantai ke arah gadis tersebut. Dahi Michael mengerut melihat Alice memberikannya sejumlah uang—bukankah ini terlalu cepat untuk mengambil gaji harian?

"Lebih cepat tidak apa-apa kok." Alice tersenyum kepadanya, mengisyaratkan agar Michael menerima dengan segera jumlah uang tersebut—yang di mana Michael mengambilnya dari tangan Alice dengan ragu.

"Terima kasih ...?"

Alice tertawa kecil dan mengangguk. "Mungkin suatu saat kau bisa jauh lebih terbuka padaku," dia berujar ceria, mengedipkan sebelah mata pada Michael.

Michael hanya mengernyit, tapi memutuskan untuk tak merespon apa-apa. Dan sekali lagi dia bisa mendengar dengkusan Ennard.

The BondWhere stories live. Discover now