Ch 5 [IND]

3.3K 48 0
                                    

"Bold." : animatronik yang berbicara

"Biasa." : manusia yang berbicara

=o^o=

Tuk!

Ennard menoleh ke arah Michael yang langsung sok memandang ke arah televisi, seolah-olah bukan dirinya yang melempar sesuatu tepat ke kepala Ennard.

Sebuah kertas yang diremat menjadi bentuk bola.

Tentu Ennard tahu bahwa bola kertas tersebut dituliskan sesuatu oleh Michael, dia enggan untuk mengambilnya. Namun, Ennard juga tak tahan lantaran dia sadar Michael sengaja meliriknya terus-menerus. Afton yang satu itu memang benar-benar mengesalkan.

Dengan menggunakan kabelnya, Ennard membuka buntalan kertas tersebut, yang tertulis;

You're ugly :).

"Really, Afton?" Ennard berkata seraya melempar tatapan bosan pada Michael, tak mengerti lagi dengan tingkah Michael. "Kau seperti remaja berandalan yang baru puber."

"I was."

Michael mengangkat bahu tak acuh, menahan senyuman usil tak terkembang di parasnya. Lelaki tersebut meraih cangkir kopinya, berniat ingin meminum cairan hitam pahit itu. Dia terkejut saat Ennard tiba-tiba melilit tangannya dengan kabel dan mengguncang lengannya, menyebabkan kopi yang dipegang Michael sedikit tumpah dan jatuh mengenai karpet.

"Karpet," ujar Michael memutar mata. "Susah dicuci, niat sekali dirimu membalas dendam."

Giliran Ennard yang tak acuh. "Tidak akan ada asap tanpa api," balasnya santai.

"Tapi aku menulis sebuah fakta, loh," Michael berkata, dia mengerjap mata beberapa kali seakan memang merasa tidak bersalah.

"Ya, ya." Ennard mendengkus, "Kau bosan?"

"Tepat sekali."

"Bosanmu membosankan."

Michael menghela, merebahkan badan di sofa tanpa berniat membersihkan noda kopi di karpet. Toh pada akhirnya Ennard yang akan melakukan itu nanti. "Apa yang harus aku lakukan memangnya?" Michael bergumam dengan malas, menghabiskan seluruh waktu hanya berada di rumah terkadang memang membosankan, sungguh sial dia masih tak bisa keluar untuk sekarang. "Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan."

"Belilah bunga," jawab Ennard berhasil menarik atensi Michael.

Michael memandang ke arah Ennard dengan penasaran, apa itu hanya jawaban asal Ennard menyuruhnya membeli bunga? "Untuk apa?"

"Dan pergilah ke pemakaman adikmu."

Balasan tersebut sukses membuat Michael langsung mengganti posisinya menjadi duduk, matanya yang membulat bergulir ke arah Ennard. Animatronik itu nampak tak peduli, tapi Michael marah; Ennard tahu itu adalah topik yang sangat sensitif bagi Michael dan Ennard mengungkitnya. Michael telah membuka mulut, ingin membalas ucapan Ennard. Namun, dia kehabisan kata-kata.

Michael menggigit bibir bawah, rasanya sangat sesak. Dia memilih untuk tak menanggap apapun, kembali membaringkan diri seraya menahan sakit yang menusuk dalam dada. Michael membuang napas panjang, mengusap wajah dengan gusar. Selama beberapa menit mereka dalam keadaan yang hening, bahkan canggung. Michael tenggelam dalam lamunan masa lalu, sementara Ennard—entah apa yang dipikirkan. Dia tak peduli.

Ah, sial. Michael memang cengeng, matanya mulai memanas.

Dia menggertakkan gigi kuat-kuat dan mencoba mengusir pedih, tapi tetap saja perasaan-perasaan negatif itu melebur menjadi satu bersama memori pahit, menyerang Michael di satu waktu. Ketika dia membuka mata, Afton itu terkejut mendapati wajah Ennard tepat berada di atasnya, seakan memandang Michael lekat-lekat. Entah mengapa penglihatannya tiba-tiba memburam, matanya mulai berair.

Perkataan Ennard yang tadi masih terngiang-ngiang di kepala Michael.

"Apa?" Michael bertanya gusar, suaranya terdengar bergetar, Ennard masih menatapnya tajam. "Cepatlah, sialan," tambah Michael setengah membentak lantaran tak ada jawaban sama sekali dari Ennard selama beberapa saat, berusaha mati-matian agar air matanya yang mengelumpuk tak mengalir keluar.

"Apakah perkataanku menyakitimu, Afton?" Ennard akhirnya mengeluarkan suara, bertanya dengan nada yang terdengar khawatir. "Hingga membuatmu diam?" animatronik tersebut melanjutkan.

Namun, Michael tidak menjawab.

"Menyedihkan."

Perkataan itu bernadakan miris.

Pandangan mereka saling beradu, Michael menajamkan mata dengan gigi yang bergemelatuk, sementara Ennard mendengus dan mengangkat kepala menjauh dari wajah Michael.

"Menangislah, Afton."

Adalah kalimat terakhir Ennard sebelum melompat menuju ke dalam vent, meninggalkan Michael sendirian di sana dengan isakan tanpa suara.

The BondWhere stories live. Discover now