37. Neighbor [3]

1.3K 245 160
                                    

Ting Tong

Untuk ketiga kalinya bel itu ditekan dan akhirnya siluet manusia pun terlihat di balik jendela pintu.

"Ya, siapa yah?" Arashi membuka pintu setelah dipaksa mati-matian oleh ibunya.

"Ah, salam kenal, saya tetangga baru di sebelah, Akiyama Emi."

Mendapati seorang wanita cantik di depannya, mata Arashi langsung segar dan mengamati dari atas sampai bawah. Rambut coklatnya bergelombang sepunggung, iris matanya berwarna senada dengan saturasi lebih terang, wajahnya bening walau tanpa make up, dan tubuhnya tinggi ramping dengan lekukan yang sempurna. Hanya melihatnya saja membuat Arashi ketagihan.

"A-anuu, kau tidak apa?" Emi menegur dengan raut khawatir.

"Ah, tidak apa-apa! Silakan masuk dulu, akan kupanggilkan ibuku," ujarnya dengan sikap dan senyum ramah yang tidak biasanya.

"Tidak perlu, terima kasih, saya hanya ingin menyerahkan bingkisan ini saja." Emi menunjukkan sekotak cemilan.

"Tidak apa, sebentar saja, mari!" Tanpa mengindahkan perkataan Emi, Arashi menarik tangannya untuk ke dalam.

Bertepatan saat Arashi dan Emi berjalan di lorong masuk, Neko tiba-tiba muncul dari arah ruang tengah. "Nyau," ucapnya saat melihat Emi berada di lorong.

"Hyaa, kucing itu lagi." Secara tidak sadar, insting mempertahankan dirinya membuat Emi bersembunyi dan memeluk punggung Arashi. Merasakan sensasi kenyal di punggungnya dan aroma parfum yang menghipnotis, membuat Arashi makin terpedaya dengan sosok wanita di belakangnya.

"Apa kucingnya sudah pergi?" tanya Emi memastikan karena dia tidak berani membuka matanya.

Melihat sebuah kesempatan, Arashi pun berucap, "Tunggu sebentar, kucingnya masih ada, tetap bersamaku, aku akan menjagamu." Arashi berbalik memeluk Emi, menyembunyikan wajah Emi dalam dekapannya agar tidak melihat yang terjadi sebenarnya.

Neko yang padahal sudah ingin minggat karena tau reaksi tetangganya tersebut, merasa kesal karena difitnah. Apalagi namanya dibawa-bawa untuk kepentingan bejat nan busuk dari sang majikan. Neko pun mengeong sejadi-jadinya dengan raut marah.

"NYAAAAA!!! NYANYANYAW! NYANYANYA!!!" ngeongnya sambil menapakkan kaki depan tepat persis di depan Arashi berdiri.

"Pergi kau kucing!" ucap Arashi sambil berpura-pura mengusir Neko, padahal makin mengeratkan pelukannya, "tenang saja, kau aman dalam dekapanku," sambungnya lagi.

"Eh? Eeeh???" Emi tidak tau apa yang terjadi, rasanya ada yang mendidih dalam tubuhnya dan membuat kepalanya tak bisa berpikir jernih lagi. 

Semua kegemparan itu, baik drama Arashi yang sambil mengambil kesempatan, Neko yang mengeong menyerukan bentuk protesnya, maupun Emi yang terombang-ambing dalam kebingungan, seketika berhenti saat Fubuki datang melayangkan frying pan yang baru dibangkit dari kompor ke kepala Arashi.

NEXT>>> 

Bad Boy and His CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang