188. Stuff

417 87 26
                                    

Arashi tidak menyangka, waktu begitu cepat berlalu. Padahal dia merasa kemarin masih hari Rabu, tiba-tiba saja hari ini sudah Minggu. Waktu memang akan terasa cepat jika dilalui dengan senang.

"Arashi-senpai, jangan hanya bengong di sofa seperti itu, masih banyak kardus yang harus diangkut tau," tegur Maki sambil menarik-narik tepian baju Arashi.

Bukannya balik mengangkut barang, Arashi justru mengembus napasnya panjang.

"Besok hari terakhirku diskorsing yah, padahal awalnya aku tidak betas diskorsing, tapi ketika akan berakhir seperti ini, rasanya aku ingin diskorsing selamanya." Arashi bergumam sendiri.

"Anoo Arashi-senpai, barang-barangku."

"Seharusnya aku menikmati hari-hari terakhir skorsing ini, tapi aku malah dipaksa membongkar barang pindahan." Sekali lagi Arashi mengembuskan napasnya panjang sambil mengeluh.

"Ja-jadi senpai merasa terpaksa melakukannya?" ucap Maki dengan mata yang sudah berkaca-kaca ingin menangis.

"Eh? Aaah, bukan begitu maksudku. Hanya saja aku pikir pekerjaan ini bisa diserahkan pada orang lain ...."

"Hweee, padahal aku sengaja mengajak senpai karena ingin berduaan dengan senpai," rengek Maki lebih menjadi.

"Baiklah, baiklah. Aku akan bantu sekarang."

"Yeeey!!" Seketika ekspresinya berubah dan dia langsung memeluk badan Arashi.

Di tengah momen berpelukan itu, Emi pun lewat seraya berkata, "Sebagai informasi, kalian tidak berduaan." Matanya menatap tajam ke Arashi. Rasa benci padanya masih belum juga padam. "Cepat gerakkan tangan dan kaki kalian, jangan cuman mulut."

"Baik kaa!" jawab Maki dengan riang gembira.

"Tapi aku tidak habis pikir, semua kardus ini barang milikmu sendiri saja?" Tumpukan kardus yang berjibun di lorong depan itu hanya setengah dari barang milik Maki. Setengahnya lagi sudah diangkut ke kamar, meskipun sepertinya kamar itu tidak cukup menampung semua kardusnya.

"Apa semengejutkan itu?" tanya Maki.

"Tentu saja, barang sebanyak ini normalnya barang untuk satu keluarga, bukan untuk satu orang."

"Habisnya, anak gadis kan banyak barangnya," ucap Maki sambil memanyunkan sedikit bibirnya.

"Heee, termasuk batu-batu ini?" tanya Arashi.

"Iya, aku menemukan banyak batu yang bagus dan menggosoknya hingga mengkilap," jawab Maki bersemangat.

"Bahkan daun-daunan ini?"

"Itu adalah daun pertama di setiap pohon yang jatuh di dekat rumahku, aku mengoleksinya selama beberapa tahun terakhir."

"Jangan bilang tisu-tisu ini juga."

"Iya! Itu tisu yang kupakai untuk mengelap--EEEEHH!!! Kenapa senpai mengobrak abrik barangku seenaknya?!" Setelah cukup lama dia baru sadar.

"Semuanya sampah."

"Jahat iih!" Maki pun kesal dan memukul-mukul punggung Arashi.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now