157. Storm

629 120 24
                                    

"Baiklah, kali ini kita akan benar-benar pulang," ujar Yumiko karena sudah merasa tidak betah satu ruangan dengan makhluk bernama Arashi.

"Tapi Yuu-chan, di luar masih hujan sangat deras loh, anginnya juga sangat kencang loh, dan petirnya sangat menyeramkan loh," ucap Ayano sambil menunjuk ke luar jendela.

Mereka pun terdiam, memikirkan cara agar bisa pulang.

"Kalau masalah pulang, kan bisa numpang dengan mobilku lagi." Haruka mengusulkan sambil menunjukkan handphone-nya. Senyum merekah di wajah Ayano dan Yumiko.

Haruka pun memulai panggilan. Cukup lama dia menanti sampai akhirnya ada yang mengangkat.

[Ya, ada apa Nona Haruka.]

Dari seberang telepon, terdengar suara perempuan. Raut wajah Haruka berubah bingung, dia yakin sekali sedang menelpon ke nomor handphone pribadi milik Westcott.

"Di mana Westcott?" tanya Haruka.

[Sebenarnya, mobil yang dikendarai TuanWestcott terguling oleh angin saat ingin parkir di garasi. Tuan Westcott baik-baik saja, tapi saat ini sedang tidak sadarkan diri.]

"Itu artinya aku tidak bisa dijemput?!" Mendengar Haruka berteriak seperti itu, Ayano dan Yumiko pun khawatir.

[Mohon maaf Nona Haruka, saat ini pun mobilnya dalam keadaan tidak bisa dipakai. Akan kami carikan alternatif lain untuk menjemput Nona.]

"Tolong yah," ucap Haruka sebelum mengakhiri panggilannya.

"Tidak bisa yah?" tanya Yumiko dan dijawab gelengan oleh Haruka.

Mereka bertiga pun tertunduk.

"Daripada kalian bertiga murung di situ, bagaimana kalau minum teh dulu?" ucap Arashi sambil membawakan satu set cangkir dan seteko teh yang baru diseduh. Aroma wanginya memberikan  kehangatan dan ketenangan pada pikiran.

"Aah, baunya enak." Ayano pun langsung duduk di sofa.

"Hee, Arashi-kun bisa menyeduh teh seperti ini yah, biarkan aku mencicipinya." Haruka pun ikut mendekat ke sumber aroma.

"Di-dipaksakan pun tidak bisa pulang. Ma-mau bagaimana lagi." Meskipun terdengar seperti enggan, Yumiko pun ikut menerima tawaran minum teh dari Arashi.

Setelah menyesap tehnya, ketiga gadis itu tampak lebih tenang. Arashi pun menyalakan televisi untuk melihat berita tentang cuaca.

[Berita terkini, diperkirakan badai bergerak dari selatan ke utara Jepang dengan kecepatan angin 71 knot, diharapkan pada seluruh warga agar tidak keluar rumah dulu selama dua hari ke depan.]

Prang

Arashi langsung berbalik ke sumber suara. Wajah Yumiko pucat ketika dia menjatuhkan cangkir berisi teh itu ke lantai.

"Oi, apa yang kau lakukan?" Arashi pun bergegas memunguti pecahan porselein yang tersebar di lantai. Namun, tangannya terhenti ketika kerah bajunya ditarik oleh Yumiko.

"Kagetora Arashi! Lakukan sesuatu terhadap badai ini! Aku lebih baik mati daripada harus terjebak denganmu selama dua hari di sini!!!" Yumiko mengguncang-guncang tubuh Arashi saking paniknya.

"Mana mungkinlah!" balas Arashi yang masih terguncang-guncang.

"Kau pasti bisa, namamu Arashi kan?!" (read: badai)

"Kau pikir aku pawang badai apa?!" balas Arashi dengan berteriak.


NEXT>>>

Bad Boy and His CatWhere stories live. Discover now