145. Explaining

646 109 50
                                    

Arashi tersenyum, Emi terkejut, dan Neko hanya menonton dari belakang.

"Jawab pertanyaanku!" Ketika Emi berteriak, suasana hening itu pun buyar.

Arashi membalikkan badannya agar dapat berhadap-hadapan dengan Emi. Wajahnya masih santai seperti sebelumnya dengan senyum yang tidak kunjung hilang. "Ketika pertama kali bertemu, aku tidak pernah memberitau umur ataupun sekolahku, tapi Akiyama-san seolah-olah bisa menebaknya dan mengenalkan diri sebagai guru SMP, bukankah itu aneh?"

Emi memutar kembali ingatannya. Dia ingat saat menyela langsung tebakan Arashi apakah jika dia guru baru di sekolahnya. Saat itu pikirannya secara reflek menyuruh untuk membantah karena ada perasaan jijik jika harus berada di satu lingkungan dengan Arashi.

"Hanya seperti itu, kenapa kau bisa mengaitkannya dengan Maki?" tanya Emi lagi karena masih tidak puas dengan jawaban Arashi.

"Tentu saja aku langsung menyelidiki latar belakangmu."

"Tidak mungkin! Semua informasi tentangku harusnya sudah diurus dengan baik. Tidak ada sisa yang bisa kau telusuri lagi!" Emi membantah dengan keras.

"Kau yakin sudah semua?" Arashi menunjuk dahinya. 

"Hah? Kau ingin bilang kalau kau esper?"

"Tidak, aku hanya ingin bilang bahwa informasi itu kudapat dari ingatanku," jawab Arashi masih dengan postur tenang.

"Mustahil! Aku tidak pernah bertemu denganmu!" Sekali lagi Emi membantah dengan cepat.

"Kau mungkin tidak pernah, tapi aku pernah. Satu kali ketika kau datang menjemput Maki di taman, saat itu aku melihatmu."

Memori Emi pun terlempar ke masa lalu. Dia memang ingat pernah menjemput Maki di taman satu kali. Namun, hanya satu kali itu, dan tidak pernah lagi. Bahkan dia tidak tau jika ada Arashi di sana.

"Setelah menemukan celah itu, mencari informasi tentangmu jadi jauh lebih mudah."

"Heh, begitu rupanya. Jadi, kau sudah tau semuanya?" Mata Emi menyala menatap tajam ke arah Arashi.

"Hanya asumsi, melihat keberadaanmu di sini dengan menyembunyikan jati diri, kemungkinan besar Maki memintamu untuk balas dendam padaku kan?"

Emi tidak langsung menjawab. Tangannya menggenggam erat.

"Kebalikannya. Maki tidak pernah membencimu, justru sejak kejadian itu dia menjadi sangat terobsesi padamu. Karena membuat adik kecilku menjadi seperti itu, aku tidak bisa memaafkanmu." Setiap rasa haus darah terpancar dari mata Emi. Giginya menggeretak saking tak kuasa menahan kebencian terhadap Arashi.

"Eh? Dia terobsesi padaku? Heee, gimana yah ...."

"Jangan tersipu geblek!" Emi langsung melempar sepatu haknya ke wajah Arashi yang senyum-senyum malu.


NEXT>>>

Bad Boy and His Catحيث تعيش القصص. اكتشف الآن